Hari mulai beranjak malam, Audi tersenyum ketika mengingat kejadian tadi sore. Rasanya seperti mimpi, Audi tidak pernah membayangkan ini sebelumnya. Ia menatap foto Kenzie yang sedang tersenyum, lalu memeluk foto tersebut.
"Semoga kita lolos seleksi olimpiade dan jadi satu tim untuk mewakili sekolah," ucap Audi dengan mengusap pigura kecil berwarna putih itu.
Audi memainkan ponsel sambil berbaring di kasurnya, ia terkejut ketika melihat Kenzie mengikutinya di instagram. Audi terdiam selama beberapa detik, apakah ia tidak salah lihat? Audi tersenyum lalu berjoget-joget tidak jelas.
Sefan menghampiri Audi ketika mendengar teriakan Audi yang menggelegar, ia membuka pintu kamar Audi dan menyaksikan adiknya yang sedang berjoget-joget tidak jelas itu.
"Lo ngapain? Kenapa teriak gitu?" tanya Sefan cemas.
"Nggak kok, dasar kepo. Udah sana keluar," usir Audi dengan tersenyum seperti orang tidak waras. Sefan hanya menghela nafas panjang dan segera berjalan keluar dari kamar adiknya itu. Audi membayangkan apa yang akan terjadi besok, ia berharap Kenzie akan mendekatinya lagi.
***
Sefan bingung ketika melihat ada sepeda motor yang parkir di depan rumahnya, karena penasaran Sefan membuka pagar dan ternyata itu adalah Kenzie.
"Maaf kak, Audi ada?" tanya Kenzie dengan menatap Sefan.
"Gue panggil bentar ya, mungkin dia masih siap-siap. Yuk masuk dulu," jawab Sefan lalu mempersilahkan Sefan masuk ke dalam rumahnya.
Sefan menaiki tangga untuk sampai di kamar adiknya, Audi menatap kedatangan Sefan dengan tajam. Audi tidak suka diganggu ketika dirinya sedang bersiap untuk pergi ke sekolah, Audi mencoba mengusir Sefan tetapi tidak bisa.
"Tuh, ditungguin sama Kenzie di bawah. Cepetan," ucap Sefan dengan cuek.
"Kakak bohong kan? Pasti cuma buat aku biar cepetan siap-siapnya?" jawab Audi lalu menjulurkan lidahnya ke arah Sefan.
"Nggak percaya yaudah," kata Sefan lalu pergi.
Audi kembali menatap cermin yang ada dihadapannya, ia penasaran dengan apa yang diucapkan Sefan. Apakah benar Kenzie sedang menunggunya? Audi berjalan ke arah jendela balkon kamarnya, ternyata benar ada sepeda motor Kenzie yang terparkir di halaman rumahnya.
Audi segera memasang kaus kaki dan berjalan turun menuju ruang tamu, di sana terlihat Kenzie yang sedang mengobrol dengan Sefan. Audi menatap Sefan malu, lalu berpamitan kepada kakaknya itu.
"Maaf ya udah nunggu lama, tadi gue kira Kak Sefan bohongin gue," ucap Audi dengan mendekatkan wajahnya ke arah telinga Kenzie.
"Kakak lo tahu tentang gue?" tanya Kenzie sembari menatap Audi dari kaca spion motornya.
Jantung Audi berdetak cepat, ia baru menyadari apa yang telah diucapkan barusan. Bibir Audi bergetar, ia tidak tahu harus menjawab pertanyaan Kenzie bagaimana. Audi berpura-pura tidak mendengarkan apa yang diucapkan Kenzie.
Jam menunjukan pukul setengah tujuh pagi, mereka sudah sampai di sekolah dengan selamat. Audi segera turun dari motor Kenzie dan berjalan cepat menuju kelasnya, Kenzie menatap Audi heran. Mengapa Audi tidak menjawab pertanyaannya tadi?
"Audi, tungguin!" ucap Kenzie lalu menyusul langkah kaki Audi.
"Kenapa?" tanya Audi dengan menatap Kenzie.
"Lo belum jawab pertanyaan gue," kata Kenzie dengan menatap kedua bola mata Audi, Audi tidak berkutik ketika ditatap Kenzie seperti ini.
"Yang mana? Gue nggak kedengaran tadi," jawab Audi berbohong. Kenzie menatap Audi sekilas, lalu menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju kelas 11 IPA 1. Audi bisa bernafas dengan lega, untung saja Kenzie tidak curiga padanya.
Sepanjang pelajaran, Audi tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru. Ia terus memikirkan tentang Kenzie, hari ini Audi tidak mengirim surat putih itu. Audi berharap semoga Kenzie tidak curiga dengan semua ini.
Kenzie mencari surat putih di laci mejanya, tetapi ia tidak menemukan surat itu hari ini. Kenzie berjalan menuju Jeff dan Rafy yang sedang bermain game, ia menceritakan kejadian dari pagi tadi hingga sekarang.
"Gue yakin sih, kalau yang kirim surat itu si Audi," kata Jeff dengan semangat.
"Gue juga ngerasa gitu," sahut Rafy lalu menatap Kenzie yang sedang kebingungan.
"Gue antara yakin dan nggak yakin sih, tapi tadi dia sempat keceplosan gitu. Kakaknya Audi tahu tentang gue," ucap Kenzie dengan menekuk kedua tangannya diatas dada.
"Tahu tentang lo? Gimana maksudnya?" tanya Rafy lalu menatap Kenzie.
"Tahu nama gue," jawab Kenzie.
"Mungkin cuma kebetulan," sahut Jeff. "Tapi nggak mungkin juga sih, secara lo aja baru pertama kali ke rumah Audi dan ketemu sama kakaknya," sambung Jeff dengan ekspresi yang sangat kebingungan.
Kenzie semakin bingung dengan semua ini, ia ingin bertanya yang sesungguhnya kepada Audi. Tetapi Kenzie tahu jika Audi terus berbohong padanya, apakah Kenzie pura-pura berpacaran saja dengan Audi?
"Kalau gue pura-pura pacaran sama Audi gimana menurut kalian?" tanya Kenzie yang membuat kedua teman-temannya menatapnya heran.
"Maksud lo gimana? Lo mau mainin Audi?" tanya Rafy singkat, lalu Kenzie menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Nggak gitu, gue cuma mau Audi ngaku tentang surat itu," jawab Kenzie datar.
"Ya sama aja bambang," jawab Jeff geregetan.
Bel istirahat berbunyi, Audi sibuk mengerjakan latihan soal olimpiade ekonomi. Audi memutar lagu agar bisa fokus, ia tidak sabar untuk seleksi sepulang sekolah nanti. Audi juga tidak sabar bertemu dengan Kenzie, rasanya ingin menjadi pengendali waktu agar bisa merubah waktu sesuai kehendaknya.
"Senyum-senyum terus dari tadi, lo sehat kan?" tanya Riza dengan menatap Audi aneh.
"Sehat dong, kan udah dapat respon dari Kenzie," jawab Audi dengan semangat, lalu tertawa lepas.
"Iya deh percaya," ucap Riza.
Akhirnya bel yang ditunggu Audi berbunyi juga, ia menunggu Kenzie di depan kelasnya. Audi melihat Kenzie yang sedang berjalan ke arahnya, pesona Kenzie sangat kuat hingga membuat Audi ingin berteriak. Kenzie berjalan disamping Audi, lalu mereka mengobrol santai.
Di dalam perpustakaan, semua murid yang mengikuti seleksi ini sedang mengerjakan soal dengan serius. Hari ini adalah penentu siapa yang akan mewakili sekolah, Audi berharap semoga dirinya dan Kenzie. Seleksi berjalan selama kurang lebih satu jam, Kenzie dan Audi menunggu hasil seleksi di perpustakaan. Tangan Audi tidak berhenti bergerak, itu adalah satu ciri Audi jika dirinya sedang mengcemaskan sesuatu.
"Tangan lo kenapa?" tanya Kenzie dengan menatap Audi.
"Nggak kok, emang gini kalau lagi cemas," jawab Audi lalu tersenyum kecil.
Pengumuman yang ditunggu pun akhirnya keluar juga, Audi mencari namanya dan Kenzie di papan pengumuman. Ternyata, mereka yang berhasil lolos untuk mewakili sekolah dalam olimpiade ekonomi kali ini.
"Kenzie! Kita lolos, sumpah gue nggak nyangka," ucap Audi lalu memeluk Kenzie reflek, lalu Audi sadar dan melepas pelukan itu.
"Iya, gue juga nggak nyangka," jawab Kenzie dengan semangat. "Kalau mau peluk lagi juga nggak apa-apa kok," bisik Kenzie ke telinga Audi, lalu Audi hanya tersipu malu.