Chapter 21 - Tantrum

Delilah diantar ke ruang makan mewah di mansion itu. Namun lucunya, daripada membawanya ke ruang makan utama dengan meja makan besar dan panjang, James menghidangkan makan malam di meja yang hanya bisa diisi oleh lima orang saja. Namun tetap saja itu masih mewah bagi Delilah.

Dengan sikap tubuh yang antisipatif, ia duduk di kursi makan. Matanya kemudian melihat menu makanan yang dihidangkan di atas meja itu. Sebuah steak besar dengan mash potato dan sayuran yang terpanggang cukup membuat selera makan naik. Perut Delilah langsung berbunyi dan air liurnya mulai membanjiri mulut. Ia sudah bisa membayangkan akan seenak apa makanan itu.

Entah sudah berapa lama Delilah tak makan daging. Ia tak punya uang untuk membeli makanan yang cukup bergizi untuk tubuh kurusnya. Uangnya selalu habis untuk biaya hidup sehari-hari atau diambil paksa sang Ayah.

Berhadapan dengan makanan enak tak membuat Delilah memulai makan. Ia malah takut dan tak mau menyentuh sama sekali. Sebaliknya, ia mengedarkan pandangan ke semua arah. Beberapa pria terlihat berdiri menjaga pintu dan beberapa sudut rumah. Kecuali sebuah pintu di dekat konter bar.

Delilah mengigit bibir bawahnya dan berpikir. Ia sedang mencari jalan untuk kabur dari mansion itu. Tapi bagaimana caranya? Bagaimana jika pintu itu terkunci?

Jawaban Delilah diberikan Tuhan tak lama kemudian. Seorang pengawal James masuk lewat pintu tersebut dan berjalan ke sebuah ruangan. Pintu itu hanya ditutup begitu saja dan tidak dikunci.

'Ini kesempatanku," ujar Delilah dalam hatinya. Ia mengepalkan tangan dan memantapkan hati akan segera kabur tapi ia harus menunggu sampai orang-orang di mansion lengah. Tak lama, James mendehem dan membuat Delilah bahkan berhenti bernapas.

'Apa dia melihat aku memandang pintu itu?' tanya Delilah takut dalam hatinya. Delilah tak berani mengangkat wajah dan menatap James yang kemudian mengambil tempat di ujung meja di sebelah Delilah.

"Kenapa belum makan? Kamu menungguku?" tanya James mengambil peralatan dan bersiap untuk makan. Delilah tak menjawab karena ia sedang menunggu James lengah agar ia bisa berlari ke pintu tersebut.

James mulai makan dengan memotong steak lalu memasukkannya ke dalam mulut. Dengan santai ia ia tak mnoleh pada Delilah yang tidak menyentuh makanan sama sekali.

"Ayo makan, Candy. Nanti kamu lapar!" ujar James lagi masih santai dan tak menoleh pada Delilah. Ketika James sedang asik memotong makanan, Delilah langsung mendorong kursi dengan cepat lalu berlari ke pintu belakang bar, membuka pintu dan keluar. Earth yang melewati bar tak sempat mengejar. Ia kemudian memanggil James yang terlihat santai dan tak terpengaruh.

"Tuan!"

"Biarkan saja!" sahut James.

"Tapi diluar sedang hujan, Tuan!"

"Aku bilang biarkan saja, Earth!" tegas James lagi. Earth pun mengangguk dan memberi kode pada para pengawal di dalam mansion untuk mundur dan tak mengejar Delilah.

Begitu keluar, Delilah langsung basah diguyur hujan deras. Ia tak tau rupanya di luar sedang turun hujan. Tak terdengar apapun sama sekali di dalam bangunan mansion yang luas itu. Tapi Delilah tak perduli, ia memilih untuk berlari dibawah guyuran hujan mencari jalan keluar. Delilah hanya bisa berputar-putar masuk dari satu taman ke taman yang lain tanpa bisa menemukan jalan keluar. Sampai akhirnya ia tiba di gerbang utama tempatnya masuk dibawa James sebelumnya.

Gerbang itu bahkan dijaga oleh puluhan orang yang berdiri memakai payung dalam hujan. Delilah terengah dan menyeka air hujan yang membasahi wajahnya. Dia hanya bisa terisak dan menangis. Delilah masih tak mau menyerah, ia berlari lagi menyelusuri dinding pagar yang tingginya mencapai lebih dari 4 meter.

"Tolong aku!" teriak Delilah mulai putus asa. Ia berharap ada orang di luar pagar yang bisa mendengarnya.

"Aku mohon tolong aku... aku terkurung di sini!" Delilah masih berusaha berteriak. Suaranya kalah jauh dengan suara hujan yang begitu deras. Delilah terjatuh beberapa kali dan kaki mulus putihnya jadi tergores.

"Aaah..." Delilah tak menyerah dan terus berjalan melewati taman mencari pintu keluar tapi di tengah basah kuyup seperti itu, ia bahkan tak bisa melihat dengan baik.

Sementara James yang masih di dalam mansion, dengan santai menghabiskan makan malamnya sendirian. Setelah meminum air putih dan mengelap mulutnya. Ia bangun dari tempat duduk dan meletakkan serbet di atas meja makan.

James lalu berjalan ke arah pintu depan dan dibukakan pintu oleh salah seorang pengawalnya. Earth yang penasaran, mengikuti James meski tak dekat. Grey bahkan ikut menghampiri Earth melihat apa yang terjadi.

"Apa yang dilakukannya?" tanya Grey pada Earth. Earth menggelengkan kepalanya.

James mengambil sebuah payung dari salah satu pengawalnya. Dengan santainya ia berjalan memakai payung dengan sebelah tangan berada di salah satu saku celana.

James menelusuri jalan setapak taman samping mansion sampai ia tiba di depan Delilah yang berjongkok meringkuk memeluk lututnya. Ujung sandal James terlihat oleh Delilah dan ia menaikkan pandangannya di tengah air hujan yang masih turun meski tak sederas beberapa menit lalu.

Dalam keadaan menggigil kedinginan, Delilah menahan gemetar di tubuhnya.

"Sudah mengambeknya? Sekarang masuk!" ujar James masih dengan sikap dingin. Ia bahkan lebih dingin daripada air hujan yang tengah menguyur membasahi tubuh Delilah saat ini.

"L-lepaskan aku!" ujar Delilah terbata-bata karena rasa dingin. James hanya tersenyum sinis.

"Boleh... asal kamu bisa membayar uangku sekarang. Kamu bisa langsung pergi!" jawab James datar.

"Kamu benar-benar pria jahat. Apa ini balasanmu untuk orang yang sudah menyelamatkanmu! Jika aku tau seperti ini, aku takkan pernah menarikmu keluar dari selokan itu dan membawamu ke rumah sakit!" sahut Delilah memancing kemarahan James. James berjalan makin mendekat dan Delilah sudah makin terduduk ke belakang. Ia berjongkok untuk bisa lebih dekat dengan gadis itu.

"Jika kamu tidak menyelamatkanku dan Ayahmu menjualmu sebagai jaminan, kamu pasti sudah mati dari tadi. Bayaran atas harga dari menyelamatkan nyawaku adalah aku masih membiarkanmu hidup sampai sekarang. Jadi kita impas!" Delilah mengernyitkan kening tak percaya yang ia dengar. Dan James dengan seenaknya tersenyum tanpa merasa bersalah.

"Ayo bangun... kamu belum makan," ujar James dengan nada lebih rendah dan lembut. Ia hendak memegang tangan Delilah tapi gadis itu menepisnya dengan kasar. James jadi mendengus kesal. Ia sudah capek-capek keluar dengan payung dan beberapa bagian celananya mulai basah, tapi Delilah masih tak mau menurutinya.

"Jangan membuatku marah, Candy. Aku tidak pernah merayu dan membujuk wanita. Jadi jangan harap aku akan melakukannya padamu!"

"Aku tidak butuh rayuanmu! Aku mau keluar dari sini!" teriak Delilah hendak lari tapi tangan James lebih cepat. Ia menarik Delilah lalu membawa gadis itu ke atas pundaknya. James terpaksa melepaskan payung dan berjalan di dalam hujan karena menggendong Delilah.

"Lepaskan aku!... Turunkan aku, Tuan J!" teriak Delilah mencoba melawan menghentakkan tubuhnya. James dengan gampangnya berjalan kembali ke mansion menggendong Delilah di bahunya.

"Lepaskan aku... lepaskan aku!" teriak Delilah meminta tolong. Earth dan Grey yang melihat adegan itu jadi melebarkan mata. James tak pernah terlihat memiliki ketertarikan dengan wanita manapun sebelumnya seperti itu. Ketika Michele Luiz yang sebelumnya sempat membuat James sedikit tergila-gila tak sebanding dengan sikapnya kini pada Delilah.

Grey memandang Earth dengan kening mengernyit mencoba mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Untuk apa dia repot-repot memaksa gadis itu masuk kemari? Lagi pula itu hanya uang 100 ribu Euro, aku pun bisa membayarnya!" ujar Grey dengan nada heran setelah James melewati mereka dan masuk ke dalam mansion. Earth menghela napas dan mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Apa yang sudah dilakukan gadis itu sampai gunung es itu sekarang mencair?" Earth balik bertanya.

"Apa dia tertarik pada Nona Starley?" Grey masih penuh dengan pertanyaan.

"Entahlah Grey, jangan tanya aku. Entah mantra apa yang sudah diberikan gadis itu padanya!" Earth masuk ke dalam mansion meninggalkan Grey yang masih berkacak pinggang kebingungan. Ia pun akhirnya menggelengkan kepala dan ikut masuk ke dalam.

Sementara James yang sudah basah terlebih Delilah yang basah kuyup langsung dimasukkan James ke dalam kamar. Ia menurunkan Delilah yang masih melawan lalu menariknya paksa tengkurap di atas pangkuan James.

Plak!- James langsung memukul pantat Delilah dengan sebelah tangannya sementara sebelah lagi memegang tubuhnya agar tak bergerak dari posisi.

"Aaahhkk... apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku Tuan J! Aaakhhh!" teriak Delilah kesakitan tapi James kemudian memukul lagi pantat sebelahnya.

"Ini hukuman untuk gadis tak penurut sepertimu, Candy!" desis James di telinga Delilah lalu memukul lagi. Plak!-

"Aaahhkk!"