"Bisa saja mata biru Chrysant itu memiliki kemampuan khusus, seperti membaca pikiran. Itulah kenapa ia selalu bertindak abnormal setiap kali bertemu orang-orang, karena mungkin ia sudah tau seperti apa pemikiran mereka terhadapnya. Wangye bukankah ia juga sangat ketakutan ketika pertama kali melihat anda? Seperti ia menangkap sesuatu dari anda sehingga membuatnya takut"
Li mama sebenarnya berpikir, dengan aura berdarah dingin milik pangeran Sun, siapa yang tidak akan mati ketakutan ketika melihat pria itu. Tapi ia masih mengklaim hari itu Chrysant bertindak berlebihan. Seorang pelayan biasa, se-takut apapun mereka itu tidak memungkinkan mereka untuk melarikan diri. Tapi Chrysant melakukannya seperti baru saja melihat harimau buas yang siap menerkamnya.
Li mama berharap penjelasannya ini cukup masuk akal dan dapat di terima oleh pangeran Sun. Tinggal begitu lama di harem, membuatnya sedikit terlatih untuk berpikiran cerdik dalam menyikapi situasi dan kondisi. Li mama sedikit merasa puas dengan kemampuannya itu.
Sun Ho Chyou kembali mengenang pertemuan mereka di taman manor hari itu. Senyum gadis itu yang cerah di depan Li mama terus lenyap ketika melihat dirinya. Ia tampak seperti baru saja melihat pembunuh berdarah dingin.
Mata biru?
Membaca pikiran?
Apakah gadis itu sungguhan seorang penyihir?
Jika itu benar, maka ini akan menjadi kekuatan terbesarnya di masa depan.
Kali ini Li mama melihat kilat kepuasan dari mata elang pangeran Sun. Pria itu kemudian melambai, membolehkannya pergi. Dengan begitu Li mama pun membungkuk hormat, melangkah mundur, lalu membuka pintu dan keluar.
"Penjaga"
"Jawab dianxia!"
"Perintah koki manor untuk menyajikan huáng chá[1] untuk benwang"
Penjaga yang mendengar perintah itu terus membungkuk dan melangkah keluar untuk menjalankan perintah. Dalam hati ia menebak, bahwa pangeran Sun sedang bahagia saat ini, itulah kenapa ia memesan huáng chá. Pangeran Sun hanya menikmati teh itu di saat ia merasa bahagia dan merasa sangat puas.
Dengan bahagianya pangeran Sun, maka itu termasuk kebahagiaan seluruh penduduk manor. Mereka tidak harus menderita lagi dengan ketidakbahagiaan pangeran itu yang terlampiaskan pada mereka.
___
"Sambut kedatangan yang mulia Sun wangfei"
Seorang kasim mengumumkan kehadiran Chrysant diambang pintu istana. Para pelayan mulai berbaris, berjejer dengan rapi untuk menyambut kehadirannya yang diikuti dengan beberapa penjaga. Meski dipermukaan tampak diperlakukan secara terhormat oleh mereka semua, Chrysant tidak bodoh menilai situasi. Dengan sekali pandang, ia langsung melihat tatapan mencemooh dan merendahkan dari mereka semua.
Tangannya yang bergetar, ia kepal erat dibalik jubah putih kebesarannya. Ia berusaha keras bersikap seperti patung hidup berjalan, seperti yang baru saja di praktekkannya di Sun manor. Dengan begitu ia dapat sedikit meredam gejolak kegelisahan dan kekhawatiran dalam hatinya.
Dengan tenang langkahnya berayun, mengambil tiap pijakan kosong di hamparan tanah kekaisaran yang luas. Gerakannya yang begitu tenang dan mulia, nyaris membuat beribu pasang mata yang sebelumnya menatap rendah menjadi terpukau. Bahkan seorang putri yang begitu anggun tak dapat menyembunyikan sisi angkuhnya ketika berjalan.
Tapi gadis itu, tampak sangat teratur dalam tiap langkahnya. Itu tenang dan sopan. Nyaris membentuk jejak kemuliaan yang bermartabat dan mempesona, yang tidak menyisakan sedikit cela atau bahkan keangkuhan yang membuat nilai mulianya turun. Dengan begitu semua orang seperti melihat sosok Ratu bermartabat yang rendah hati, baru saja berjalan melewati mereka.
Seketika tatapan merendahkan dan mencemooh hilang menjadi tatapan yang dengan tulus menunduk penuh hormat. Pergantian itu sedikit mengejutkan Chrysant, membuatnya menghela nafas dan merasa lebih baik.
Tapi cobaan kembali melanda ketika ia melangkah ke aula besar dengan deretan selir harem di dalamnya. Mata mereka yang tajam dan angkuh bersinar begitu mencela terhadapnya, mereka seakan mengejek betapa jeleknya wajah yang mereka lihat tapi menyandang status sebagai permaisuri seorang pangeran?
Sangat tidak pantas!
Mereka tampak seperti jelmaan serigala betina yang haus darah dan daging, sangat buas!
Menyikapi itu, Chrysant seakan sudah berada di ujung ambang kematian. Ia perlahan kehilangan kendali dirinya. Langkahnya yang semula tenang, berganti menjadi lamban dan bergetar. Bahkan sepasang kaki itu nyaris hendak roboh, para selir yang sekilas melihat keganjilan itu terus tersenyum mengejek.
Bahkan diantara mereka ada beberapa yang ter-kikik kecil dan terus ditahan, dengan lengan jubah mereka yang lebar tergerak cepat untuk menutupi jejak tawa mereka dengan anggun.
Setelah penderitaan itu, sampailah ia di hadapan para penguasa besar. Di sana ada kaisar yang duduk tegap di singgasana naga nya. Sosok itu tampak berwibawa dalam jubah naga ber-sulam emas kebesarannya. Di bawahnya tepat di sisi kanan, duduk Ibu suri yang berwibawa di kursi phoenix nya yang mulia. Sosok itu terlihat anggun dan tua. Riasannya yang tebal sama sekali tidak menutupi jejak usianya yang sudah memakan separuh kehidupan.
Dan di sisi kiri, duduk sang permaisuri bermartabat di kursi phoenix nya anggun. Itu adalah wanita dengan karakter yang tertempa bertahun-tahun oleh kejamnya istana harem, kewibawaannya yang sangar dan kemuliaannya yang tegas.
Chrysant semakin gugup di tempat, memikirkan salam penghormatan seperti apa yang harus ia lakukan pada para penguasa besar istana itu. Pada akhirnya ia memutuskan untuk bersimpuh di hadapan mereka dengan kepala yang menekuk ke bumi, memaksa menatap ke bawah seakan nyaris menguburkan wajahnya. Setelah itu, ia sama sekali tidak berbicara sepatah kata pun.
Kelakuan itu berhasil menjadi lelucon besar di seluruh penghuni aula kerajaan. Seorang permaisuri pangeran, yang begitu malu menampilkan wajah jeleknya di hadapan penguasa. Ia bahkan hampir menyembunyikan wajahnya itu sangat dalam, seakan siap menggali bumi.
kaisar sendiri dengan mata naga nya, menatap rendah dan meremehkan. Ibu Suri tidak sanggup menyembunyikan jejak senyum mengejek di balik lengan jubahnya yang lebar. Hanya permaisuri yang memperhatikan lelucon itu tanpa mengeluarkan ekspresi apapun.
"Aiya, Sun wangfei sampai kapan anda terus menatap bumi. Ajia[2] sama sekali tidak mempermasalahkan keunikan wajah phoenix anda, jadi tidak perlu begitu sungkan" Ibu suri yang akhirnya menjadi orang pertama pemecah keheningan, langsung menyuarakan nyanyian halusnya yang memiliki titik ketajaman seperti pisau.
Beberapa orang di aula yang mendengar hal itu, nyaris ingin tergelak. Ibu suri sungguh ahli dalan menyelipkan belati indah di kedalaman kata-katanya yang murah hati.
"Itu benar. Zhen sendiri yang menganugerahkan anda kepada Sunwang, siapapun yang menghina wajah phoenix anda, jelas menghina zhen"
Melihat pembelaan kaisar pada gadis jelek itu, para selir terus berhenti tersenyum dan menahan keras untuk tidak ter-kikik. Siapa yang berani menghina kaisar di sini?
___
[1] Huáng chá, teh kuning.
[2] Aijia, ungkapan ibu suri yang merujuk pada dirinya sendiri (sebutan yang mengarah kepada pemanggilan dirinya sendiri).