Hari demi hari telah terlewati, Kenzie dan Audi semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, entah itu untuk belajar maupun kegiatan yang lainnya. Audi merasa sangat nyaman ketika berada disamping Kenzie, sedangkan Kenzie masih memikirkan tentang siapa pengirim surat itu.
Audi menunggu Kenzie di depan rumahnya, Kenzie berjanji akan mengantar dan menjemput dirinya setiap hari. Tak lama kemudian, Kenzie datang bersama motor ninja hitam miliknya lalu Audi naik dan mereka melesat pergi menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah, Audi ditatap tidak enak oleh banyak siswi. Kenzie menatap Audi dan mengisyaratkan agar tidak menghiraukan semua tatapan itu, Audi berjalan menuju kelasnya. Akhir-akhir ini, Audi sudah tidak pernah mengirim surat putih itu lagi.
"Ken, lo udah nggak pernah dapat surat itu lagi?" tanya Rafy dengan menatap Kenzie penasaran, lalu kepala Kenzie menggeleng.
"Tuh, udah pasti pengirimnya itu Audi. Gue yakin seratus persen," sahut Jeff lalu duduk disebelah Kenzie.
"Gue belum percaya, gue harus dengar sendiri dari mulut Audi," kata Kenzie pasrah. Ini adalah salah satu sifat Kenzie, ia tidak gampang percaya dengan suatu hal. Ia harus mendengar sendiri secara langsung alasan atau penjelasannya, lalu Kenzie percaya.
"Terus, mau lo apa?" tanya Jeff bingung.
"Mungkin gue bakal jadian sama Audi, terus gue pancing buat ngaku tentang surat itu," jawab Kenzie enteng, lalu kedua temannya menggeleng-gelengkan kepala.
"Yakin lo?" ucap Rafy dengan menatap Kenzie.
"Iya, gue yakin," jawab Kenzie datar.
Audi duduk di depan lapangan, ia sibuk menulis di buku catatan kecil miliknya. Audi suka menulis apa saja yang ada dipikirannya, ia juga suka menulis sajak dan cerpen. Riza menatap Audi yang sibuk menulis dari jauh, lalu berniat untuk mengagetkan Audi.
"Hayo!" ucap Riza dengan berteriak di depan Audi.
"Duh! Gue kaget nih," jawab Audi dengan emosi, lalu Riza hanya tertawa lebar dan masuk ke dalam kelas.
Pelajaran berlangsung sangat lama bagi Audi, ia tidak sabar bimbingan untuk olimpiade sepulang sekolah nanti. Audi tidak sabar bertemu dengan tambatan hatinya, lalu Audi tersenyum sendiri.
Jam menunjukan pukul sembilan, sudah saatnya untuk istirahat. Audi memakan bekal yang dibawanya dari rumah, Riza menatap Audi yang sedang senyum-senyum sendiri. Riza sengaja menyenggol bahu Audi untuk menyadarkan Audi.
"Ngapain senyum-senyum sendiri?" tanya Riza dengan menatap Audi.
"Nggak apa-apa, gue membayangkan kalau suatu saat nanti gue jadian sama Kenzie," ucap Audi lalu menatap Riza dan tersenyum lebar.
"Iya aja deh, biar cepet," jawab Riza singkat.
Kenzie, Jeff, dan Rafy sedang duduk di kantin yang ramai ini, Kenzie sibuk memikirkan bagaimana cara membuat Audi mengaku tentang surat putih itu. Sedangkan, Jeff dan Rafy sibuk bermain game online di ponselnya. Apakah Kenzie harus pura-pura berpacaran dengan Audi?
"Jangan main game terus dong, kasih saran gitu," ucap Kenzie sembari mengambil ponsel teman-temannya.
"Ya gimana lagi, lo nggak mau percaya sama ucapan kita berdua," jawab Jeff dengan kesal karena ponselnya diambil oleh Kenzie.
"Rencananya lo mau pacaran sama Audi, emangnya lo suka sama dia?" tanya Rafy dengan menatap Kenzie, lalu Kenzie menggelengkan kepalanya.
"Gue nggak suka sama dia," jawab Kenzie.
"Terus kenapa lo ngasih perhatian lebih ke dia? Kasihan tau anak orang," protes Jeff lalu mengambil ponselnya dari tangan Kenzie.
"Tujuan gue supaya dia ngaku, udah itu aja nggak lebih," ucap Kenzie datar.
Bel pulang sekolah berbunyi, Audi menunggu Kenzie di depan kelasnya. Ia tidak sabar untuk bimbingan dan terus bersama Kenzie, tak lama kemudian Kenzie sudah berada dihadapan Audi. Lalu, Audi dan Kenzie berjalan menuju perpustakaan, Audi kaget ketika tangan Kenzie menggenggam tangannya.
"Eh?" ucap Audi lalu menatap Kenzie.
"Nggak boleh? Yaudah gue lepas," jawab Kenzie dengan menatap Audi, lalu Audi hanya tersenyum kecil.
Selama bimbingan berlangsung, Audi memperhatikan dengan serius tetapi tidak dengan Kenzie, ia sibuk memikirkan tentang surat putih itu. Kenzie mencium aroma parfum Audi mirip dengan yang ada di surat itu, keyakinan Kenzie menjadi lima puluh persen. Namun, Kenzie tidak percaya begitu saja, ia harus mendengar sendiri dari mulut Audi.
"Lo kenapa ngelamun?" tanya Audi dengan menatap Kenzie.
"Nggak kok," jawab Kenzie cepat.
Audi dan Kenzie berjalan menuju parkiran, Kenzie berniat mengajak Audi makan di suatu tempat. Audi menerima ajakan Kenzie, kini mereka sudah berada di warung penyetan. Audi sangat menyukai tempe penyet terlebih lagi ikan asinnya, Kenzie tersenyum melihat Audi yang lahap makan.
"Lo lapar banget?" tanya Kenzie dengan tertawa.
"Nggak sih, tapi gue seneng banget sama tempe penyet. Makasih ya Ken, udah ngajak gue kesini," ucap Audi lalu menatap Kenzie tersenyum.
"Sama-sama, gue juga makasih karena lo mau diajak makan di tempat kayak gini," kata Kenzie lalu menatap sekitarnya.
"Nggak apa-apa, gue udah sering kok," jawab Audi.
Kenzie menatap Audi, ia tidak bisa menyakiti hati gadis baik seperti Audi. Namun bagaimana lagi, Kenzie butuh pengakuan Audi secara langsung. Audi sadar ketika ditatap cukup lama oleh Kenzie, jantungnya berdetak cepat. Kenzie masih menatap Audi dalam diam, Audi sulit mengartikan tatapan Kenzie itu.
"Lo kenapa ngelihat gue kayak gitu?" tanya Audi dengan menatap Kenzie, lalu Kenzie tersadar dari lamunannya.
"Karena lo cantik," jawab Kenzie. Perasaan Audi tidak karuan, bibirnya bungkam. Audi hanya terdiam dan menatap Kenzie.
"Gue nggak salah dengar?" ucap Audi pelan.
"Nggak, lo emang cantik kok," jawab Kenzie dengan memegang kedua tangan Audi.
Setelah perut kenyang, mereka memutuskan untuk pulang. Sepanjang perjalanan, mereka mengobrol dan tertawa bersama, Audi menatap Kenzie dari kaca spion dan tersenyum. Jantung Audi masih berdetak dengan cepat, ia tidak percaya jika Kenzie memuji dirinya cantik.
Audi sudah sampai di depan rumahnya, Kenzie melepas helm dan duduk di atas motornya. Audi bingung mengapa Kenzie tidak langsung pulang? Apakah Kenzie ingin menyampaikan sesuatu padanya?
"Lo nggak pulang?" tanya Audi lalu menatap Kenzie.
"Sebenarnya gue mau ngomong sesuatu sih sama lo, tapi kayaknya besok aja deh," ucap Kenzie yang membuat Audi sangat penasaran.
"Sekarang aja," kata Audi.
"Besok aja ya? Udah sore nih, gue cabut dulu ya," pamit Kenzie lalu pergi dari rumah Audi.
Audi masuk ke dalam rumah, senyumnya tidak padam. Ia memikirkan apa yang akan disampaikan Kenzie padanya? Audi tidak berhenti berharap, semoga yang disampaikan Kenzie sesuai dengan bayangannya.
Audi menatap bintang yang memancarkan sinar indah, ia memejamkan matanya ketika ada satu bintang yang jatuh lalu mengucapkan harapannya.
"Semoga kita selalu bersama terus ya Kenzie, biarkan aku mengagumimu lebih dalam," ucap Audi lalu membuka matanya.