"Teh ayo, saat nya teteh menunjukkan kecantikan teteh", Alina masuk ke kamar dengan wajah cerah dan tingkah yang tampak berlebihan. "Loh kenapa teteh nangis?, terharu ya udah jadi istri orang?, hehehe" Alina berjalan mendekat ke arah tempat tidur, tempat di mana Aluna sedang duduk.
Seketika tangan halus nan lembut milik mahasiswi jurusan perencanaan wilayah dan kota tersebut membelai pipi, berusaha menyingkirkan air mata yang tertahan di wajah cantik si kakak "ayo teh, kang Zaedan udah enggak sabar tu mau lihat teteh, ckckck", kikikan Alina membuat Aluna berusaha menyajikan senyum sekenanya.
Ia bangkit dari duduk dan berjalan sembari mengandeng tangan sang adek. Selama perjalanan menuju tempat beradanya pria penyandang status suami, Aluna merasakan hawa dingin menyergap tubuh ramping nya. Seiring bertambahnya langkah kaki, ia berusaha menenangkan diri agar semua bisa dijalankan sampai akhir.
----------------
Ketika kaki dengan hak tinggi melangkah melewati pintu utama rumah berlantai dua sederhana itu, ada yang terkesiap. Takjub akan pemandangan di depan mata, bahkan retina mata seakan enggan menghilangkan bayangan sosok indah tersebut dari mata pria yang sudah melepas status lajang beberapa waktu lalu.
Kini hadirlah sosok kaum hawa dengan busana kebaya putih memanjang ke bawah dan dibumbuhi taburan mote di seluruh permukaannya. Penampilan Aluna bak ratu di dunia khayalan, terlebih kilau sunda siger[1] di atas kepala semakin memperkuat tampilan menyerupai ala kerajaan masa lampau. Di sisi lain, pria nya tampak ter-nganga melihat penampilan wanita yang sudah diserahkan pada nya. Ada rasa getar dalam hati, tatkala sang pengantin wanita ditemani Alina terus melangkah menuju ke arah nya.
Ketika Aluna duduk di samping Zaedan, tangan putih mungil menangkap tangan kekar ber-urat milik si pria. Setelahnya Zaedan merasa ada benda kenyal di pungung tangan. Aluna mencium tangan Zaedan simbol hormat terhadap imam keluarga.
Zaedan beku, bungkam seribu bahasa. Ia bahkan tidak membalas apapun terhadap perilaku Aluna.
Kini, mereka duduk bersanding.
Setelah rangkaian prosesi adat dilaksanakan, sekarang tampak anggota keluarga besar kedua pihak mengunjungi pasangan pengantin.
Salaman, pelukkan, tawa canda menghiasi suasana pesta. Sayang..., hawa bahagia di sekitar kontras dengan suasana hati milik sepasang insan dengan pakaian senada. Keduanya terdiam, tak ada suara dan kata sedikit pun menemani kedekatan mereka.
"Teteh..geulis pisan", ada yang menghampiri Aluna dan Zaedan. Perempuan dengan tampilan gaun peach muda lengan panjang tampak seperti gadis remaja, senyum di wajah tak hilang sedikit pun.
"Mimi..., teteh kangen banget..kapan pulang dari Amerika?", obrolan ringan disajikan Aluna, sekedar mengurangi resah di dada "Emm.., baru kurang lebih 2 mingguan teh, sebenarnya pengen banget lebih lama. Yah, tapi apa daya, hehehe", gadis remaja di hadapan Aluna memamerkan deretan gigi putih tersusun rapi, "Alhamdulillah pulang dengan selamat, yah nama nya juga pertukaran pelajar Mi, kan memang satu tahun aja. Gimana sih kamu, kalo mau lama-lama itu liburan sendiri, hmm..", Aluna menggelang kepala sambil tersenyum simpul mendengar perkataan sepupu nya.
"Eh, ini ternyata yang namanya kang Zaedan", binar di mata Mimi tertangkap pandangan, kagum akan kontur wajah milik pengantin pria.
Jika dilihat secara lebih lama, Zaedan memang sedikit memiliki paras campuran. setiap yang mengamati lebih dekat, pasti berasumsi jika Zaedan blasteran[2]. Entah benar atau tidak, tapi memang begitulah ada nya. Aluna pun sempat berpikir demikian, tetapi dilihat dari kakek dan mama Melinda tidak terdapat wajah barat. Aluna juga sempat kepikiran mungkin gen bule itu didapat dari sang ayah, tapi sampai sekarang Aluna tidak pernah melihat ayah Zaedan.
"Hemm.., kamu siapa nya Aluna?", Zadean sedikit memaksakan senyum. Ia memang jarang tersenyum, terlebih pada orang baru "selamat berbagia kang, kenalkan saya Amira Lestari biasa disapa Mimi, sepupu teh Aluna pihak bibi Ros", perkenalan Mimi disertai gerakan menjabat tangan Zaedan. Zaedan membalas jabatan tangan sambil berusaha mempertahankan senyum di wajah.
Setelah Mimi pergi, rasa canggung kembali menerpa mereka. Sekarang waktunya makan siang dan acara sesi pertama akan berakhir. Setiap anggota keluarga menikmati hidangan yang tersaji, acara sesi pertama ini hanya dihadiri oleh keluarga besar kedua belah pihak, tetangga, dan orang-orang terdekat saja.
----------------
Pintu terbuka, seketika menyuguhkan pemandangan tak biasa bagi kedua insan yang tengah berdiri di depan pintu. Rasa canggung kembali menghampiri mereka. Seluruh permukaan dinding terselimuti kain berwarna merah muda dengan motif bunga mawar merah indah. Begitu pula kasur di tengah ruangan yang terbalut kain senada dengan permukaan dinding. Aroma mawar menyeruak ke segala penjuru ruangan. Sungguh, Zaedan tak biasa akan hal ini, terlalu berkutat dengan angka dan grafik membuat dunianya datar-datar saja dan hanya seputar bisnis serta pekerjaan.
Suasana di depan mata sungguh membuat ia geli. Merasa aneh sekaligus canggung sebab pertama kali berada di ruangan dengan nuansa seperti yang tengah ia rasakan dan lihat.
Aluna lebih lagi, masuk dengan menundukkan kepala dan bingung harus berbuat apa setelah ini. Rasa lelah karena berjam-jam menggunakan kebaya berat serta berdiri menyambut tamu seketika lenyap digantikan rasa canggung.
Niat awal ingin merebahkan tubuh sebentar ke atas kasur, malah begini akhirnya. Entah kapan orang menyulap kamarnya menjadi seperti ini. Saat ia dirias, kamar ini tampak seperti biasanya. Namun, sekarang yang ia lihat bukan lagi sekedar luar biasa, tapi sangat luar biasa sampai ia sendiri pun bingung harus bereaksi seperti apa.
"Akang, mau mandi dulu atau istirahat", setelah bergulat dengan isi pikiran nya, Aluna berani memulai percakapan.
"Kamu sendiri?" bukannya menjawab, Zaedan malah balik bertanya. "Bagaimana kau membuka gaun itu, mana orang yang tadi bertugas?" pertanyaan kembali dilontarkan ketika melihat Aluna sedikit kesulitan melepas kebaya putih itu dari tubuh nya.
Tatapan tajam dan suara berat disertai ekspresi datar sangat melekat pada diri Zaedan. Bahkan saat ini Aluna tidak lagi merasa suasana canggung, tetapi hawa dingin telah menguasai ruangan tersebut.
"E..emm.., saya juga tidak tau kang. Mungkin sudah pamit, mengenai kebaya ini saya bisa melepas sendiri kok" Aluna berusaha tenang di hadapan suami, meski rasa gugup masih terlihat di diri nya.
"Suruh Alina atau yang lain membantu mu, aku ingin tidur" setelah membalas perkataan Aluna, Zaedan membalikkan badan memunggungi Aluna dan tidur. Beskap di tubuh kekar nya masih melekat. Hanya slop dan blangkon yang terlepas.
Perlahan Aluna melangkah menuju pintu keluar dan memanggil Alina. Ketika adiknya itu masuk, ia disuguhkan mata melotot dari Alina. "Teteh nggak romantis sekali sih", raut wajah Alina tertangkap kesal.
"Apa yang tidak romantis?" Aluna bingung melihat sang adik bersungut-sungut sembari membantu melepaskan hiasan di kepala. "Huh, susah memang kalo sama teteh" ekspresi muka cemberut tetap dipertahankan Alina, "Harus nya itu kang Zaedan bantu teteh ganti baju, dan teteh juga bantu kang Zaedan". Alina berbicara seperti ibu yang menasihati anak nya. "Ini malah minta bantu Alina, mana kang Zaedan tidur lagi" Alina benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa kesal nya.
**
Setelah pintu kembali tertutup, Aluna buru-buru menghampiri lemari di sisi sebelah kiri kasur. Ia sebisa mungkin tidak menciptakan suara ketika kaki halus menyentuh lantai kayu milik kamarnya. Setelah berhasil mengambil apa yang jadi tujuannya, seketika benda-benda tersebut berhamburan ke lantai..
Note:
[1] Siger sunda adalah mahkota berbahan dasar logam yang diberi tambahan ornamen untuk digunakan oleh pengantin wanita. Berat siger sunda sekitar 1.5 hingga 2 kg. Siger di kepala pengantin wanita bermakna harapan terhadap rasa hormat, kearifan dan kebijaksanaan dalam suatu pernikahan. Di belakang sanggul, dipasang enam buah hiasan kembang tanjung yang memiliki makna kesetiaan sang istri terhadap sang suami yang juga menjadi imamnya.
siger adalah perhiasan kepala pengantin wanita yang terbuat dari logam, berbentuk seperti tanduk kerbau, berlekuk tujuh atau sembilan, dan dihiasi dengan batu permata (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/siger).
[2] blasteran merupaka hasil perkawinan campuran dari dua jenis yang berbeda; hasil perkawinan silang (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/blasteran)
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....