Chereads / Aluna's First Love Story / Chapter 30 - Bersejarah

Chapter 30 - Bersejarah

Lalu lalang manusia tampak tak terkendali di kediaman keluarga pak Hasan, sebenarnya persiapan sudah bisa dikatakan 100%. Terlebih lagi hari ini merupakan hari inti dari serangkaian acara yang telah dipersiapkan oleh keluarga pak Hasan. Namun demi kelancaran dan kenyaman acara, para tetangga tetap saja sibuk untuk memeriksa ulang kelengkapan yang telah tersedia. Pak Hasan sudah siap dengan baju khas adat sunda yang melekat di tubuh nya. Tubuh pak Hasan tidak lah gemuk, namun juga tidak se seksi pria muda di luaran sana. Sedangkan ibu Ros lagi berbaur dengan beberapa saudara jauh yang datang.

**

Gadis mungil nan cantik sedang di usap wajahnya menggunakan kuas kecil yang lembut. Sang perias terlihat lihai dalam memainkan kuas di wajah Aluna, bak pelukis yang sedang menyapu kuas bertinta di atas kanvas. Sedangkan 3 orang gadis muda lain yang berwajah mirip Aluna terlihat sedang terkagum-kagum di balik punggung sang penata rias. Ya hari ini, tepat pukul 8.30 waktu setempat, pernikahan Aluna dan Zaedan akan berlangsung. Pernikahan akan terbagi menjadi 2 sesi di mana sesi pertama di rumah keluarga Aluna, ijab qobul dan resepsi pernikahan adat sunda yang berlangsung mulai pukul 8 pagi hingga 12 siang. Sedangkan sesi kedua akan berlangsung pada malam hari dengan konsep moderen di salah satu gedung terbesar di kota Bandung.

Aluna tampak santai dan tenang, sangat bertolak belakang dengan hati yang resah, ada sedikit kesedihan kala meratapi nasib yang digariskan sang Ilahi. Mengapa ia harus berhadapan dengan yang nama nya pernikahan secepat ini. Bahkan sebelum ia mewujudkan cita-cita dan harapan yang ia bangun bersama kedua orang tua nya.

Kesedihan yang membuncah di dada kian tersulut tatkala teringat bahwa apa yang ia kerjakan sekarang terkategori membohongi dua manusia yang teramat ia sayangi. Orang tua Aluna tidak tahu bahwa pernikahan ini sekedar rasa bertanggung jawab atas tindakan nya yang 'kata nya' hampir mengancam nyawa seseorang, padahal apa yang terjadi bukan lah suatu hal yang di sengaja.

Aluna sangat terampil dalam mengatur emosi. Meski suasana hati dalam kondisi buruk, tetapi tidak satu tetes air pun keluar dari pelupuk mata. Sebisa mungkin untuk membuat hari ini benar-benar hari yang bersejarah. "Teteh cantik.." suara Alena memecah lamunan Aluna. "Ralat, bukan cantik tapi semakin sangat cantik, tetehkan emang sudah cantik dari lahir" kalimat ini keluar dari mulut Alana. "Alina..Alena..Alana.." sini ada bibi Ria mau ketemu, teriakan si ambu seketika direspon dengan gerakan tergesa-gesa melangkah keluar. Bahkan tidak ada kata pamit dari 3 orang tersebut.

**

Mobil Bentley hitam melaju konstan menuju ke diaman pak Hasan. Mobil milik Tuan Yudistira Zaedan Akbara ini memang jarang menapaki jalanan sejak Yudistira memutuskan untuk tidak terlalu sibuk dengan perusahaan keluarga.

Sejak keluar dari hotel tempat ia dan keluarga menginap, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut masing-masing penumpang di dalam mobil tersebut. Apalagi pria yang sudah berbalut beskap putih, membisu dan hanya sesekali terdengar desah nafas dari mulut nya. Kenangan masa lalu akan seorang wanita membuat Zaedan kembali merasa risih dengan hari ini dan hari-hari kedepan nya. Jika saja ia masih mampu menghadapi setiap pertengkaran dengan kakek dan ibu nya, mungkin langkah ini tak akan ia tempuh. Namun ia sudah terlalu letih menghadapi itu, terkadang niat hati ingin beristirahat tetapi justru menguras energi ketika bertemu sang kakek di rumah.

**

Seketika beberapa orang menyambut kehadiran tamu yang paling ditunggu-tunggu. Terlebih pria yang kini menjadi pangeran tampan yang terlihat agak kesulitan berjalan karena menggunakan kain batik sebagai bawahan. Jika dilihat lamat-lamat, semua orang tahu bahwa pria itu memiliki sedikit gen yang berbeda dari pria lokal. Meski tidak mencolok, namun kontur wajahnya masih terlihat berbeda.

Ia duduk di belakang meja yang sudah disediakan, ditemani sang kakek sebagai saksi sembari menunggu calon mertua yang sedang berjalan ke arah nya. Ketika pak Hasan dan penghulu duduk, paman dari pihak abah Aluna, kakak laki-laki pak Hasan juga duduk sebagi saksi dari mempelai wanita.

Ketika sedang bersiap-siap, seketika tubuh Zaedan sedikit meremang. Entah kenapa ia sedikit merasa tidak benar, membuat drama sampai segini nya. Padahal rancana awal tidak seperti kondisi sekarang. "Sudah siap?", suara penghulu sedikit membuat pria yang berhadapan gemeteran, apalagi tatkala abah Aluna menjabat tangan nya. Bahkan pak Hasan sedikit mengusung senyum tipis ketika merasakan tangan dingin calon menantu.

"Tenang lah, jika hati kita tenang maka semua akan berjalan tanpa hambatan" kalimat lugas dan tegas milik pak Hasan membuat Zaedan memasukkan oksigen dalam-dalam ke tubuh, 'Huuhh.., justru aku ingin ini tidak berjalan lancar agar aku punya alasan trauma dengan pernikahan' terlintas akal licik dari benak Zaedan.

"Hei..!, berandal tua apa yang sedang kau pikirkan?, kau ingin membuat malu keluarga?" bisikan kecil namun pedas ini datang nya dari kakek Yudistira. Zaedan tersadar, ternyata pak Hasan sudah mengucapkan ijab yang dituntun penghulu. Namun per sekian detik tidak ada sambutan dari Zaedan. Hal ini sejenak membuat semua orang yang ada mengerutkan alis, terlebih wanita yang umurnya berkepala empat sudah memasang tampang khawatir atas perbuatan putra nya itu.

'Mengapa Zaedan seperti melamun' suara hati Melinda melihat raut muka anaknya dari jarak beberapa meter. "Kau benar-benar ingin melempar kotoran di wajah kakek Zaedan?" geram kakek kita Zaedan semakin terdiam, "atau kau ingin membuat syok ibu mu dan membuatnya kesusahan?" kalimat tanya ini langsung direspon. Zaedan kembali menenangkan pikiran sembari menegakkan punggung dan menghirup udara selama beberap detik lalu membuang kasar.

Ketika ijab qobul dimulai kembali, ia pun menjawab dengan lancar dan suara lantang sampai pada akhir nya terdengar kata 'SAH' dari setiap mulut manusia yang berkumpul di halaman depan rumah Aluna. Pernikahan konsep out door sederhana namun tampak berkelas dan mengesan kan.

**

Di atas tempat tidur ada yang meneteskan air mata. Meski sudah menahan untuk waktu yang cukup lama. Namun bak kata pepatah 'Air mata adalah senjata utama kaum perempuan, apabila mereka dikhianati oleh senyuman' [1]. Aluna tak sanggup menahan kepahitan yang ia rasakan. Kehidupan bebas yang ia jalani sebelumnya belum tentu dapat ia rasakan di masa depan.

Untung saja insting sang penata rias cukup tepat. Ketika masuk ke dalam kamar Aluna dan melihat wajahnya, ada sedikit sinar kesedihan. Entahlah apakah itu hanya firasat penata rias saja, yang jelas ia sudah mengambil langkah yang benar ketika mengaplikasikan make up tahan air ke wajah halus milik Aluna. Sehingga sedikit air mata tidak akan berarti bagi kondisi wajah gadis tersebut.

.

.

Ketika kaki dengan hak tinggi melangkah melewati pintu utama rumah berlantai dua sederhana itu, ada yang terkesiap..Takjub akan pemandangan di depan mata, bahkan retina[2] mata seakan enggan menghilangkan bayangan sosok indah tersebut dari mata pria yang sudah melepas status lajang beberapa waktu lalu.

note:

[1] 'Air mata adalah senjata utama kaum perempuan, apabila mereka dikhianati oleh senyuman'. ~ Blaise Pascal

[2] 'Retina adalah lapisan sangat tipis yang peka terhadap cahaya. Posisinya berada di dinding paling dalam yang berfungsi untuk menangkap bayangan benda. Retina mempunyai reseptor cahaya yaitu sel batang (basilus) dan sel kerucut (konus)'. https://blog-ruangguru-com.cdn.ampproject.org/v/s/blog.ruangguru.com/bagian-bagian-mata?amp_js_v=a6&_gsa=1&hs_amp=true&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=16030865103537&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fblog.ruangguru.com%2Fbagian-bagian-mata

***

Author butuh support ini, caranya gampang

1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari

2. Kasih author gift

3. Komentar positif dan membangun

Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....