----------------
"maaf sebelumnya Tuan Yudistira, saya hanya ingin acara pernikahan diadakan di rumah ini, ya setidaknya ijab qobul". Pak Hasan mencoba menjelaskan keinginannya ke pada Yudistira.
"hmm..., baiklah. Jadi begini saja., resepsi akan kita adakan dua kali, di Bandung & Jakarta. Mengingat istriku yang merupakan gadis asli kota Bandung ingin anak kami satu-satunya menikah di Bandung akan tetapi keinginan tersebut gagal..jadi aku akan mewujudkan keinginan mendiang istriku melalui pernikahan cucu kami". Setelah sedikit pertimbangan, Yudistira akhirnya menyetujui.
"kalo itu saya serahkan kepada Tuan saja..saya hanya ingin ijab qobul di rumah". Senyum tipis tampil di wajah Abah Aluna.
"baiklah kalo begitu..". Kakek Yudistira membalas tersenyum.
Hari ini acara lamaran pun berlangsung hikmat, keluarga Zaedan bertemu dengan keluarga Aluna untuk membahas konsep acara pernikahan yang ternyata diundur 6 bulan kedepan dan itu permintaan si Abah dengan alasan tertentu.
----------------
"Baiklah. Pak Hasan, bu Ros. Saya & keluarga pamit dulu". Kakek berjalan meninggalkan rumah keluarga Aluna setelah acara perpisahan berlangsung.
"Abah, Ambu & adik-adik teteh jaga diri ya..Abah sama Ambu jangan banyak pikiran & doakan teteh cepat kelar skripsinya". Aluna berbicara sembari mencium punggung tangan orang tuanya & berpelukan.
"Iya teh pasti atuh Abah, Ambu & adik-adik mu bakalan mendoakan kesusksesan teteh, iya kan Ambu?". Abah melirik sekilas ke arah Ambu.
"iya teh pasti Ambu doakan..tetap semangat & jangan lupa berdoa". Ambu tersenyum sembari mengelus punggung tangan anak sulungnya.
"terimakasih Abah..Ambu". Aluna membalas dengan senyum cerah menghiasi wajah putihnya.
----------------
"Aluna tinggal di mana..?(tempat tinggal Aluna di Jakarta)". Suara Tuan Yudistira memecah keheningan di dalam mobil.
"Ohh, Aluna tinggal di jl XX kek tidak jauh dari universitas Akbara". Senyum manis milik Aluna tidak pernah luntur kala berinteraksi dengan keluarga Zaedan.
"baiklah.., Rob antar nona Aluna sekalian". Titah Kakek.
"baik kek.." Roby mengangguk sambil tetap fokus menyetir.
----------------
"Terima kasih kek, mama, dan kang Zaedan, terimakasih juga buat asisten Roby". Aluna berdiri di samping mobil sambil melambaikan tangan kanan.
"Sama-sama sayang, ingat jaga kesehatan dan jangan lupa persiapkan dirimu. Tak lama lagi kau akan menjadi pengantin". Sedikit godaan dari kakek membuat hawa panas sedikit menjalar di pipi Aluna.
"Iya sayang sebentar lagi kamu bakalan menjadi menantu mama, jaga kesehatan ya dan semangat skripsi nya". Nyonya Melinda tidak mau kalah. Ia sedikit terkekeh kala melihat calon mantu semakin salah tingkah.
"Iya kek, ma. Baiklah Aluna masuk dulu". Aluna sengaja mengakhiri percakapan, sudah tak bisa dibayangkan bagaimana malunya.
"Zaedan kenapa kamu diam saja..!". Nada Yudistira tak mengenakkan. Terlebih tatapan memicing mata ke arah cucu.
"Hmm..., jadi mau nya gimana?, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi kan. Lagi pun sekarang sudah malam kakek Aluna perlu istirahat". Zaedan jengah terhadap tingkah kakek.
"Iya kek. Aluna masuk dulu ya semua, sudah malam. Semuanya hati-hati dan selamat istirahat". Aluna beranjak pergi masuk ke halaman rumah.
"Baiklah, kami pulang dulu selamat istirahat juga sayang". Kakek & ibu Melinda tersenyum bersamaan.
Aluna membalas dengan senyuman dan mobil pun beranjak pergi. Setelah mobil sudah tidak terlihat Aluna pun masuk ke dalam.
----------------
"Huhf, Astaghfirullah Ya Allah kenapa bisa begini sih. Katanya pernikahan biasa-biasa saja. Tapi, mengapa jadi begini ini. Sama saja orang-orang bakalan tau kalo aku akan menikah terus orang akan tau status janda aku setelah kontrak itu habis". Keluh Aluna.
"huhf, dia bilang bisa menjamin semuanya dari orang lain tapi ini apa?, tidak bisa. Aku harus membatalkan ini semua.., aku nggak mau jadi janda dan diketahui sama semua orang". Aluna semakin khawatir akan nasibnya di kemudian hari. "Aku harus menemuinya besok".
----------------
tut...tut...tut..
"Halo..,". Suara pria yang sudah tidak asing di telinga si kembang kampus.
"Assalamualaikum wr wb kang Zaedan. Bisakah kita besok bertemu?, ada yang ingin saya bicarakan..ini sangat urgent dan tidak bisa dibicarakan lewat telepon". Jelas Aluna.
"Hmm.., terserah kau sajalah aku lagi pusing. Besok temui aku di kantor waktu makan siang, aku hanya ada saat itu". Ucap Zaedan angkuh.
"Baiklah besok saya akan datang terimakasih, kang waalaikum salam wr wb". Suara Aluna terdengar ringan.
"Hmm.., waalaikum salam". Dengan malas Zaedan menutup obrolan.
----------------
Esok Hari...,
Aluna sudah berada di depan gedung pusat Akbara's Group. Sebelumnya, ia baru selesai konsultasi bersama dosen pembimbing skripsi.
"Permisi, selamat siang". Aluna menyapa resepsionis. "Bisa saya bertemu dengan bapak Zaedan.., ehh., inimaksud saya pak Fadhil Zaedan". Tanya Aluna sedikit gugup.
"Hmm., kalo boleh tau dengan mbak siapa? lalu apakah sudah memiliki janji dengan Tuan Fadhil?". Resepsionis bertanya balik.
"Iya..., saya sudah memiliki janji untuk bertemu dan nama saya Aluna". Balas Aluna sembari tersenyum.
"Baiklah tunggu sebentar". Resepsionis melakukan sambungan telepon.
tut..tut..tut...tut..
"Halo, permisi mba Santi...., iya saya ingin memberitahu bahwa ada seorang gadis ingin bertemu Presedir. Namanya Aluna". Resepsionis memulai percakapan.
"..."
"Baiklah, terimakasih mba Sinta permisi. Selamat siang". Obrolan berakhir. "Silahkan nona bisa menggunakan lift yang berada di sebelah kiri lalu pergi ke lantai 7". Resepsionis tersenyum ke arah Aluna.
"Baik terimakasih mba, saya permisi dulu". Aluna juga tersenyum sembari pergi.
Aluna masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka 7.
Ting...
"Permisi mba, bisa saya bertemu dengan pak Fadhil?". Aluna bertanya dengan staf sekretaris.
"Nona Aluna ya?". Wanita dengan name tag di dada samping kanan bertulis 'Sinta' bertanya.
"Iya mba..,". Membalas dengan senyuman.
"Baiklah sudah ditunggu oleh Presedir di dalam". Sembari membuka pintu ruangan Presedir.
"Terima kasih mba". Aluna berjalan masuk.
Sinta tersenyum.
"Permisi". Aluna mengetuk pintu yang sebenarnya telah terbuka.
"Masuk..," Suara berat khas pria terdengar.
"Selamat siang kang". Sapa Aluna yang berdiri tepat di depan Zaedan.
"Hmm., siang juga". Zaedan menutup laptopnya. "Silahkan duduk di sofa". Menunjuk dengan lirikan mata sembari beranjak dari kursi kebesaran.
Aluna menuju sofa diikuti Zaedan.
"Sebentar sebelum bicara mari kita makan siang dulu, kamu belum makan siang kan?". Tanya Zaedan dengan mata melirik Aluna.
"Iya kang, tadi dari kampus langsung ke sini. Takut kalo makan dulu, jam makan siang nya habis terus ngga bisa ketemu akang". Balas Aluna sedikit menunduk.
Zaedan beranjak menuju meja kerja sembari mengangkat gagang telepon.
"Halo Sinta, suruh Tiwi pesan makanan di resto depan untuk dua porsi beserta minuman nya". Titah Zaedan. "Oke saya tunggu dan usahakan secepatnya". Setelah menutup telepon, Zaedan kembali menuju sofa.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Haii para reader. Author butuh support ini, caranya gampang..
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....