Rasa sakit akibat luka tembak yang sudah menghabiskan banyak darah mungkin tak seberapa dibandingkan rasa sakit hati yang dialami oleh James Belgenza kali ini. Ia percaya pada kata-kata seorang wanita yang ia sukai yang kemudian menipu lalu menjebak untuk membunuhnya.
Betapa James ingin sekali membunuh wanita itu sekarang tapi ia baru membuka mata dan kondisi fisiknya yang tak memungkinkan untuk melakukan pembunuhan sekarang.
Earth Lewis, pengawal sekaligus kepala keamanan James Belgenza sudah menunggui dengan cemas Tuan-nya itu dua malam.
"Tuan sudah sadar?" tanya Earth lagi. James menoleh dengan wajah dingin dan mengangguk sangat pelan. Earth pun mengangguk dan sedikit menundukkan kepalanya.
"Apa yang terjadi?" tanya James dengan suara lemah.
"Tuan dijebak oleh Nona Michele Luiz. Belakangan aku baru mengetahui jika ia adalah istri Emilio Rodriguez. Maaf Tuan, harusnya aku memperingatkanmu lebih awal," ujar Earth dengan nada menyesal.
"Bukan salahmu, Earth. Aku yang tidak hati-hati dan mengabaikan peringatanmu selama ini."
"Itu sebabnya mengapa aku lebih suka Tuan menawar di pelelangan Dubrich daripada berkencan dengan wanita yang baru saja dikenal di bar." James mendelik pada Earth dan dia pun sedikit menunduk.
"Maafkan aku, Tuan. Aku tidak bermaksud menyindirmu," ujar Earth lagi. James mencoba bangun meski sakit di perutnya belum pulih. Earth kemudian membantu bosnya untuk duduk dengan ranjang yang agak ditinggikan.
"Akan kuurus dua bajingan itu nanti. Cari mereka sampai dapat, aku takkan lama disini!" ujar James memberi perintah dengan dingin. Earth mengangguk dan meletakkan bantal agar ia bisa bersandar.
"Earth... siapa yang sudah menolongku dan membawaku ke rumah sakit? Sepertinya dia seorang gadis," tanya James tiba-tiba ingat siapa yang sudah menariknya dari selokan.
"Aku sudah menanyakannya pada Dokter. Katanya ada seorang gadis yang membawa Tuan kemari. Semua datanya ada disini. Aku hanya tinggal memintanya." James mengangguk mengerti.
"Ambilkan. Aku ingin tau siapa yang sudah menolongku!" Earth pun mengangguk dan keluar dari kamar perawatan James sesaat. Sedangkan James masih berada diatas ranjang sambil memegang perutnya yang masih belum pulih.
Sambil menunggu Earth kembali, James mencoba mengingat wajah penolongnya. Ia hanya ingat jika yang menolongnya adalah seorang wanita dengan tubuh kecil dan kurus. Tak lama kemudian, Earth pun kembali dan memberikan James surat pernyataan yang ditandatangi oleh gadis yang menolongnya.
James mengambil kertas itu dan membacanya. Keningnya mengernyit lalu menoleh sekilas pada Earth.
"Namanya Vreya Delilah Starley dan status disini... dia menyebut jika dirinya adalah pacarku?" James melirik dan bertanya pada Earth yang mengangkat bahunya.
"Kata perawat yang menerimamu, Nona Starley mengaku menjadi pacarmu karena ia harus menandatangani surat ijin operasi." James mengangguk mengerti.
"Mereka juga bilang jika Nona Starley ikut menunggui operasimu sampai selesai Tuan. Dan dia baru pergi setelah memastikan jika Tuan baik-baik saja," sambung Earth lagi memberi laporannya.
"Owwh... manisnya! Aku sangat tersentuh!" sindir James dingin dengan sarkasnya. Ia melempar dokumen itu ke atas kaki yang tengah berselonjor di balik selimut.
"Cari gadis bernama Starley itu. aku ingin berterima kasih padanya!" Earth pun mengangguk pada perintah James dan mengambil dokumen itu kembali.
James baru bisa keluar dari rumah sakit beberapa hari kemudian dan menjalani perawatan di mansionnya. Tapi bukan James namanya jika ia melupakan kesalahan seseorang begitu saja. Setelah tau jika wanita yang sempat membuatnya ingin jatuh cinta ternyata seorang pengkhianat, James tak membuang waktu untuk memerintahkan kelompok mafia-nya mencari suami istri itu.
Hanya butuh dua hari sampai akhirnya mereka ditemukan di sebuah vila kecil di kaki bukit luar Napoli. Masih menggunakan perban namun sudah bisa berjalan, James keluar dari mobilnya dan menghirup udara segar pegunungan yang segar.
"Mereka di dalam!" ujar Earth setelah membuka pintu mobil bagi James. James pun berjalan diikuti oleh Earth dan beberapa orang pengawalnya.
Seorang anggota mafia-nya membuka pintu vila tersebut dan James melangkahkan kakinya yang memakai sepatu pantofel mahal buatan Swiss yang dirancang hanya untuknya.
Ia berjalan masuk dan Earth menujukkan tempat dimana wanita bernama Michele Luiz dan pria yang sudah menipu James yaitu Emilio Rodriguez. Wanita itu sudah diikat dengan kedua pergelangan tangan berada di depan. Sedangkan suaminya sudah babak belur dihajar salah satu anggota mafia James.
James menghela napas dan duduk di depan Michele sambil melipat kakinya. Wanita itu melihat James dengan pandangan sinis dan jijik.
"Kamu tidak senang bertemu denganku?" sindir James dengan dingin tanpa senyum sama sekali. Michele mendengus sinis dan berusaha merendahkan James.
"Aku tidak mau bertemu dengan pria menjijikkan sepertimu!" James terkekeh sinis dan melirik pada Earth.
"Bukan itu yang kamu katakan saat meneriakkan namaku ketika kita bercinta di ruang tamuku. Bukankah kamu bilang jika tak ada lelaki yang bisa memuaskanmu seperti saat aku melakukannya untukmu!" balas James sama jahatnya. Sang suami Emilio hanya diam saja mengetahui istrinya tidur dengan pria lain agar misinya tercapai.
"Tidakkah kamu bodoh mau menjebakku, Michele? Apa yang sudah Emilio lakukan padamu sehingga kamu mau rela mengobankan dirimu sendiri? Tidur dengan pria lain agar Suamimu dapat membawa lari uangku? Itu lebih menjijikkan, Sayang!" tambah James lagi. ia masih duduk dengan santai dengan jemari saling mengait dan lutut yang melipat seperti layaknya bos besar.
Matanya lalu melirik pada Emilio yang menunduk saja. Pria berkepala plontos itu bahkan tak berani menatap James sama sekali.
"Bicaralah, Emil. Apa kamu tidak mau mendengar bagaimana istrimu meraung-raung karena kenikmatan yang aku berikan berjam-jam padanya!" sindir James makin menjadi-jadi.
"Istrimu tak jauh beda dengan pelacur yang aku beli di Dubrich dan tidur denganku selama satu minggu tanpa jeda. Aku tidak keberatan tidur dengan istri orang lain, toh aku sering melakukannya!" Earth terkekeh kecil dan menyimpan senyuman sinisnya melihat Emilio.
"Kamu bodoh mengumpankan istrimu padaku." James berdiri dari tempat duduknya dan menjulurkan tangannya pada Earth. Earth memberikan James sebuah revolver yang khusus dirancang untuk dirinya. Revolver berwarna silver itu memiliki teknologi palmprint yang hanya bisa aktif jika James yang memegangnya.
Michele mulai terlihat menangis dan menunduk. Ia tau ia akan mati hari ini. James Belgenza bukan orang yang punya kasih sayang dalam hatinya. Ia tak segan menyiksa tapi dia lebih suka membunuh.
"Kenapa menangis? Jangan bilang kamu merindukan bercinta denganku lagi!" ejek James memegang senjatanya. Ia mengarahkan senjata itu ke kepala Michele dan melirik pada suaminya Emilio.
"Aku kecewa padamu, Emil. Aku sedang menodongkan senjata pada istrimu dan kamu diam saja. Ah... Michele jika aku jadi kamu, aku pasti sudah menceraikan pengecut itu!" Michele menaikan wajahnya melihat James dengan airmatanya berharap dia akan diampuni.
"Tapi mati lebih baik." Dharrr- satu peluru menembus kepala Michele dan dan ia tumbang dengan sisa isi kepala berceceran di lantai. Darahnya bahkan muncrat sampai ke dinding di belakangnya.
Emilio hanya bisa menunduk dan memejamkan matanya. Ia tak berani melihat istrinya sudah ditembak mati di depannya. James memeriksa jas mahal dan sepatunya jika saja terkena percikan darah.
Kini ia mengarahkan senjatanya pada kepala Emilio. Ia mendehem agar Emilio mengangkat wajahnya.
"Mana uangku?" tanya James pada Emilio. Emilio tak menjawab ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya disuruh, Tuan Belgenza. Aku tak memiliki uangnya. Semua diambil oleh Gabriel Moretti," ujar Emilio memecut amarah James. Dari semua pria yang paling membuat James dendam adalah Gabriel Moretti. Si pengkhianat yang sudah membunuh Ayahnya, pemimpin El Rosso yang sebenarnya. Gabriel mengambil pucuk pimpinan kelompok mafia itu dengan cara paling jahat, meracuni Fabrizio Belgenza, pria yang sudah mengasuh James hingga dewasa.
"Kalau begitu kamu lebih pantas mati!" Dhaaarr – satu peluru lagi tanpa menunggu jeda menembus kepala Emilio. Ia jatuh seketika. Sama seperti istrinya yang mati dengan tragis. Kali ini darah Emilio mengotori celana James.
"Ah... celana ini terbuat dari serat wool khusus dan si brengsek ini merusak pakaianku!" umpatnya kesal.