Bismillahirrahmanirrahim. Bunyi alarm terdengar di ke-sunyian.
"Ehmm...". Aluna bangun sambil merenggangkan ototnya, ia meraih jam di nakas sambil mengucek mata dan melihat. "Sudah setengah 3".
Aluna berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu berwudhu kemudian sholat tahajjud.
Setelah selesai mengerjakan salah satu ibadah sunnah umat muslim, Aluna bergegas merapikan perlengkapan ibadah. "Hmm.., sebaiknya aku belajar lagi ah". Aluna mendekati meja belajarnya.
**
Menit demi menit terus berlalu, Aluna terlalu fokus sampai tak sadar waktu subuh telah menjelang.
"Eh udah adzan. Hmm....mandi dulu ah baru sholat". Aluna menutup buku dan bergegas ke kamar mandi.
Cklek. Pintu terbuka dan Aluna yang habis mandi melihat Mita yang masih mengembara bersama mimpinya. Aluna mendekati ranjang sambil berkata. "Mit, bangun udah adzan loh, ayok bangun nanti waktu subuh keburu habis". Aluna menggoyang-goyangkan tubuh Mita.
"Eehmm....". Mita menggeliat dengan mata yang masih tertutup.
"Ayok Mit". Kali ini usaha Aluna semakin besar.
"Eehmm". Dan posisi Mita sudah duduk sambil mencari-cari nyawa nya.
"Ayo langsung wudhu aja. Kamu itu mandi-nya lama, nanti waktu subuh habis lagi". Ucap Aluna.
"Iya-iya, kamu sholat aja dulu". Mita mengucek-ngucek matanya.
"Hmm....". Aluna menggelengkan kepala sambil berlalu mengambil baju dan mukenah.
Mita bergegas mandi ketika Aluna sholat. Ia tidak terbiasa sholat tanpa mandi.
"Sudah selesai mandinya?". Tanya Aluna sambil melipat mukenah
"Hm..". Mita menjawab sekenanya dan bergegas untuk sholat.
_ _ _ _ _
"Masak apa Lun?". Tanya Mita sambil menuangkan air putih ke dalam gelas.
"Ini buat nasi goreng aja biar cepet, soalnya aku pagi ini mau ke perpustakaan. Aku mau pinjem buku buat menunjang referensi belajar. Harus cepet dipinjem, takut udah keduluan orang lain soalnya buku itu lengkap tapi jumlahnya cuma ada 2 di perpus". Ujar Aluna panjang lebar.
"Ohh, gitu toh. Ya udah apa yang perlu aku bantu?". Tanya Mita.
"Nggak usah, bentar lagi beres kok". Jawab Aluna dengan senyum manisnya.
"Heehmm....bau apa ni?, harum banget". Ucap Nadine sambil mencari-cari sumber bau.
"Cuci muka dulu Din, ckckck". Mita terkekeh melihat tingkah konyol temannya.
"Iya-iya". Ucap Nadine dengan bibir manyun nya.
"Gemess dehh". Ucap Mita dengan ekspresi seperti ingin mencakar seseorang.
"Hiiiiiihh...". Nadine mendelik sambil berlari kecil ke kamar mandi.
"Hahahaha". Seketika gelak tawa keluar dari mulut Aluna dan Mita.
kletak. Suara kompor dimatikan.
"Sudah selesai". Ucap Aluna.
"Mit, tolong siapin nasi gorengnya ya, aku mau siap-siap dulu". Aluna menoleh sebentar ke arah Mita berada dan berjalan menunju kamar.
"Oke...". Mita beranjak dari duduknya.
"Mana Aluna Mit?, tumben lho yang masak?". Tak lama Nela muncul ke dapur.
"Nukan aku yang masak, tapi Luna. Ini aku cuma siapin aja". Balas Mita.
"Oh..". Nela cuma ber "oh" ria saja sambil mengangguk kecil.
"Udah sana cepat cuci muka dan gosok gigi Ada yang mau aku omongin ke kamu, Luna, dan Nadine". Ujar Mita.
"Okeh". Nela berlalu menuju kamar mandi.
Tak lama Nadine pun keluar dari kamar mandi dan berjalan melewati dapur.
"Din, habis itu langsung ke meja makan ya, ada yang mau aku omongin, ngomong-nya di meja makan aja soalnya Luna mau pergi pagi". Ucap Mita.
"Mau ngomong apa Mit?". Tanya Nadine.
"Udah nanti aja, buruan ya sama Nela juga tuh". Titah Mita.
"Ya udah iya, sebentar". Nadine berlalu menuju kamar.
"Sudah Mit?". Tanya Aluna ketika keluar dari kamar.
"Sudah tinggal nunggu yang lain. Jangan pergi dulu ya Lun, aku mau ngomong tentang rencana bisnis kita ke mereka berdua". Ucap Mita dengan tatapan memohon.
"Iya, tapi mereka udah siap belum?". Kembali Aluna bertanya.
"Udah, Nadine dan Nela lagi di kamar. Bentar lagi keluar". Jawab Mita.
"Hai selamat pagi". Ucap Nadine dengan wajah ceria.
"Nah panjang umur nih orangnya". Mita tersenyum dengan deretan gigi terlihat jelas. Ia membuka mulut sembari berkata. "Ya udah ayok, aku udah lapar nih".
Mereka bertiga duduk di meja makan, bersiap untuk menyantap hidangan yang tersedia.
"Gilak bener, gue nggak ditungguin". Ucap Nela berlari kecil.
"Makanya bangun pagi". Balas Nadine dengan tatapan mengejek.
"Udah pagi kok, aku bangun jam 6.50". Ujar Nela membela diri.
"Lho nggak sholat Nel?". Tanya Mita dengan mata seperti mau keluar.
"Gue lagi libur, baru tadi malem. Luna udah bangunin gue buat sholat". Jelas Nela sambil menarik kursi untuk duduk.
"Udah ayok makan, aku buru-buru nih mau ke perpus". Aluna memulai kegiatan dengan mengambil piring.
Mereka pun makan dengan tenang.
"Eh btw aku mau ngasih tau nih ke kamu Din, sama kamu juga Nela". Mita memulai pembicaraan.
"Tentang apaan?". Tanya Nela.
"Aku sama Aluna mau buka usaha kue tartlet. Nanti kita akan membuka jasa pemesanan kue baik untuk ulang tahun, hajatan, dan lain-lain". Ucap Mita.
"Nah aku mau ngajak kalian, mau nggak gabung?... itupun kalo kalian mau, kalo nggak ya aku sama Aluna aja. Aku mau ngajak kalian soalnya kalian kan kenalannya banyak tu, terus nanti kalian bisa belajar juga buat tartlet sambil mengembangkan usaha". Mita melanjutkan penjelasan.
"Boleh si, tapi bukannya kamu udah kerja di toko kue ya Lun?. Emang nggak papa kalo misalnya bos mu tau kamu punya bisnis yang sama juga?". Tanya Nela.
"Iya si, aku juga mikirnya gitu". Balas Aluna dengan raut wajah bingung.
"Lho kamu sekarang kerja di toko kue Lun?". Kini suara Nadine.
"Iya Din, aku cuma kerja di sana setiap Sabtu dan Minggu. Itupun setengah hari doang". Jelas Aluna.
"Tapi kok kamu kemaren kerja". Selidik Nela.
"Oh, kemaren kebetulan bos ku menerima pesanan kue untuk ulang tahun nyonya Melinda Zaeka Akbara. Jadi karena merasa kewalahan akhirnya aku disuruh bantu, lumayan dapat bonus". Jawab Aluna.
"Bukannya itu pemilik perusahaan yang memberikan beasiswa buat kita ya?, sama pemilik universitas kamu juga kan?". Nela bertanya kembali.
"Iya....eh kok jadi bahas itu, kan kita mau bahas tentang usaha tartlet". Mita memotong pembicaraan antara Aluna dan Nela. Ia mengangkat bibir dan kembali berucap. "Masalah enak nggak enak, aku rasa kamu nggak salah deh Lun, kan kita cuma jual tartlet ngga semua jenis kue. Lagi pula kita cuma buka usaha kecil-kecilan aja".
"Bener juga si kata Mita, kan semua orang berhak membuka usaha Jadi, nggak papa menurut ku, kalo gitu aku mau join, ntar aku rekomendasikan tartlet nya ke teman-teman kampus, tempat kerja sama karyawan di perusahaan papa ku". Ujar Nadine sambil tersenyum cerah.
"Nah setuju tuh. Udah, santai aja kalik Lun". Mita berkata sambil memegang bahu Aluna. "Kalo gitu habis UTS kita sudah bisa mulai. Nanti modalnya patungan aja, terus aku juga mulai dari sekarang berusaha belajar buat tartlet se-enak tartlet buatan Aluna, okeh Lun". Mita kembali mengoceh.
"Iya, kapanpun kamu, Nadide, dan Nela mau belajar aku siap kok ngajarin". Balas Aluna dengan senyum kecil di wajah.
"Oh iya, satu lagi, usaha tartlet ini aku namain Geulis Tartlet sebab yang punya usaha para gadis cantik, hehehehe". Mita semakin bersemangat, pagi hari seperti ini tampaknya membuat otak Mita dipenuhi ide-ide cemerlang.
"Hmm....Mita-Mita, terserah kamu aja deh". Aluna pasrah sambil menggelengkan kepala melihat temannya itu terlalu bersemangat.
"HAHAHAHA". Sedangkan Nadine dan Nela hanya bisa tertawa besar.
Setelah diskusi alot tersebut, semuanya melanjutkan sarapan dengan tenang. Setelah itu mereka kembali pada aktivitas masing-masing.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....