Di sisi lain ada yang sedang membuat resah orang-orang di dalam satu ruangan. Bagaimana tidak resah, sikap tak biasa yang disajikan membuat terheran-heran orang yang mengamati. Dia yang menjadi sumber keresahan seakan tak peduli dan tidak mau tahu, padahal sikapnya yang demikian bisa saja menciptakan siksaan pada perut orang lain yang sudah menunggu kapan waktunya keluar dan mengisi tenaga.
"Bos.., jadi menurut bos bagaimana?" Roby tidak menyadari orang yang ia panggil bos sedang tidak dalam kondisi baik, raganya sedang duduk namun jiwanya entah kemana. "Bos..?, boss...?" sembari memanggil bosnya, Roby membuat gerakan mengeser-geser telapak tangan di hadapan sang bos, namun dia yang diberikan lambaian tak merespon apapun. "Huhh..", ini desahan yang keluar dari mulut asisten, lelah menghadapi si bos yang akhir-akhir ini terlihat berbeda dari sebelum-sebelumnya.
Brak!!.
Suara gebrakan meja membuat semua orang di dalam ruangan tersebut terkejut, tak terkecuali lelaki yang baru kembali ke alam sadarnya. Dia langsung memicingkan mata, fokus ke sumber suara gaduh yang terdengar. Matanya semakin menatap tajam kala mengetahui siapa pelaku kegaduhan itu. "Kenapa kau!? kurang kerjaan hingga harus memukul meja..?" dia yang bertanya mengusung raut muka memerah menunjukkan sikap tak suka.
"Hehehe, maaf bos tidak sengaja" sang asisten mencari alasan agar tidak mendapati kemarahan dari bos nya, padahal ia memang sengaja melakukan hal tersebut sebab merasa si bos berperilaku aneh hari ini. eitss.. bukan hanya hari ini tapi beberapa hari terakhir.
Mendapati respon sang asisten, Zaedan hanya diam dan beranjak dari tempat nya menunju pintu keluar. Seluruh orang yang berada di dalam ruangan hanya melongo melihat tingkah sang bos besar. Tidak biasanya bos mereka itu keluar dari ruang meeting begitu saja tanpa satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Ya meskipun bos nya itu jarang berekspresi dan terlihat datar, tapi setidak nya ia masih berbicara meskipun sedikit. Namun tidak dengan hari ini, mungkin suasana hati nya sedang tidak baik pikir para karyawan.
**
Zaedan duduk di kursi kerja nya, sejak awal meeting hingga kembali ke ruang pribadi, Zaedan tetap saja melamun. Entah kenapa ia merasa aneh akhir-akhir ini, kenapa ia selalu memikir kan Aluna?. Gadis mungil nan cantik itu terus saja terbayang dalam pikiran nya, padahal selama ini ia tidak terlalu memikir kan soal wanita. Bahkan ketika putus dengan mantan-mantan nya ia tak merasa kan hal serupa. 'Kenapa aku merasa takut ketika dia berencana ingin membatalkan pernikahan ini?' pikir Zaedan.
"Harusnya kan aku senang, atau dengan dia membatal kan pernikahan ini maka aku bisa membuat itu jadi alasan untuk tidak mau menikah karena merasa trauma. Jadi nya mama dan kakek tidak bisa memaksa ku lagi" monolog Zaedan. "Tapi kenapa ketika ia mengutarakan maksud nya tadi siang membuat hati ku panas dan jengkel?". Lagi-lagi ia bertanya pada diri nya sendiri.
"Ah..., semua ini membuat ku gila" ada suara resah yang keluar dari bibir seksi tersebut. Hingga akhir nya Zaedan tetap saja terpaku pada pikiran-pikiran yang ada di benak nya sampai tak terasa jarum jam pun berputar begitu cepat.
**
"Hati-hati, ingat jangan ngebut dan kalo sudah sampai rumah langsung mandi" ini nasihat wanita yang tadi sempat sedih dan tampak berduka. Sepertinya mudah sekali untuk mengembalikan mood wanita ini, baru saja sedih sekarang sudah ceria lagi.
"Iya bunda", lelaki yang dihadiahi nasihat sekarang ditambah hadiahnya dengan sebuah pukulan ringan di bahu. "Auchh.." dia seperti sedang kesakitan sambil mengelus-elus bahu miliknya. Padahal rasa sakit itu tidak terlalu terasa. "Bisa kah sedikit anggun dan kalem ketika bersama ku?, kenapa senang sekali memukul ku?" dia yang bertanya mengusung raut muka sedih seolah-olah sedang teraniaya.
"Huh...lebay. Sudah sana cepat pulang, sudah mau maghrib, oh iya jangan lupa sholat", si wanita tampak tak peduli dengan kondisi wajah yang disajikan sang pria. Justru malah menambah daftar peringatan. "Besok aku akan bercerita mengenai masalah yang sedang aku hadapi, jadi sekarang cepat lah pulang. Aku mau bersih-bersih juga udah mau maghrib dan aku belum mandi lagi". Aluna berbicara sambil memasang wajah cemberut yang ditangkap lucu oleh pria di hadapannya.
"Hmm... ya sudah aku pulang. Sana pergi segera mandi dan jangan lupa nanti malam skripsi nya dibenerin biar cepat kelar" kali ini si pria tak mau kalah, ia juga memberikan nasihat kepada Aluna. "Aku pulang dulu assalamualaikum" lambaian tangan tersaji di depan mata Aluna dan sang pria membuat gerakan memutar motor hingga kuda besi itu perlahan-lahan hilang dari pandangan Aluna.
"Huh...bagaimana reaksi Zeze dan Riko jika tau masalah ku ini?, terlebih lagi Mita dan yang lain nya. Apa aku juga harus memberitahu mereka?" Aluna bermonolog sembari berpikir seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu "-hmm.., sebaik nya ceritakan saja lah. Siapa tau mereka bisa memberi semangat buat ku" ucapan ini sejalan dengan derap langkah memasukki toko kue.
•
Ada yang termenung, dalam benaknya masih mencari penyebab kenapa ia bisa merasakan kekhawatiran. Takut jika ditinggal oleh gadis mungil yang baru beberapa waktu ia kenal. Takut jika ia gagal menikah, padahal menikah merupakan hal yang selalu dihindari lelaki yang kini menggunakan setelan warna navy dipadukan dengan kemeja putih dan dasi yang senada dengan jas nya.
Semakin dipikir kan, semakin membuat perasaan nya aneh dan tak karuan. Ia sendiri pusing bukan main. Mobil BMW 8i warna putih terus saja melaju membelah jalan padat ibu kota. Suasana sekitar sangat bertolak belakang dengan suasana di dalam mobil Hening..
Sunyi senyap seperti tak ada penumpang nya. Roby pun tak berani mengucapkan barang satu kata. Melihat raut wajah sang bos kala keluar dari ruang pribadi nya membuat nyali Roby ciut hanya sekedar berbicara santai seperti biasa. Entah kenapa Roby merasa ekspresi yang ditampilkan Zaedan belum pernah tertangkap mata sejak ia bekerja bersama si bos.
•
Tak terasa mobil pun tiba di halaman yang menampil kan rumah megah di salah satu komplek perumahan elit di Jakarta.
Zaedan turun dari mobil tanpa mengucap apa pun. Seperti dugaan Roby, bos nya itu sedang dalam masalah besar. Tapi yang sulit dipahami oleh pria berprofesi sebagai asisten ini ialah masalah apa yang menimpa bos nya?. Padahal kondisi perusahaan stabil-stabil saja. Bahkan bisnis travel yang dimiliki pria tersebut pun kondisi nya baik seperti yang telah dilaporkan orang kepercayaan Zaedan.
'Jadi, apa yang membuat bos menjadi aneh?. Ya dia memang aneh sejak aku mengenalnya. Tapi bukan aneh seperti ini' pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Roby seperti jamur yang tumbuh subur di tempat lembab. Setelah ikut-ikutan pusing memikirkan tingkah bos nya. Roby memutar mobil lalu kembali masuk ke jalan raya menuju tempat tinggal nya. Pikir Roby mungkin Zaedan perlu waktu menenangkan diri sehingga ia tidak mampir ke rumah sang bos seperti biasa.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....