Chereads / The Seven Wolves: The Collateral / Chapter 23 - Stay... must stay!

Chapter 23 - Stay... must stay!

Dengan lidah menekan dinding mulut dan senyuman nakal, James mendekatkan wajahnya pada Delilah yang makin membesarkan mata. Seolah akan mencium, James terlihat begitu menggoda dan seksi. Delilah spontan menutup mulut dengan sebelah tangan yang tak memegang garpu.

"Kenapa? Mulutmu bau ya!" ejek James sambil menaikkan alisnya. Ia terkekeh lalu melepaskan rangkulannya pada Delilah. Tangannya malah mengucek rambut Delilah yang tergerai dan agak lembab.

"Habiskan makananmu! Setelah itu bersihkan wajahmu dan tidur!" ujar James memberi perintah sambil berdiri dari sofa. Delilah masih terpaku di tempatnya dengan sebelah tangan menutup mulut lalu sebelah lagi menghunuskan garpu.

Ia baru sadar beberapa saat kemudian saat James masuk ke kamar tidur dan menutup pintu. Sembari menelan ludah, Delilah mencoba memproses yang sedang ia alami baru saja.

"Dia benar-benar pria yang aneh! Huff... apa yang harus aku lakukan?" keluhnya melepaskan napas berat. Sambil sedikit mengelus bokongnya yang masih sakit, Delilah lalu mengikuti perintah James untuk menghabiskan makan malam tanpa tersisa. Setelah kenyang, kini Delilah bingung akan tidur dimana.

"Lebih baik aku menyikat gigi sambil berpikir apa yang harus aku lakukan. Yah... begitu saja!" ujar Delilah pada dirinya sendiri. Ia membereskan piring dan berniat membawanya ke luar kamar. Tapi sewaktu ia membuka pintu seorang wanita memakai pakaian pelayan lalu membungkuk memberi salam dan masuk. Ia mengambil peralatan makan bekas Delilah untuk dibawa kembali ke dapur.

"Terima kasih" ucap Delilah ramah sambil tersenyum.

"Sama-sama Nona. Selamat malam," balas pelayan itu dengan ramah. Delilah setengah tertegun melihat pelayan itu. Sebelumnya ketika ia masuk dia tak melihat ada pelayan tapi ternyata ada wanita di mansion yang ia kira hanya berisi pria.

Delilah pun menutup pintu lalu berjalan masuk ke kamar mandi untuk menyikat gigi. Setelah masuk ia malah kebingungan sendiri.

"Sekarang bagaimana aku harus membersihkan wajahku. Aku bahkan tak tau dimana perlengkapan mandi sama sekali. Ah... kenapa aku bodoh sekali tak bertanya pada pelayan tadi!" gerutu Delilah pada kebodohannya sendiri.

Ia berkeliling tapi tak berani menyentuh apapun. Tak terlihat ada handuk ataupun pembersih lainnya. Delilah tak pernah berada di dalam kamar mandi sebesar itu dan kebingungan hanya karena ingin menyikat gigi.

"Oh... apa yang harus aku lakukan!" keluhnya lagi sambil memegang kepala dengan dua tangan. Tak sadar ia sudah menghabiskan waktu cukup lama berpikir dan tak tau harus seperti apa.

"Ah, aku pakai air saja. Tapi bagaimana cara menghidupkan kerannya. Tidak ada putarannya!" gumam Delilah kini berada di depan wastafel mewah hendak membersihkan wajah. Tadi sewaktu mandi ia bahkan tak menyentuh apapun di wastafel itu. Tangannya kemudian meraba wastafel dan airnya kemudian keluar begotu tersentuh. Karena kaget ia menarik tangannya lagi.

Delilah lalu meraba lagi dan sensor air menyala kembali. Ia baru mengerti lalu tersenyum. Delilah kemudian mengikat sedikit rambutnya agar bisa tak menutupi wajah saat mencuci muka. Karena tak memiliki sikat gigi, Delilah hanya berkumur-kumur sampai beberapa kali sampai beberapa ketukan di pintu mengagetkannya.

"Candy, apa yang kamu lakukan di dalam sana? Kenapa lama sekali!" panggil James dari arah luar. Delilah berpaling dengan mulut masih penuh air. Ia baru membuangnya setelah sadar beberapa detik kemudian. Ketukan di pintu berhenti tapi kemudian pintu yang terkunci itu terbuka dan James masuk ke dalamnya.

Delilah yang kaget, tak bisa berbuat apapun saat si pemilik mansion masuk ke dalam kamar mandinya.

"Apa yang kamu lakukan disini? Kenapa wajahmu jadi basah semua?" hardik James pada Delilah yang terperangah.

"T-tadi kamu bilang untuk mencuci..." James mengangguk mengerti dan memotong perkataan Delilah.

"Oh, jadi kamu sudah menyikat gigi dan membersihkan wajah?" Delilah menggeleng. James mengernyitkan keningnya.

"Lalu apa yang kamu lakukan dari tadi!"

"Berkumur." James menutup mata dan menghela napas kesal.

"Kenapa tidak bertanya dimana handuk dan toiletries padaku!" Delilah terdiam dan sedikit menunduk malu. James lalu menarik tangan Delilah dan menunjukkan padanya laci dan lemari yang menyimpan semua kebutuhan.

"Kamu tinggal pilih sikat gigi mana yang kamu mau semuanya baru. Ini pembersih wajah, sabun dan peralatan mandi lainnya. Ini..." James membuka lemari dan segala jenis handuk bersih ada disana.

"Ambil ini untuk mengeringkan wajahmu!" James memberikan sebuah handuk bersih dan harum pada Delilah.

"Sekarang sudah mengerti?" Delilah terpaksa mengangguk pelan.

"Cepat, aku sudah mengantuk!" sambung James lagi asal. Ia lalu pergi keluar dari kamar mandi begitu saja. Delilah tak ingin tidur dengan pria itu. Pikiran jeleknya membuat Delilah memperlama kegiatannya membersihkan diri.

Keluar dari kamar mandi, Delilah mengendap-endap masuk ke dalam kamar. Ia sengaja tak masuk ke kamar tidur dan memilih untuk tidur di sofa. Namun sebelum ia berbaring, James tiba-tiba keluar dengan wajah menyeramkan. Ia sudah menunggu terlalu lama agar Delilah masuk dalam.

"Aku benar-benar kesal sekarang. Masuk ke dalam!" perintah James sambil menunjuk pintu kamar tidurnya.

"Aku tidur disini saja, Tuan J. Aku tak apa..."

"Kamu masih mau membantahku, Candy?" Delilah jadi takut melihat wajah James yang tak tersenyum sama sekali. Dengan sekali maju, James mengambil sebelah tangan Delilah menyeretnya masuk ke dalam kamar.

"Aahh... lepaskan aku... aku tidak mau tidur denganmu Tuan J. Lepaskan aku!" teriak Delilah mencoba meronta melepaskan diri. Tapi apa artinya ia dibandingnya dengan tubuh tinggi dan tenaga James. James membanting pintu usai Delilah masuk ke dalam kamar. Ia menghempaskan Delilah ke ranjang.

Tapi gadis itu pantang menyerah, ia bangun dengan susah payah dan James kembali memaksa bahkan menindihnya. Ia memaksa merentangkan kaki dan kedua tangan Delilah ke atas kepalanya.

"Apa mau kuhukum lagi!" ancam James dan Delilah baru berhenti. Matanya mulai berkaca-kaca dan ketakutan.

"Lepaskan aku, Tuan J. Aku janji akan membayar uangmu!" ujar Delilah dengan isakan kecil yang terus keluar dari mulutnya.

"Bagaimana caranya?" Delilah berpikir cepat dan teringat sesuatu.

"A-aku akan bekerja untukmu. Bagaimana kalau aku menjadi pelayan di rumahmu ini? Aku bisa mencuci piring, aku juga bisa memasak," jawab Delilah memberi usulannya. James mengernyitkan keningnya. Tubuhnya masih diatas tubuh Delilah dan mencekal tangannya.

"Menurutmu berapa lama kamu harus bekerja disini sampai kamu bisa membayarku? Bunga perhari mu adalah 10 persen, Candy!" James mengingatkan dengan sarkas.

"Aku akan bekerja siang malam. Ku mohon Tuan J. Jangan sakiti aku!" Delilah mulai menangis dan terisak. Netra mata coklat milik James memandang mata biru topaz milik Delilah dan ia terdiam. Gadis itu sesungguhnya mulai membungkam James dan kemarahannya.

James bukan orang yang sabaran, ia gampang sekali tersulut emosi. Dia tak segan membunuh jika sudah dibuat kesal. Tapi Delilah sudah berkali-kali membuatnya marah namun tak sekalipun James ingin memukul ataupun melukainya.

'ini aneh, ada yang salah denganku," gumam James dalam hatinya.

"Aku tidak butuh pelayan baru," jawab James singkat masih terus memandang Delilah di bawah tubuhnya. James kemudian melepaskan cengkraman dan menegakkan tubuh. Ia seakan duduk di paha Delilah memandang dan berpikir.

Entah kenapa, James tak ingin melakukan hal yang kerap ia lakukan pada wanita di ranjangnya dengan Delilah. Keinginan seksual hewan yang ia miliki seakan menguap entah kemana. James kemudian bangun dan malah keluar dari kamar meninggalkan Delilah yang kebingungan.

Di luar James berhenti di depan pintu kamar dan mengurut tekuknya. Ia mengambil ponsel dari saku celana dan menghubungi Jayden.

"Kamu meneleponku? Bukannya sekarang sedang tengah malam di Napoli!" sahut Jayden begitu telepon tersambung.

"Jay, aku tidak bisa tidur. Ada yang salah denganku!" jawab James sambil berjalan ke koridor lain untuk masuk ke salah satu kamar tamu.

"Apa yang salah..." James menghela napas dan mulia bercerita.

"Ada seorang gadis..."

Delilah yang ditinggal di kamar mewah itu sudah duduk lebih dari dua jam dan James sepertinya tak kembali, Delilah berencana berbaring sebentar dan baru akan pergi jika James masuk kembali. Namun ternyata ranjang itu terlalu nyaman dan membuat si mata biru itu terlelap seketika.