Usai malam yang manis diantara James dan Delilah. Keduanya tampak tak berdebat untuk sementara waktu. James sendiri berusaha mengontrol perasaan lain yang kini ia rasakan di hatinya terhadap Delilah. Ia terus mengelak dengan mengatakan jika ia tak merasakan apapun pada Delilah namun tiap kali Delilah terlihat olehnya, James kini mempercepat langkahnya.
Delilah tak pernah melihat sisi James yang berbeda ketika ia memasak. James lebih terlihat seperti bos besar yang selalu dilayani. Tak ada tanda ia bisa menjadi chef profesional yang begitu cekatan memasak.
Tanpa ia menyadari, Delilah mulai merasa James tak seburuk yang terlihat selama ini. Setidaknya sampai ia belum bertemu dengan Kakaknya, Oliver.
"Tuan..." James tersentak kaget saat disapa oleh Grey karena mengira jika yang menyapanya adalah Delilah. James spontan memegang dadanya dan mengatur kembali napasnya.
"Ada apa Tuan?" tanya Grey heran dan mengernyitkan keningnya.
"Kamu mengagetkanku!" sahut James setengah menghardik. Grey makin tak mengerti. Sejak kapan James Harristian gampang kaget? James adalah pria paling antisipatif dan sensitif terhadap gerakan. Ia tak pernah terlihat kaget seberapa cepat pun sesuatu menghampirinya.
"Ada apa?" tanya James usai ia lebih tenang.
"Earth baru saja memberi kabar. Katanya Tuan Arjoona Harristian sudah memiliki kekasih baru, teman lama Tuan Lin." James mengernyitkan keningnya dan meletakkan dokumen yang sedang dibacanya diatas meja.
"Lalu kenapa?"
"Aku pikir dia masih mencari mantan istrinya?" sahut Grey. James hanya diam saja dan tak menjawab.
"Masalah pribadi Arjoona bukan urusanku. Jika dia memutuskan untuk memiliki kekasih mungkin karena ia sudah melupakan masa lalunya. Lagipula untuk apa jika dia terus bersama gadis Winthrop itu?" jawab James lalu berjalan berputar ke arah meja kerja dan duduk kembali di kursi.
"Katakan saja pada Earth agar menjauhkan media dari Arjoona. Jangan sampai ada yang tau jika dia menjalani hubungan dengan siapapun," tambah James lagi kemudian membuka laptop dan hendak mulai bekerja lagi. Grey sempat terdiam sejenak sebelum ia bertanya hal yang cukup sensitif kali ini.
"Lalu bagaimana denganmu, Tuan? Bagaimana jika ada yang tau, Tuan menyekap Nona Starley disini?" tanya Grey sedikit berani. James menaikkan pandangannya pada Grey dan menatapnya tanpa bicara.
"Aku tidak ingin ada yang tau siapa Delilah Starley. Apalagi Moretti, dia bisa memanfaatkannya," jawab James memandang Grey dengan tajam. Apa itu artinya James mengakui jika Delilah adalah kelemahannya belakangan ini?
"Tuan... aku tidak ingin ikut campur urusan pribadimu. Tapi apa Tuan benar-benar-benar sudah jatuh cinta pada Nona Starley?"
"Apa maksudmu bicara seperti itu, Grey!" potong James menaikkan nada bicara. Ia terdengar tidak senang.
"Aku..."
"Grey, aku adalah pemimpin Daga Nero. Dan pemilik Hart Supertech, aku tidak boleh terlibat dengan wanita manapun kecuali hanya untuk bersenang-senang. Kamu tau itu!" Grey mengangguk dan sedikit menunduk.
"Sampaikan juga pada Dubrich aku akan datang pada pelelangan mereka," tambah James lagi. Grey masih diam sampai akhirnya ia menghela napas dan mengangguk. Grey keluar dari ruangan James tak lama kemudian. Setelah Grey keluar, James menungkupkan kedua tangannya dan berhenti bekerja.
"Ada apa denganku? Kenapa aku jadi makin ragu? Ah, Candy!" keluh James lalu menundukkan kepalanya. Belakangan James jadi tak konsentrasi bekerja karena pikirannya mulai terbelah oleh kehadiran Delilah.
Namun kedamaian tak datang lama di mansion itu. Grey masuk kembali ke ruang kerja James dan memberitahukan jika Oliver Starley telah diperbolehkan pulang oleh Dokter yang merawatnya.
"Masukkan saja dia ke kurungan di basement!" ujar James memberi perintah dengan sikap dingin seperti biasa.
"Baik Tuan," jawab Grey lalu memerintahkan anak buahnya untuk membawa Oliver ke basement itu lagi. Bedanya kali ia tak diikat.
Setelah Oliver dimasukkan di dalam penjara basement di mansion Belgenza, James datang dan masuk untuk menginterogasinya lagi. Ia harus tau siapa yang sebenarnya sudah membayar Mark dan putranya Oliver untuk mencuri di kasinonya dulu.
James mendekati kurungan itu dan Oliver duduk di pinggir ranjang dengan wajah penuh bekas luka namun telah jauh membaik. Tulang hidung dan kemaluannya sudah dioperasi untuk memperbaiki seluruh kerusakan yang telah diperbuat James Belgenza.
"Kamu sudah sembuh?" tanya James sarkas. Oliver menaikkan pandangannya lalu menyengir sinis.
"Kenapa? Mau memukuliku lagi!" sahut Oliver sengaja memancing kemarahan James. James lalu memberi kode pada Grey agar membuka pintu dan menyeret Oliver keluar dari kurungannya. Grey kemudian masuk dan menarik Oliver dengan paksa dan mendudukkannya ke sebuah kursi dan meja di depannya. James lalu duduk di depan Oliver yang kemudian menyengir sinis.
"Katakan padaku siapa yang sudah membayar kalian selama ini?" tanya James tanpa basa basi.
"Tidak ada," Oliver menjawab dengan percaya diri. Ia seakan sudah tau bagaimana cara mengancam James.
"Aku tau kalian sengaja mencuri dari kasino ku. Sehingga semuanya jadi seperti sekarang. Apa Moretti yang membayarmu?" Oliver menyengir lalu mendekatkan dirinya.
"Harusnya kamu biarkan saja kehilangan uang 50 ribu Euro itu!" BAMM- tangan lalu memukul rahang Oliver dengan cepat.
"AAAHHKK!" Oliver menunduk kesakitan karena rahangnya tiba-tiba diserang seperti itu.
"Sekali lagi kamu tidak mau mengaku, aku benar-benar akan memotong kemaluanmu dan menempelkannya di kepalamu!" hardik James marah sambil menunjuk. Oliver yang masih menunduk kesakitan tiba-tiba terdengar terkekeh tanpa menegakkan tubuhnya.
"Kenapa kamu tidak membunuhku saja? Oh, aku tau... kamu menyukai adikku, jadi kamu tidak mau dia makin membencimu karena sudah membunuh Kakaknya, bukan begitu?" ejek Oliver dan James jadi menggeram tanpa bicara.
Grey Hunter yang berada di dekat James sudah sangat gatal ingin menghabisi Oliver secepatnya. Pria brengsek itu mulai mempermainkan perasaan James pada Delilah.
"Kenapa tidak menjawab? Benarkan kamu menyukai dia? hahaha..." tambah Oliver lagi makin tertawa lebih keras. Tangan James lalu mencekik leher Oliver karena ia terus memojokkannya. Tangan Oliver berusaha melepaskan cengkraman James yang kuat di lehernya. Udara tak lagi bisa masuk ke paru-paru karena cekikan itu.
"Masih berani menertawaiku? Aku ingin lihat kamu memohon pada malaikat kematian untuk tidak mencabut nyawamu!" desis James begitu dingin dan menakutkan. Grey menyengir kemenangan, James Belgenza masih lah yang terkejam.
"A-aku m-mohon l-lepaskan a-aku, uhukk... aahh... huk huk...!" wajah Oliver benar-benar memerah dan ia mulai lemas. James pun melepaskannya dan seketika Oliver terbatuk-batuk keras.
"Katakan siapa yang membayar kalian?" tanya James tak memberi waktu bagi Oliver untuk bernapas. Dengan terengah dan wajah merah, Oliver lalu membuat perjanjian dengan James.
"Akan ku beritahu. Tapi tolong... biarkan aku bertemu adikku sekali saja. Aku ingin bertemu Delilah." Oliver terbatuk- batuk dan berusaha menarik oksigen tak di dapatkannya beberapa saat lalu.
"Untuk apa?"
"Biar bagaimanapun dia adikku. Jika kamu membunuhku, maka aku tidak akan menyesal dalam kematian." James diam dan masih terus memandangi Oliver di depannya. Oliver tak terlihat tengah bersiasat maka James kemudian mengangguk pada Grey memberinya perintah untuk membawa Delilah masuk ke basement.
Grey kemudian keluar sedangkan James berada di depan Oliver mengawasi gerak-geriknya. Hanya butuh kurang dari 10 menit bagi Grey untuk membawa Delilah masuk ke basement tersebut.
Delilah awalnya tak mengerti kenapa ia malah dibawa masuk ke dalam basement tersebut. Begitu ia melihat Oliver, Delilah langsung berlari dan memeluk Kakaknya.
"Oliver..." Delilah memeluk Oliver dengan erat di depan James yang kemudian membuang mukanya ke arah lain. Oliver sempat melirik untuk melihat sikap James pada Delilah.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Oliver membelai rambut Delilah. Delilah meneteskan airmata melihat Oliver dan kemudian memeluknya lagi.
Delilah kini nampak berbeda, ia sudah bukan lagi gadis sederhana yang tampil kolot. Oliver menyadari perubahan itu. Daripada menyiksa selayaknya yang biasa dilakukan James Belgelza pada lawan-lawannya, ia malah memakaikan pakaian mahal dan baru pada Delilah. Rambut dan tubuhnya kini bahkan sudah seperti gadis-gadis kaya. Tak ada lagi Delilah yang kumal tak terawat. Saat itulah Oliver yakin jika Ayahnya benar. James Belgenza sudah jatuh dalam perangkap.