Audi mencoba untuk semangat menjalani hari ini, ia sedang menunggu Alex selesai memakai seragam. Anin berharap semoga hari ini tidak ada peristiwa yang menghancurkan suasana hatinya, ia berharap semoga tidak bertemu dengan Aura dan Riza.
Audi sudah sampai di kelasnya, ia melihat Riza yang sedang duduk sendirian. Audi ingin mengajak Riza berbicara dan bertanya tentang semua ini.
"Bisa ngomong sebentar?" tanya Audi dengan menatap Riza.
"Ngomong aja," jawab Riza malas.
"Lo kenapa berubah? Apa gue punya salah sama lo sampai lo ninggalin gue kayak gini?" ucap Audi sembari menatap kedua mata Riza yang memancarkan kebencian.
"Lo masih nggak sadar? Dasar ya, lo tuh manusia apa bukan sih? Nggak punya hati?" balas Riza dengan menatap Audi tajam. Ia sudah tidak menganggap jika Audi sahabatnya lagi, Riza sudah malas dengan Audi yang sok polos itu.
"Gue nggak tau apa-apa," ucap Audi.
"Males ngomong sama orang nggak jelas kayak lo!" Audi terdiam, ia melihat tubuh Riza yang mulai menjauh dari pandangannya.
Alex menatap Audi kasihan, ia langsung menarik tangan Audi dan mengajaknya duduk. Audi menatap sekelilingnya, memorinya memutar kembali tentang kebersamaan dirinya dan Riza. Mereka tampak sangat bahagia, berbagi cerita bersama. Namun kini sudah beda, mereka tak lagi dekat dan bahkan saling membenci. Audi memejamkan mata, air matanya jatuh dengan deras.
"Jangan nangis," ucap Alex dengan menenangkan Audi.
"Gue nggak tau harus apa lagi. Sahabat yang dulu gue percaya, sekarang malah menjauh dan jadi musuh gue. Gue capek Lex," jawab Audi sembari mengusap air mata yang jatuh di pipinya.
"Ada gue disini, kalau lo butuh tempat cerita gue siap dengerin kok," kata Alex.
Bel istirahat berbunyi, Anin tidak ingin pergi ke kantin. Ia hanya duduk di bangkunya dan membaca novel yang ada di tangannya. Sesekali Audi menatap ke arah Riza, ia menatap Audi dengan tatapan tajam dan penuh kebencian.
Aura masuk ke dalam kelas Audi, ia mengajak Riza untuk pergi ke kantin. Saat hendak melangkah, Aura tersenyum licik ke arah Audi. Tatapan itu membuat dada Audi sesak, ia tidak tahu haru bagaimana. Saat ini, hati Audi dangat rapuh.
"Udah, jangan dilihatin kayak gitu. Jalanin aja, ada gue disini," ucap Alex sembari menatap Audi yang sedang merenung.
"Iya, makasih karena lo selalu ada buat gue," jawab Audi dengan tersenyum.
"Iya, karena gue sangat sayang dan cinta sama lo," batin Alex.
Kenzie sedang berada di kantin bersama Jeff dan Rafy, ia masih sibuk dengan lamunannya. Tak lama kemudian, Aura datang bersama Riza. Kenzie menatap Aura cukup lama, ia sangat tidak nyaman melihat kehadiran Aura di hidupnya. Aura langsung duduk di sebelah Kenzie dan memegang tangannya.
"Kamu kok nggak tungguin aku sih?" ucap Aura dengan nada manja yang membuat Kenzie jijik sendiri.
"Jangan pegang-pegang gue," kata Kenzie.
"Kenapa sih? Kok kayaknya nggak nyaman ada aku disini?"
"Emang nggak nyaman! Lo tuh cewek nggak jelas," jawab Kenzie dengan penuh amarah. Ia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
Aura menatap Kenzie tajam, lalu menarik tangannya dan berjalan menjauh dari kantin. Kenzie sudah tahu jika Aura akan mengancamnya lagi, ia sudah tidak peduli lagi dengan semua yang keluar dari mulut Aura.
"Kenapa? Lo mau ngancam gue lagi? Gue udah nggak peduli ya," ucap Kenzie.
"Beneran? Yakin kamu nggak peduli? Oke, kalau gitu tunggu tanggal mainnya aja," jawab Aura dengan tersenyum licik lalu melangkahkan kakinya menjauh dari Kenzie.
Kenzie menatap kepergian Aura, ia hanya berharap semoga Aura tidak membuat semua ini menjadi lebih runyam dan kacau. Kenzie juga berharap semoga Audi dalam keadaan baik-baik saja.
Bel pulang sekolah berbunyi, Audi sedang menunggu Alex berlatih futsal. Alex sering berlatih futsal karena akan ada turnamen dalam waktu dekat. Audi menunggu sembari memainkan ponselnya.
Aura dan Riza sudah berada di hadapan Audi, mereka menatap Audi dengan tersenyum licik. Audi tidak tahu apa yang akan dilakukan mereka padanya, ia berharap semoga tidak aneh-aneh.
"Ngapain kalian kesini?" tanya Audi dengan menatap Aura dan Riza secara bergantian.
"Gue? Mau menjalankan misi dong tentunya," jawab Aura. "Lo bawa dia ke gudang, cepetan," sambung Aura dengan menatap Riza lalu Riza berjalan menarik tangan Audi.
Audi hanya pasrah ketika dibawa Aura dan Riza menuju gudang sekolah, perasaannya sangat tidak karuan. Audi menatap sekelilingnya, ruangan ini terlihat sangat gelap dan pengap. Ia tidak berhenti berdoa, Audi berharap semoga Alex tahu tentang keberadaannya.
Alex sudah selesai latihan, ia terkejut ketika hanya melihat tas Audi. Alex menatap sekitarnya, tapi tidak ada Audi disana.
"Lo dimana Audi?" tanya Alex dengan cemas.
Kenzie berjalan menuju Alex, perasaannya tidak enak tentang Audi. Ia ingin bertanya dengan Alex.
"Audi dimana?" tanya Kenzie dengan menatap Alex.
"Nggak tau, gue kira sama lo," jawab Alex.
"Yaudah, yuk kita cari sebelum malam," ucap Kenzie lalu Alex menganggukkan kepala.
Alex dan Kenzie mencari ke seluruh ruangan yang ada, namun hasilnya nihil. Audi tidak ada disana, Alex mulai berpikiran macam-macam. Apakah Audi sudah pulang duluan? Tapi rasanya tidak mungkin.
"Nggak ada," ucap Alex.
"Ada satu ruangan yang belum kita cek, yaitu gudang. Mau kesana?" tanya Kenzie dengan menatap Alex dengan serius.
"Cek aja yuk."
Gudang ini terlihat gelap dan tertutup rapat, Alex tidak yakin jika ada Audi disana. Namun ada suara seperti wanita yang sedang tertawa dan menangis. Bulu kuduk Alex berdiri, ia takut jika suara ini bukanlah suara manusia. Kenzie mencoba mendobrak pintu itu.
"Bantuin gue dong, jangan diam aja," ucap Kenzie.
Setelah lama mencoba mendobrak, akhirnya terbuka juga. Alex terkejut jika di dalamnya ada Aura, Riza, dan Audi yang sedang diikat di kursi. Kenzie dan Alex masuk ke dalam, mereka tidak terima dengan perlakuan Aura pada Audi.
"Lo kenapa ngelakuin ini? Dasar cewek kasar. Lo nggak mikir kalau nanti Audi mati gimana? Lo mau tanggung jawab?" ucap Alex dengan penuh amarah. Ia tidak suka jika Audi diperlakukan seperti ini.
"Lo ikut gue!" ucap Kenzie dengan menarik tangan Aura.
"Apa? Lo kaget? Bukannya tadi gue udah bilang ya, jangan macam-macam sama gue!" jawab Aura lalu tersenyum keras.
"Dasar nggak waras," umpat Kenzie dengan kesal.
Sementara itu, Alex langsung menggendong Audi dan menelfon Sefan agar menjemputnya. Alex menatap Aura tajam, kali ini ia tidak tinggal diam. Alex akan mengadukan ini semua kepada guru BK, ia ingin Aura dan Riza dikeluarkan dari sekolah ini karena sudah keterlaluan.
"Lihat aja pembalasan gue!" ucap Alex lalu pergi.
Sefan sudah sampai di depan sekolah, Alex langsung masuk dan membawa ke rumah sakit. Selama perjalanan, Audi terlihat sangat lemas karena kekurangan oksigen. Alex terus memegang tangan Audi agar ia merasa hangat.
"Lo harus bertahan," kata Alex sembari mengusap rambut Audi.