Chereads / Aluna's First Love Story / Chapter 12 - Sebuah Penantian

Chapter 12 - Sebuah Penantian

_ _ _ _ _

"HALO HALO...", Riko menggebrak meja sambil berteriak di depan Aluna.

"EH....". Aluna terkaget dan pikirannya pun kembali.

"Huh.....Ko, selalu aja seperti ini. Kalo ketemu itu ucapkan salam, bicara baik-baik. Jangan seperti ini, kalo misalnya lawan bicara mu punya riwayat jantung gimana?" ucap Aluna panjang lebar.

"Hehehehe, habisnya kamu aku liat dari jauh ngelamun aja", Riko cuma nyengir, ia menarik kursi di depan dan mulai duduk. Pandangannya mengembara seraya berkata. "Hm.....btw Zeze kemana?".

"Zeze lagi ada kelas mengulang", tungkas Aluna.

"Oh, gitu. Ya udah aku mau pesan makanan sekaligus ke toilet dulu, kamu udah pesan makanan?" tanya Riko sembari beranjak dari duduknya.

"Eem.....aku nggak lapar Ko, ini aku udah pesan jus Alpukat", balas Aluna dengan senyum manis.

"Ya udah, aku ke sana dulu bentar ya". Riko berlalu pergi.

"Iya.."

**

"Setidaknya kalo aku nyuciin bajunya dia bisa kita minta bantu promosikan tartlet kita", Aluna menambah penjelasannya.

"Hem.....ni ya Lun, pertama aku mau kasih tau aja kalo kak Arsyad itu belum lulus-lulus sampe sekarang bukan karena dia sibuk, tapi karena kerjaannya cuma nongkrong-nongkrong nggak jelas. Hampir semua dosen aja kenal dengan dia gara-gara perilakunya, bahkan ni ya dia itu juga jadi bahan omongan dosen di setiap kelas", tampaknya Mita punya dendam tersendiri terhadap Arsyad. Ia selalu berusaha menjauhkan Aluna dari pria itu.

Dengan ekspresi geram, ia kembali membuka mulut dan berkata, "Kedua ni ya, dia itu cuma modus ke kamu, masak kamu nggak ngerasa sih. Dia itu mau mepet kamu Lun". Dada Mita naik turun, seperti menahan gejolak yang tersembunyi. "Dan yang ketiga, dia itu playboy Lun. Ntah berapa banyak sudah srikandi-srikandi teknik di buat patah hati sama dia".

"Hm....kalo masalah perasaan dia ke aku, aku udah tau kok", jawab Aluna santai.

"Kok bisa.." Nadine ikut berbicara saking kagetnya.

"Iya, soalnya dia sering nyatain perasaannya. Tapi tenang aja, aku nggak ada kepikiran ke arah situ dulu kok. Mau fokus sama kuliah dan Geulis Tartlet, hehehehe", Aluna berusaha menenangkan teman-teman. Agar suasana kembali normal, ia langsung berkata, "Hm... ya udah. Din, Nel. Lanjutin packing nya ya, sama pesanan bu Amel buat pengajian ntar sore di komplek sebrang juga, terus ntar tolong dianterin ya".

"Dan kamu Mit, mending kamu design logo usaha kita", Aluna sekilas memandang Mita yang mukanya masih tampak muram.

"Aku mau bersihin dapur, istirahat terus ntar sore mau beli bahan buat pesanan besok", tangan Aluna masih terus mengelap meja dapur yang sedikit berantakan.

**

"HEI....", Riko sudah kembali dan berusaha menyadarkan Aluna yang kembali melamun.

"EH....., Astaghfirullah" Aluna kaget, kepalanya mendongkrak ke atas. Wajah mungil nya cemberut, ia membuka mulutnya. "Baru dibilangin jangan sering ngagetin".

"HAHAHAHA, baru juga diingatin jangan melamun", Riko membalikkan omongan Aluna. Melihat gadis itu cemberut, Riko ingin sekali mencubit pipi yang terlihat sedikit cubby.

"Hm..." Aluna tampak tak bersemangat.

tap...tap....tap. Terdengar bunyi derap langkah kaki.

"Hei, Assalamualaikum".

"Waalaikum salam" Aluna dan Riko menoleh ke arah sumber suara.

"Udah selesai Ze?, kok cepet? bukannya baru 45 menit yang lalu ya kamu masuk?". Melihat siapa yang datang, Aluna langsung mencecarnya dengan banyak pertanyaan.

"Iya, dosennya tiba-tiba ada urusan jadi keluar cepet", balas Zeze sembari duduk. Baru per sekian detik menjejakkan bokongnya, ia berdiri kembali seraya berkata. "Eh bentar ya, mau pesen camilan dulu".

Setelah memesan makanan Zeze kembali menghampiri Aluna dan Riko.

"Hei, jawab aku, kenapa kamu melamun?", Riko teringat akan pertanyaannya, ia kembali menagih jawaban. Ia mendekatkan wajah nya ke arah Aluna. "Ayo, cerita aja. Seperti biasa, tumpahkan semua kegelisahan hati mu kepada ku", Riko mulai mendramatisir.

"JIJAYY..." dan pada akhirnya mendapat respon sinis dari Zeze.

"HAHAHAHA" tawa Aluna dan Riko pecah seketika. Melihat ekspresi Zeze yang teramat lucu.

"Huh.....nggak ada apa-apa kok Ko. Cuma aku teringat aja omongan teman ku Mita. Dia bilang ada kakak tingkatnya yang suka sama aku, dan aku tau itu soalnya dia sudah beberapa kali nyatain perasaannya" jelas Aluna dengan raut wajah berubah datar. Sebenarnya ia juga hampir terpaut pada lelaki berhidung lancip dengan rambut ikat sebahu itu. Tapi, ia juga tidak yakin dengan perasaannya.

"Terus, emangnya kenapa", kini Zeze ikut nimbrung. Sambil bertopang dagu, ia menunggu respon Aluna selanjutnya.

"Ya aku nggak enak aja sama dia, soalnya aku nggak bisa balas perasaan dia",.ucap Aluna murung. Ada banyak pertimbangan jika ia menerima ajakkan Arsyad untuk menjalin hubungan.

"Orangnya baik ngga?, kalo baik boleh la Lun. Selama aku kenal kamu, aku nggak pernah tuh liat kamu dekat apalagi pacaran sama cowok, kamu cuma dekat sama si kadal ini aja" Zeze melirik Riko dengan ekspresi mengejek.

"HEI... siapa yang kau bilang kadal", sedangkan yang diejek terlihat kesal. Zeze tidak tau aja ada yang meradang dalam hati mendengar cerita dari Aluna.

"Sudah-sudah, jangan ribut bikin kepala aku tambah pusing saja" ucap Aluna dengan memijit pelipisnya.

"Jangan bilang kamu masih belum move on dari AA' kesayangan mu itu",.ucap Zeze disertai anggukan kepala oleh Riko.

"Emang seperti apa si Lun AA' mu itu?, kamu kok masih aja berharap bisa ketemu dia. Lagipun, belum tentu sikapnya ke kamu masih sama, secara udah lama banget kalian nggak ketemu", Zeze berusaha menyadarkan sahabat karib nya itu.

"Entahlah Ze, Ko. Aku juga sebenarnya nggak terlalu berharap, dan masalah perasaan ini bukan aku yang mau tapi itu memang datang dengan sendirinya", tatapan dari bola mata Aluna tampak sendu.

"Aku juga tidak mau pacaran dulu, karena alasan utama pasti sudah kalian ketahui. Aku tidak mau aja fokus ku terpecah belah, sayangkan jauh-jauh dari Bandung dapat beasiswa tapi hasilnya nggak memuaskan hanya karena seorang pria", Aluna berusaha menyajikan senyum manis.

"Lagipun aku masih muda, baru 21 menuju 22 tahun".

Aluna memang merindukan seorang pria yang sangat dekat dengannya dahulu. Sosok yang selalu ia tunggu kehadirannya kembali. Sosok yang menciptakan sebuah penantian panjang yang tak kunjung berkesudahan, entah sampai kapan.

Dahulu, anak laki-laki tampan itu selalu bersama dengan Aluna sejak Aluna lahir ke dunia kala ia berusia 7 tahun. Rumah mereka yang berdampingan membuat mereka semakin dekat. Ketika Aluna memasukki dunia taman kanak-kanak dan sekolah dasar, sosok inilah yang selalu menemani Aluna pergi sekolah. Hingga...saat Aluna berusia 8 tahun dan anak laki-laki itu menjelma menjadi pemuda berusia 15 tahun. Aluna terpaksa melepasnya pergi ke Jakarta karena harus ikut dengan kedua orangtuanya yang sedang bekerja di ibu kota. meninggalkan kenangan bersama Aluna. Sebenarnya pemuda itu sempat beberapa tahun pulang ke Bandung saat libur sekolah dan hari-hari besar. Namun, ketika neneknya yang sempat tinggal bersama di Bandung meninggal dunia. Ia tak pernah kembali lagi ke Bandung hingga detik ini.

"Hm...ya sudahlah. Aku mau pulang dulu, soalnya banyak pesanan tartlet nih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wb", Aluna meninggalkan kedua temannya itu yang masih mematung.

Salah satu alasan mengapa Aluna bertekad untuk kuliah di Jakarta karena ia sangat ingin bertemu kembali dengan sang pemuda yang manjadi objek penantiannya itu. Namun sudah tiga tahun Aluna di Jakarta, tapi belum juga bertemu.

**

SIAPAKAH PEMUDA ITU...? APAKAH ALUNA BISA BERTEMU KEMBALI DENGANNYA? ATAU MUNGKIN ADA PRIA LAIN YANG BISA MENGGANTIKANNYA DI HATI ALUNA? TETAP IKUTI KISAHNYA YA...

***

Author butuh support ini, caranya gampang

1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari

2. Kasih author gift

3. Komentar positif dan membangun

Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....