Chereads / Aluna's First Love Story / Chapter 11 - Kompetisi Kehidupan

Chapter 11 - Kompetisi Kehidupan

"Untuk apa kamu meminta izin kakak Lun, kakak tidak berhak untuk itu. Itu Hak Asasi mu" balas Nabila yang heran dengan pemikiran Aluna. Ia melanjutkan ucapannya, "Kamu tau Lun. Setiap orang punya hak untuk melakukan apapun dalam hidupnya, selagi itu tidak merugikan orang lain atau memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya".

"Bukannya jika Aluna membuka usaha jualan kue tartlet akan merugikan kak Nabila?, karena saingan kak Nabila bertambah, itu sama aja merugikan kak" ujar Aluna yang sudah mengangkat kepala.

'Hmm....gadis ini terlalu polos, aku tidak tau bagaimana nasibnya jika dia bertemu dengan orang yang tidak baik. Bisa-bisa dia dimanfaatkan' batin Nabila.

"Hmm..., dengar ya Lun. Yang kamu katakan tadi itu bukan tindakan merugikan, tapi itu merupakan salah satu bentuk kompetisi kehidupan. Jika seseorang mau menjadi pemenangnya maka dia harus berusaha untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan yang paling terpenting...", ada jeda sejenak. "Bagaimana caranya agar kita bisa menang tapi dengan cara sportif" Nabila berusaha menjelaskan gadis polos nan cantik itu.

Gadis Polos masih setia dengan posisi dan kebisuannya.

"Kakak tidak marah Lun, kamu berhak untuk membuka usaha apapun. Tidak ada satupun orang yang boleh mencegah hal tersebut, kecuali kamu mencuri atau melakukan tindakan meniru hasil karya orang lain demi keuntungan mu sendiri, itu baru salah" melihat Aluna tidak bergeming, Nabila berusaha keras meyakinkan.

"Lagipun kamu hanya menjual satu jenis kue. Kakak tidak perlu takut karena toko kakak sudah cukup dikenal dan banyak memiliki pelanggan setia" kali ini ucapan Nabila direspon dengan tatapan sendu.

"Ingat Lun, kita punya Allah yang bertugas memberikan rezeki. Cukup berusaha saja dan rezeki setiap orang tidak bakalan ketukar, kakak rasa kamu sudah tau dan paham akan hal tersebut" Nabila berusaha mengajak berkomunikasi.

"Tapi kak, Aluna merasa tidak enak sama kakak. Kakak sudah membantu Aluna bekerja di sini tapi Aluna malah mau menyaingi kakak", raut sendu enggan dihilangkan Aluna.

"Aaahh.., sudahlah. Pokonya kalo kamu mau buka usaha bersama teman-teman mu nggak papa. Nggak masalah buat kakak" Nabila berusaha mengakhiri perdebatan ini.

"Apakah Aluna masih boleh bekerja di sini, meski sudah memiliki usaha?" tanya Aluna dengan polosnya.

"Tentu saja boleh" ucap Nabila tersenyum dan dibalas dengan senyum sumringah gadis Bandung itu.

*flashback off*

"Oh... begitu toh ceritanya" Nela menganggukkan kepalanya.

"Kamu ni Lun. Bisa-bisanya berpikiran seperti itu. Betul kata bos mu itu, setiap orang berhak untuk melakukan apapun terhadap kehidupannya, asal jangan merugikan orang lain. Yah termasuk ini, membuka usaha merupakan salah satu hak seseorang" jelas Nadine.

"Assalamualaikum wr wb". Mita yang baru pulang mengantar pesanan langsung berlalu masuk ke dalam.

"Waalaikum salam wr wb" balas Aluna bersamaan dengan Nela.

"Huh..., aku mau mandi dulu ya capek. Lun, nggak ada yang harus dibuat lagi kan?" tanya Mita sebelum masuk ke kamar.

"Enggak...," tok..tok..tok, ucapan Aluna terpotong dengan adanya suara ketukan pintu.

"Assalamualaikum wr wb, selamat siang" ucap seseorang dari luar yang suaranya sudah tidak asing lagi.

"Waalaikum salam" balas mereka yang ada di dalam.

"Masuk kak Arsyad" kini Nadine membuka suara.

Yah, suara itu tak lain dan tak bukan adalah suara Ahes Arsyad Dirgantara. Mahasiswa semester 10 jurusan arsitektur design di Universitas Akbara. Pria yang terlihat senang menggunakan baju bak anak jalanan yang terlantar atau baju pengemis yang memadati jalan-jalan yang ada di ibu kota. Pria yang beberapa waktu lalu membicarakan si kembang kampus kedokteran.

"Lagi pada ngapain nih? Arsyad sekedar berbasa-basi. Tangannya menyugar rambut ikal hitam sedikit kecokelatan.

"Hmm...., kayaknya ada yang mau nge-laundry nih", sindir Mita dengan mata yang memicing.

"Hehehehe, Mita tau aja", pria itu hanya bisa nyengir seperti kuda. Gigi putih yang rapi miliknya tersaji di depan mata.

"Lagu lama", balas Mita. Terdengar malas untuk menanggapi.

"Eh btw kakak dengar kalian lagi mulai usaha jualan kue tartlet ya" tanya Arsyad tak memperdulikan respon Mita.

"Iya kak, baru sekitar 10 hari lah sama hari ini" kini Nela ikut berbicara.

"Nih kak dicoba tartlet nya" Aluna menyodorkan 1 buah tartlet dengan toping buah anggur.

"Makasih, kakak coba yaa" dan Arsyad mulai memakan tartlet.

"Eemm.... enak sekalii siapa yang bikin nih?" ucap Arsyad pura-pura tidak tau dengan eskpresi penasaran.

"Aluna kak yang buat, untuk saat ini cuma Aluna aja yang bisa buat. Kita hanya bantu ngaduk adonan, liat tartlet di oven, packing, sama nganterin ke pelanggan", ujar Nadine.

"Wah..... tartlet nya enak dan manis. Sama seperti yang buat" ucap Arsyad dengan eskpresi sulit diartikan.

"rayuan BASI..!", ketus Mita sambil berlalu ke kamar.

"HAHAHAHA" dan semua orang tertawa melihat tingkah Mita.

"Kakak ke sini mau minta Aluna cuciin baju lagi ya?", kini balik Aluna yang melempar ucapan sekedar berbasa basi.

"Iya Lun, seperti biasa tapi kali ini agak beda Lun" ucapan Arsyad membuat tiga gadis di dekatnya bingung.

"Beda maksudnya gimana ya kak?" tanya Aluna.

"Iya....jadi kalo biasanya gratis, kalo sekarang aku bayar ke kamu setiap kamu nyuci-in baju aku. Yah, itung-itung aku laundry ke kamu lah gimana?, tapi aku nggak maksud apa-apa loh Lun" Arsyad takut kalimatnya menyinggung perasaan gadis di depannya.

"Kenapa harus seperti itu?, biasanya nggak" Aluna sedikit penasaran.

"Bukan apa-apa Lun, kak Arsyad nggak enak aja ngerepotin Luna. Terus kakak nggak bisa nyuci dan entah kenapa pakaian kakak yang Luna cuci itu hasilnya beda dari laundry di tempat lain, wangii nya khas" ujar Arsyad, senyum kecil terpatri di parasnya yang tampan.

"Eemm.... ngga usah deh kak. Tapi gimana sebagai gantinya kakak promosikan tartlet punya kami ke kenalan-kenalan kakak", Aluna memberi penawaran.

'Haduh... disuruh jualan kue, ntar yang ada si cunguk-cunguk itu malah nge-bully gue lagi. Tapi gimana ya?. Eem... ya udahlah demi si kembang kampus, hehehehe' batin Arsyad

"Kak.." ucap Nela membuyarkan pikiran Arsyad sebelumnya.

"Hmm...okeh lah kakak setuju", balas Arsyad dengan senyumannya.

"Yey..., terimakasih kak". Kembang kampus sekaligus gadis polos kelihatan sangat senang.

"Ya udah ini bajunya, kakak pulang dulu ada urusan. Dah, assalamualaikum warahmatullahi wb", ucap Arsyad sambil berlalu meninggalkan ketiga gadis tersebut.

"waalaikum salam wr wb" ucap Nela dan Aluna.

"Lun, kamu kok mau si terus-terusan nyuciin baju si toxic people itu", Mita sudah keluar dari persembunyiannya.

"Nggak papa lah Mit, kamu nggak kasian apa liat penampilannya lusuh banget. Sepertinya dia sibuk sekali sampe sekarang sudah semester 10 aja belum lulus-lulus", ujar Aluna. Senyum terbit di kulit wajah yang putih miliknya, sambil kembali berkata, "Setidaknya kalo aku nyuciin bajunya, dia bisa kita minta bantu promosikan tartlet kita".

***

Author butuh support ini, caranya gampang

1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari

2. Kasih author gift

3. Komentar positif dan membangun

Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....