Bel pulang sekolah berbunyi, kini Kenzie sedang bedada di warung depan sekolah bersama teman-temannya. Pikiran Kenzie terus tertuju kepada Audi, apakah permainan ini harus dilanjutkan?
Mata Kenzie melebar ketika melihat Audi yang berboncengan dengan Alex, ia tidak terima jika Alex terus mendekati Audi. Tangannya mengepal, lalu sorotan matanya menajam seperti pisau. Rafy dan Jeff melihat Kenzie, kemudian berusaha menenangkan sahabatnya itu.
"Udah jangan kebawa emosi, biarin aja. Gue yakin kok, Audi bakal balik sama lo," ucap Jeff sembari menatap Kenzie.
"Apa mungkin?"
"Nggak ada yang nggak mungkin, percaya sama gue," sahut Rafy lalu memakan sebuah gorengan yang ada di tangannya.
Pikiran Kenzie sedikit tenang, semoga saja Audi akan kembali padanya. Walaupun harus menunggu lama, Kenzie akan menanti waktu itu.
Audi sudah sampai di rumahnya, ia baru saja membeli peralatan melukis. Audi tertarik ke dunia seni karena Alex, ia ingin bisa melukis wajah seseorang.
"Makasih ya udah mau bantu gue," ucap Audi dengan menatap Alex.
"Sama-sama, nanti malam gue tunggu di taman ya. Lo nggak ada tugas kan?" tanya Alex, lalu Audi menggelengkan kepala dan berjalan menuju kamarnya.
Malam telah tiba, tepat pukul tujuh malam Audi membawa semua peralatan melukis menuju taman. Disana sudah terlihat Alex yang sedang duduk sembari meminum secangkir kopi, Audi duduk di sebelah Alex.
Alex mengajari Audi setiap tahap, ia menatap Audi yang sangat antusias lalu senyumnya mengembang. Audi tidak sabar untuk melukis, ia akan melukis siluet wajah Kenzie yang berada di pantai ketika sunset.
"Lo mau buat siluet wajah siapa? Artis?" tanya Alex penasaran. Audi tersenyum tetapi tidak memberi tahu Alex siapa yang akan dilukisnya.
Audi menghabiskan waktu selama dua jam lebih, akhirnya lukisan yang dibuat dengan susah payah, selsai juga. Audi lumayan puas dengan hasilnya, walaupun belum sempurna seperti milik Alex.
Alex memeriksa lukisan Audi, ia membatin seperti kenal siluet wajah yang ada di lukisan itu. Alex menatap lukisan itu cukup lama, ternyata itu adalah siluet wajah Kenzie. Alex berpikir, seberapa besar cinta Audi ke Kenzie?
"Bagus nggak?" tanya Audi.
"Bagus kok," jawab Alex tersenyum.
Audi memasuki kamarnya, ia menulis surat dan membungkus lukisan itu dengan kertas kado berwarna cokelat tua. Audi berencana untuk memberikan kado itu secara diam-diam kepada Kenzie, walaupun Kenzie sudah menyakiti hatinya. Namun itu tidak mengurangi rasa cinta Audi padanya.
***
Matahari mulai meninggi, Audi sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Ia berjalan menuruni tangga, lalu mengetuk pintu kamar Alex agar ia segera bersiap. Audi menunggu Alex selama lima menit, akhirnya pintu kamar Alex terbuka dan mereka segera berangkat menuju sekolah.
Audi membawa kado itu, lalu berjalan mengendap-endap ke arah kelas Kenzie. Ia bahagia karena kelas itu masih kosong, Audi langsung menaruh kado itu di laci meja Kenzie.
"Ayo cepetan ke kelas," ucap Audi lalu menarik tangan Alex agar segera pergi.
Kenzie duduk di bangkunya, ia tidak sengaja memegang sesuatu yang ada di dalam laci mejanya. Kenzie mengambil kado itu, lalu membukanya. Rafy mendekat ke arah Kenzie, lalu duduk disampingnya.
"Dari siapa, Ken? Bagus bener lukisannya," ucap Rafy dengan mengambil lukisan itu dari tangan Kenzie.
"Nggak tahu."
Rafy tidak sengaja menemukan surat di balik lukisan itu, ia langsung memberikan kepada Kenzie dan menyuruh membacanya. "Baca deh coba," ucap Rafy.
Kenzie membaca surat itu dengan urut, surat itu tertulis dengan kata-kata yang sangat puitis. Surat yang didapat Kenzie mirip dengan surat yang selama ini ada di laci mejanya, apakah pengirim lukisan ini sama dengan pengirim surat? Apakah itu Audi?
"Gimana, ada nama pengirimnya nggak?" tanya Rafy lalu dibalas gelengan kepala oleh Kenzie. Rafy semakin penasaran dengan orang dibalik surat putih itu, apakah benar ini semua kiriman dari Audi?
Audi bisa bernafas lega karena lukisan itu sudah sampai di tangan Kenzie, ia berharap semoga Kenzie suka dengan lukisannya. Audi beralih menatap Alex yang tampak sedih, lalu berjalan mendekat ke arah Alex.
"Lo kenapa?" tanya Audi.
"Nggak kok, lagi ngelamun aja," jawab Alex berbohong.
Bel istirahat berbunyi, Audi, Riza, dan Alex sudah berada di kantin. Audi memesan mie ayam sama dengan Alex, senyumnya tidak bisa berhenti. Audi membayangkan jika Kenzie tersenyum saat membuka lukisan itu.
Kenzie berada di bangku paling pojok bersama Rafy dan Jeff, ia melihat ke arah Audi yang sedang senyum-senyum sendiri. Kenzie bingung dengan sikap Audi, hatinya semakin yakin jika Audi yang mengirim semua ini.
"Eh, lo lihat deh," ucap Kenzie dengan menunjuk ke arah Audi. "Masa dia senyum-senyum sendiri, sih?" sambung Kenzie.
"Kayaknya dia yang kirim itu lukisan deh, gue yakin seratus persen," jawab Jeff. Rafy menganggukkan kepalanya setuju, mereka yakin jika Audi yang ada dibalik semua ini.
Bel pulang sekolah berbunyi, Audi sedang menyapu kelasnya karena hari ini jadwal dirinya untuk piket. Alex sedang berlatih futsal di lapangan, hanya ada Audi di dalam kelas itu. Kenzie mengintip kelas Audi yang sudah sepi, lalu ia berjalan masuk untuk bertemu dengan Audi.
"Hai," sapa Kenzie yang membuat Audi terkejut.
"Ngapain lo kesini?" jawab Audi cuek.
"Mau ngajak lo pulang bareng, sekalian ada yang mau gue omongin sih," jawab Kenzie. Audi menatap Kenzie sekilas, ia sangat penasaran dengan ucapan Kenzie. Namun ia tidak enak hati untuk meninggalkan Alex.
"Gue balik sama Alex."
"Bentar aja kok, lagian Alex kan bisa pulang sendiri," bujuk Kenzie. Audi menggeleng pelan, ia tidak mau meninggalkan Alex.
"Kalau lo mau, nanti jam tujuh malam datang ke rumah gue," jawab Audi lalu berjalan pergi.
Siang berganti malam, Audi menunggu Kenzie di rumahnya. Ia ingin tahu, apakah Kenzie akan datang ke rumahnya? Lima menit lagi jam sudah tepat pukul tujuh malam, tetapi tidak ada tanda-tanda Kenzie akan datang.
Alex melihat Audi yang cemas, ia bingung mengapa Audi cemas seperti ini? Alex berjalan mendekat ke arah Audi, lalu membuyarkan lamunan Audi.
"Lo nunggu siapa?" tanya Alex.
"Gue nunggu Kenzie, katanya mau ngajak gue jalan," jawab Audi. Ucapan itu membuat hati Alex terluka, rasanya seperti ditusuk ribuan pisau.
Alex menatap punggung Audi yang mulai berjalan meninggalkan rumah, ia hanya bisa tersenyum walau memendam rasa sakit yang mendalam. Alex memperhatikan motor Kenzie yang mulai menjauh dari rumah Audi, ia duduk di kursi taman.
"Gini ya rasanya mencintai seseorang yang cinta sama orang lain, walaupun udah dikejar tapi tetap saja tidak ada hasilnya. Gue berharap semoga lo bahagia Audi," ucap Alex dengan menatap langit yang cerah dipenuhi bintang dan bulan.