Chereads / Adore You / Chapter 39 - Chapter 39

Chapter 39 - Chapter 39

Hari ini Audi tidak pergi ke sekolah, ia malas bertemu dengan Aura dan Riza. Rasanya Audi tidak lagi nyaman berada disana, mentalnya selalu ditindih hingga membuatnya selalu memikirkan hal ini. Audi tidak tahu harus berbuat apa, meskipun ia sudah tidak lagi dekat dengan Kenzie namun Aura selalu mengusik ketenangan hidupnya.

"Lo nggak sekolah beneran?" tanya Alex sembari memasangkan kaus kaki dan sepatunya. Audi tersenyum kecil.

"Nggak, lo aja yang sekolah," jawab Audi.

Alex mengangguk lalu berjalan menuju garasi dan mengendarai motor ke sekolah, ia mempunyai ide akan membelikan sebuket bunga untuk Audi.

Sementara itu, Audi hanya berdiam diri di kamar sambil membaca novel kesukaannya. Audi segaja mematikan ponsel agar tidak ada yang bisa menghubungi dirinya, ia malas jika harus mendapat pesan tidak jelas dari Aura. Siapa sangka, pesan itu berhasil membuat pikiran Audi kacau dan membuat dirinya sering melamun memikirkan hal ini.

"Kok ngelamun sih? Kenapa?" tanya Sefan yang tiba-tiba berada di sebelah Audi.

"Nggak kok, cuma lagi mikir aja," jawab Audi.

"Lo ada masalah sama Kenzie?" Audi tidak menjawab, bibirnya seperti terkunci dan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. "Kalau diam berarti iya," sambung Sefan.

"Ya gitu deh, tapi masalahnya bukan sama Kenzie," ucap Audi.

"Terus sama siapa dong?" ucap Sefan bingung. Audi duduk di kasurnya, ia masih bimbang akan menceritakan semua ini pada Sefan atau tidak.

"Nggak jadi deh."

"Nggak boleh gitu, adik kakak nggak ada rahasia-rahasiaan ya," kata Sefan sembari menatap Audi yang sedang memikirkan sesuatu.

"Nanti aja deh gue ceritain."

"Oke, janji ya?" Audi mengangguk lalu Sefan berjalan keluar dari kamarnya.

Sementara itu, Alex sedang mengerjakan ulangan harian yang sangat susah. Ia tidak bisa mencontek siapa-siapa karena tidak terlalu dekat dengan teman sekelasnya. Akhirnya, ulangan sudah berakhir dan Alex pasrah dengan hasilnya.

Alex berjalan menuju kantin, ia ingin membeli sebuah makanan karena perutnya sangat lapar. Saat melewati kooridor, Alex bertemu dengan Aura. Aura menatap Alex tajam, lalu Alex menghentikan langkahnya dan berjalan menghampiri Aura dan Riza.

"Ngapain lo lihat gue kayak gitu?" tanya Alex dengan menatap Aura tajam.

"Nggak boleh? Emangnya lo siapa?" jawab Aura seperti menantang Alex. Alex tidak terima, ia tidak suka diperlakukan seperti ini.

"Kayaknya kalau lo nggak cari gara-gara sehari gitu nggak bisa ya?"

"Emang, apalagi sama temen lo tuh. Kampungan emang," sahut Riza dengan menatap Alex.

"Dasar cewek nggak jelas."

Audi berjalan menuju dapur rumahnya, ia ingin menyantap sesuatu yang membuat perutnya kenyang. Audi belum makan sejak pagi, ia tidak nafsu makan. Audi tersenyum ketika melihat ada ayam goreng disana, ia langsung mengambil nasi dan menyantap hidangan yang sangat lezat itu.

"Lapar banget ya?" ucap Lina dengan menatap Audi.

"Iya nih kak, cacingnya bandel banget," jawab Audi sembari terkekeh pelan. Lina hanya menggelengkan kepalanya, ada-ada saja kelakuan Audi.

Jam menunjukkan pukul dua siang, Alex sudah berada di rumah dan berjalan masuk. Audi menatap Alex yang sedang melepas sepatu, ia heran mengapa Alex membawa bunga? Memangnya siapa yang akan diberinya bunga? Alex mendekat ke arah Audi dan memberikan bunga itu padanya.

"Loh kok dikasih ke gue?" tanya Audi bingung.

"Gue sengaja beli bunga itu buat lo, diterima ya," jawab Alex dengan tersenyum. Tangan Audi mengambil bunga itu, lalu menganggukkan kepalanya.

Kenzie berada di depan rumah Audi, ia ingin meminta maaf atas perbuatannya kemarin. Alex berjalan keluar dari rumah ketika mendengar suara deru motor. Ia kaget ketika melihat ada Kenzie disana, Alex tidak membiarkan jika Kenzie menemui Audi.

"Ngapain lo kesini?" tanya Alex dengan dingin.

"Gue mau cari Audi, apa dia ada di dalam?" ucap Kenzie dengan menatap Alex. Ia berharap agar Alex membolehkan dirinya menemui Audi, walau hanya sebentar saja.

"Nggak ada, dia nggak mau ketemu sama lo. Udah, pulang sana," usir Alex lalu menutup pagar dan masuk ke dalam rumahnya.

Alex mengamati Audi yang sedang makan dengan lahap, senyumnya mengembang. Ia bahagia jika Audi tersenyum seperti ini. Audi menatap Alex yang sedang mengamati dirinya, ia tidak nyaman ketika ditatap Alex seperti itu.

Malam telah tiba, Audi sedang duduk di balkon kamarnya sembari mengerjakan tugas yang diberikan guru pada hari ini. Ia memutar lagu kesukaan Audi. Alex mengetuk pintu kamar Audi, lalu masuk ke dalam.

"Lo ngapain?" tanya Alex.

"Lagi ngerjain tugas," jawab Audi tanpa menatap Alex.

"Oh iya, tadi kan ulangan dan lo belum ulangan. Jadi, lo harus ikut ulangan susulan minggu depan," ucap Alex sembari duduk di depan Audi.

"Iya."

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Lina sudah tidur dan hanya tersisa Audi yang sedang asyik melamun. Audi tidak bisa tidur, pikirannya selalu memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Ia malas jika harus meladeni Aura dan Riza yang membuat emosinya memuncak.

Audi memasang earphone ke telinganya, ia ingin merenung lalu terlelap dalam tidur. Sepanjang lagu bernyanyi, Audi tidak henti memikirkan semua yang terjadi pada hidupnya. Sahabat yang berubah, hingga bertemu dengan lelaki yang dicintainya. Namun, ia juga bertemu dengan Aura si penganggu ketenangan hidupnya.

"Kok kamu belum tidur sih?" ucap Lina dengan terbangun dari tidurnya.

"Eh, iya kak. Aku nggak bisa tidur," jawab Audi sembari menatap Lina. Ia tidak merasa kantuk sedikitpun.

"Kamu lapar?" Audi menggelengkan kepalanya.

"Kakak tidur aja," ucap Audi lalu Lina mengangguk dan melanjutkan tidurnya.

Audi sama sekali tidak merasa ngantuk, ia mengirim pesan kepada Alex. Ia bertanya, apakah Alex sudah tidur? Jika belum, Audi ingin mengajaknya bermain play station di ruang keluarganya. Audi mendapat balasan jika Alex belum tidur, ia langsung berjalan keluar dari kamar dan menuju ruang keluarga rumahnya.

Di sana, ada Sefan dan Alex yang sedang bermain. Audi duduk di sofa panjang yang empuk, lalu menatap Alex dan Sefan.

"Lo kenapa, kok belum tidur?" tanya Sefan.

"Nggak bisa tidur," jawab Audi dengan malas.

"Oh iya, katanya lo mau cerita sama gue?" ucap Sefan dengan menatap mata Audi yang sedang memperhatikan layar ponsel.

"Hmmm, nanti aja deh."

"Sekarang aja, mumpung lagi ada Alex. Siapa tau dia bisa ngasih masukan," jawab Sefan sembari menepuk pundak Alex dengan pelan.

Audi bimbang, ia tidak tahu harus menceritakan ini pada Sefan atau tidak. Audi tidak ingin membuat Sefan khawatir akan keadaannya, tapi disisi lain Audi juga butuh seseorang untuk mendengarkan keluh kesahnya. Setelah memikir lama, Audi tidak menceritakan dan langsung berlari menaiki tangga untuk sampai di kamarnya.