Semenjak insiden di istana hari itu. Tembok-tembok pun mulai saling berbisik. Dari satu ke yang lainnya. Lambat-laun, aroma kentang panas pun samar-samar mulai tercium. Dan angin pun berhembus, menyebarkannya dari pelataran istana hingga ke ibukota. Detik itulah keganjilan yang terjadi pada Chrysant, permaisuri pangeran Sun. Menjadi perbincangan publik, di seluruh kalangan. Baik dari rakyat biasa hingga bangsawan.
Mereka semua membicarakannya.
Tepat di kediaman Marquis Lin. Seorang gadis cantik dengan kulit putih mulus seperti porselen, duduk dengan tenang di depan meja rias. Membiarkan seorang pelayan yang berdiri di belakangnya, menata rambutnya dengan telaten.
"Xiaojie[1] apa anda sudah mendengar kentang panas yang dibicarakan akhir-akhir ini?" Si pelayan yang tengah menata rambutnya itu, membuka kedua bibir kecilnya dengan sebuah pertanyaan yang terdengar cukup menarik. Sambil ia berbicara, tangannya terus menyikat rambut wanita itu dengan cekatan.
Lin bao-yu yang sedang merenungi kecantikannya di cermin perunggu, mendengar pertanyaan dari pelayannya itu, terus mengembangkan senyum lembut dan berkata. "Tentang apa itu?"
Melihat Lin bao-yu yang antusias, si pelayan semakin tak sabar untuk menceritakan padanya perihal kentang panas itu. Ia merasa sangat yakin dalam hatinya, mendengar topik ini Lin bao-yu pasti akan sangat bahagia.
"Itu adalah tentang Sun wangfei yang di kabarkan menderita kelainan"
Lin bao-yu yang mendengar itu, merajut sepasang alisnya penuh minat. Kelopak matanya perlahan berkibar jahat. Ia tidak akan pernah mengira pelayannya akan membawa topik yang begitu menarik untuk di bicarakan kali ini.
"Kelainan seperti apa itu?" Lin bao-yu tidak sabar untuk mendengar lebih. Jari-jemarinya yang lentik mulai menelusuri permukaan wajahnya yang halus. Semakin ia melihat, semakin ia memuji kecantikannya dalam hati.
"Tidak jelas seperti apa itu, tapi dari rumor yang beredar—itu seperti gangguan jiwa"
"Gangguan jiwa?"
"Em!" Dengan semangat si pelayan menganggukkan kepalanya. Melirik ke cermin, ia dapat melihat Lin bao-yu yang tersenyum lebar tampak begitu bahagia.
Lin Bao-yu yang melihat rambutnya sudah ditata cukup baik, ia pun memilih beberapa perhiasan yang dapat mempercantik tata letak rambutnya. Lalu menyerahkannya ke pelayannya untuk di sematkan ke rambutnya. Melihat hasilnya, ia pun dengan angkuh mengangkat wajahnya ke cermin. Mengangkat bibir tipisnya sedikit keatas, ia pun tersenyum puas.
"Sepertinya Sunwang sangat tidak bahagia dengan pernikahan itu"
"Xiaojie kenapa Sunwang tidak melenyapkan saja gadis jelek itu? Apa Sunwang sangat menikmati dirinya menjadi lelucon ibukota saat ini"
Lin bao-yu dengan tenang berdiri dari duduknya dan perlahan berbalik. Mata phoenix nya menyipit tidak bahagia pada gadis pelayan di depannya. Melihat itu si gadis pelayan sedikit menyusut, tak tau kapan tiba-tiba tangan halus di sana terulur untuk menyentil dahinya.
"Aduh!"
"Gadis bodoh! Apakah Sunwang begitu ceroboh melenyapkan gadis itu begitu saja? Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti"
Si gadis pelayan yang menyadari kebodohan nya, wajahnya terus menekuk dalam perasaan bersalah. "Mohon ampun xiaojie, nubi[2] sadar dirinya bodoh"
Lin bao-yu mendengus kesal melihat betapa bodohnya pelayan yang ia punya. Tak ingin terus mempermasalahkan hal yang remeh, ia mengajak gadis pelayannya keluar untuk menikmati teh.
Mereka berjalan mendekati danau buatan di depan paviliun. Ada kursi dan meja teh di sana yang sengaja di tata untuknya. Sebagai satu-satunya putri di keluarga Marques Lin, ia begitu dimanjakan dengan berbagai fasilitas istimewa yang mengikuti kemauannya.
Duduk di sana dengan panorama cantik danau buatan dan pohon maple musim gugur, si gadis pelayan dengan telaten mengangkat teko teh dan menuangkannya ke cangkir untuk Lin bao-yu.
"Xiaojie menurut anda apa yang akan dilakukan Sunwang kepada gadis itu?"
Lin bao-yu dengan tangannya yang lentik, mengangkat cangkir teh itu dengan anggun, membentuk citra seorang putri bangsawan yang mulia. Mendekatkan cangkir itu ke bibir, ia meneguknya pelan. Mendengar pertanyaan pelayannya, bulu matanya perlahan berkibar licik. Bibirnya pun sedikit terangkat menghina. Habis meneguk secangkir teh, dengan tenang ia mengembalikan cangkir ke meja. Dan si pelayan bergerak cepat untuk kembali mengisi kekosongan itu.
"Yihua sebelum aku mengatakan pendapat ku, lalu bagaimana menurut mu?" Lin Bao-yu balik bertanya pada pelayannya itu.
Dengan gugup Yihua menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, bibirnya perlahan melebar menarik senyum malu-malu. Wajahnya pun sedikit perlahan menunduk menatap tanah. "Nubi terlalu bodoh untuk menebak apa itu"
Jawaban itu membuat Lin bao-yu mengangkat salah satu alisnya, lalu menggelengkan kepalanya. Pelayan kecilnya memang sama sekali tidak dapat diharapkan untuk bertukar pendapat. Sesaat pikirannya mulai mengembara pada bayang-bayang wajah pangeran Sun yang tampan. Sudah lama ia tidak melihat pria itu. Meski sudah di tolak dengan tegas, itu sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk terus mengejar cinta pria itu.
Awal pertama Lin Bao-yu melihat pangeran Sun, itu terjadi ketika lomba berburu antar bangsawan beberapa tahun yang lalu di waktu musim semi. Dimana banyak hewan buas di hutan mulai keluar dari persembunyiannya. Hari itu pangeran Sun yang terkenal jarang mengungkapkan batang hidungnya, muncul untuk mengikuti ajang tersebut.
Pangeran Sun tampak begitu gagah hari itu. Seperti pria jelmaan elang hitam yang misterius. Pria itu duduk begitu angkuh di atas kudanya, menarik busur panah dengan tangkas, lalu matanya menyipit dengan bengis tak berperasaan memindai pada titik objek yang akan dipanah nya.
Membayangkan keindahan itu, tanpa sadar bibir tipisnya terangkat membentuk senyum malu-malu seperti seorang gadis yang di mabuk cinta.
Dan momen yang paling membuat Lin Bao-yu terkenang, saat dimana pangeran Sun datang sebagai penyelamatnya.
Lin Bao-yu yang pada waktu itu sangat berniat untuk mencuri perhatian pangeran Sun, ia pun memohon pada kakak lelakinya untuk bergabung dengan para bangsawan wanita dalam kontes berburu. Awalnya kakak lelakinya menolak, mengetahui ia yang tidak terlalu mahir berkuda dan tubuhnya yang begitu mungil untuk melakukan hal berat seperti itu. Tapi setelah merengek, kakak lelakinya pun dengan terpaksa membolehkan.
Tapi ketika ia hendak membidik mangsa di tengah hutan, kudanya entah bagaimana mengamuk membuatnya terjatuh di pertengahan alam liar. Berjuang keras untuk kembali ke lokasi awal, di pertengahan jalan ia berjumpa seekor harimau besar dan buas.
Tepat ketika harimau besar itu siap menerkamnya. Detik itu pula dua panah melesat cepat, tertancap di atas titik vital hewan buas itu dan mati. Ketika ia mengangkat wajahnya, tatapannya terus bertemu dengan pria tampan yang telah membuatnya terjerat dalam ajang berburu ini. Itu adalah sosok pria dingin nan tampan yang melakukannya.
Pria itu yang sama sekali tidak melirik kearahnya, belum lagi bibir Lin Bao-yu bergerak untuk menyuarakan rasa terimakasihnya. Pria jelmaan elang hitam misterius itu sudah membawa kudanya pergi. Biar begitu, hal itu tidak dapat menghentikan bibirnya untuk tersenyum merasa sangat tersentuh.
Yihua yang melihat Lin bao-yu terus tersenyum malu-malu dengan pipi merona seperti bunga persik, merajut alisnya dan berpikir, apa yang terjadi pada nona muda nya?
"Xiaojie?"
Lin bao-yu masih saja tersenyum sendiri membuat Yihua bergidik di tempat. Apakah nona mudanya kerasukan roh jahat?
"Xiaojie!" Panggilnya lagi.
Yihua dengan keras melambai-lambaikan tangannya di depan wajah yang masih saja tersenyum itu. Tapi yang tersenyum, seperti tidak melihat lambaiannya. Karena khawatir, mendadak ia memekik.
"Xiaojie apakah anda baik-baik saja ah?" Serunya panik.
Lin bao-yu pulih dari akal sehatnya dan dengan gugup melambai pada Yihua. Memberi tahunya bahwa ia baik-baik saja.
"Ganti air nya, ini sudah dingin"
"Baik Xiaojie"
___
[1] Nona muda
[2] Pelayan