_ _ _ _ _ _ _ _
"Ada apa bos?, mukanya kok nggak enak banget diliat?". Roby, asisten Zaedan memulai percakapan setelah bebarapa menit sebelum tampak hening.
"Huhh..., biasalah Rob. Tau sendirilah beberapa tahun terakhir ini setiap pulang ke rumah pasti pembahasannya nggak jauh-jauh dari istri, anak. Nggak iri dengan teman-teman udah jadi Ayah, blablabla...., mau pecah kepala ku". Zaedan mulai mencurahkan kekesalannya ke asisten pribadinya itu.
"Hahahaha, bos-bos dari kapan tahun masalah kecil itu nggak kelar-kelar". Ucapan Roby terdengar santai.
"Hehh.., masalah kecil kata mu". Zaedan mendengus menanggapi respon lawan bicaranya.
"Emang iya masalah kecil. Bos kan cuma di suruh nikah, apalagi yang bos tunggu. Nikah itu sungguh nikmat bos ada yang ngurusin, dimasakin, tidur ditemenin, capek ada yang pijitin". Jeda sejenak. "Bahkan mandi pun bisa dimandiin, ckckck". Roby terkekeh menjelaskan kepada bosnya betapa indah memiliki istri.
"Hehh, emang mayat dimandiin!!". Balas Zaedan sinis.
"Huhh.., bukan gitu bos. Maksud ku kita dimandiin sama istri kita, dielus-elus, gitu loh, hadeh...". Roby pusing melihat bosnya itu. "Lagian yang paling enak bin nikmat punya istri itu ya bisa 'GITUAN', hahahaha". Tawa Roby pecah, sengaja menekan kata yang ambigu.
"Dasar otak MESUMM!!". Zaedan juga membalas dengan menekan kata sindiran kepada sang asisten.
"Lelaki mesum dikit nggak papa lah bos". Kilah Roby.
"Halah, kalo mesum ya mesum aja, jangan mengatas namakan pria". Zaedan memandang asisten yang duduk di depan dengan tatapan merendahkan.
"Lagian ni ya, saya heran. Bos itu nggak disuruh melakukan hal yang berbahaya, cuma disuruh nikah kok kayaknya berat sekali...". Roby memasang tampang keheranan.
"Haist.., kau tak tau masalahnya". Zaedan tampak jengah.
"Hmm.., mana saya bisa tau kalo bos tidak mau menceritakan alasannya". Nada bicara Roby sedikit merayu.
"Hehh.., aku tidak akan menceritakan apapun kepada mu". Tampak nya Zaedan tau maksud di balik kalimat Roby. Ia memanding sinis ke arah pria yang sedang menyetir.
'Dasar pria aneh bin ajaib, disuruh nikah seperti disuruh sunat dua kali'. Batin Roby.
"Ya sudah, itu juga bukan bagian dari urusan saya". Hanya kalimat ini yang akhirnya keluar dari mulut Roby. Sudah malas menanggapi bos anehnya itu.
Seketika hening dan mobil terus melaju membelah jalanan ibu kota.
_ _ _ _ _ _ _ _
"Lun, gue mau ngomong sesuatu". Zeze memecah keheningan.
"Silahkan...". Ucap Aluna singkat dan masih fokus dengan laptopnya.
"Lho bisa berhenti bentar nggak dengan aktivitas lho ini?". Balas Zeze jengah dengan Aluna yang sedari tadi fokus pada laptopnya.
"Maksudnya?". Balas Aluna tidak paham dengan perkataan Zeze.
"Bisa tidak berhenti sebentar dengan si gepeng berbadan dua itu?. Sebentar saja, ini PENTING". Zeze berusaha mengalihkan fokus sang teman.
"Hmm.., ada apa si Ze?". Aluna mengalihkan pandangannya.
"Nah, gitu dong". Senyum manis terpatri di paras model itu.
"Ada apa..?". Aluna tetap menatap temannya itu.
"Gue mau bahas mengenai pekerjaan lho di resto nya tante gue". Ucap Zeze dengan mimik yang berganti serius.
"Iya, kenapa emangnya?, aku nggak bisa bekerja di sana?". Aluna bertanya dengan ekspresi serius.
"Hmm.., iya Lun. Bukannya tante gue nggak mau. Tapi sekarang resto tente gue lagi ada sedikit masalah, jadinya beliau takut nggak bisa gaji lho. Sekarang aja beberapa karyawan terpaksa diberhentikan". Zeze menatap intens bola mata Aluna. Berusaha menjelaskan versi terbaik menurutnya.
"Tapi lho tenang aja. Tente gue udah nyaranin lho buat kerja di toko kue anaknya. Kakak sepupu gue, lho pasti pernah ketemu kan sama kakak sepupu gue waktu lho nonton gue di acara pemilihan kontes kecantikan itu. Namanya Nabila". Zeze menambahkan penjelasan.
"Oh, iya aku inget. Ya boleh-boleh aja si aku kerja di sana, asalkan kak Nabila nya nggak keberatan dengan kehadiran aku dan jadwal kerja yang bisa aku lakukan. Lagi pun aku emang tertarik sama kue, rasanya pengen sekali bisa buka usaha kue kecil-kecilan". Binar di wajah Aluna membuat kecemasan di hati Zeze terkait takut Aluna kecewa seketika lenyap.
"Kalo masalah itu lho ngga usah pikirin. Kak Nabila sudah setuju kok, kemaren dia udah hubungi gue masalah ini. Barusan juga gue diingetin lagi kapan lho bisa ke sana nemuin dia". Zeze semakin menyakinkan Aluna.
"Emang toko kue nya buka dari pukul berapa sampai pukul berapa?". Aluna bertanya, penasaran.
"Hmm.., setau gue dari jam 8 pagi sampe jam 9 malem. Ada dua shift, siang sama malem. Kalo shift siang itu dari jam 8 pagi sampe jam 3 sore, setelah itu gantian shift malam dari jam 3 sore sampe jam 9 malam. Setiap shift di jaga oleh 5 karyawan, 2 di bagian dapur, 2 di bagian depan melayani pelanggan, dan 1 bagian kasir. Sebenarnya karyawan udah cukup, tapi kak Nabila nggak keberatan kok kalo lho kerja di sana, lagian pun lho kan nggak di gaji full". Panjang lebar Zeze kembali menjelaskan.
"Oke deh. Kalo gitu, kira-kira kapan kak Nabila ada waktu?, kalo aku besok siang jam 10 pagi bisa si". Sekarang malah Aluna yang tampak bersemangat.
"Kebetulan besok kak Nabila katanya free. Jadi dia ada di toko sepanjang hari besok, biasanya dia ngurus pesanan kue ke tempat-tempat acara gitu. Gue emang udah bilang ke dia kalo lho kemungkinan bisa nya besok soalnya gue liat lho sibuk banget hari ini". Mata Zeze melirik, tertuju pada jari-jari lentik Aluna di atas papan ketik.
"Makanya, kak Nabila berusaha menyelesaikan beberapa keperluannya hari ini. Jadi besok dia bisa leluasa ketemu sama lho, hmm.., tapi besok gue nggak bisa nemenin, lho tahukan gue besok ada kelas ngulang". Raut muka sendu tampil sempurna di wajahnya.
"Iya Ze. Kamu udah bantu sejauh ini aja syukur banget rasanya". Balas Aluna dengan senyum manis. "Makasih ya Ze". Aluna merengkuh tubuh ramping gadis Palembang. Memeluk nya erat.
"Sama-sama, semangat. Inget jangan lupa dengan skripsi juga, hahaha". Zeze tertawa sembari memberikan semangat, membalas pelukan erat.
"Oke..,". Aluna membalas sambil menyatukan ujung jari telunjuk dengan ujung ibu jari.
_ _ _ _ _ _ _ _
"Bos, ada seseorang yang mau ketemu". Kepala Roby muncul di balik daun pintu, menemui sang bos.
"Siapa..?". Yang dipanggil tak mengalihkan fokusnya.
"Seorang wanita, katanya disuruh Presedir menemui bos". Roby sudah berdiri sempurna di ambang pintu.
"Huhhf.., apalagi rencana pria tua sang penguasa itu". Zaedan mulai jengah dan beranjak menemui orang suruhan kakeknya.
_ _ _ _ _ _ _ _
"Anda siapa?, dan apa keperluan anda datang kemari?". Tanya Zaedan yang masih berdiri di dekat pintu masuk ruang kerja nya.
"Saya Tasya, fashion designer dan pemilik butik Tasya Colection. Saya disuruh oleh kakek Anda untuk bertemu Anda, dan berkenalan dengan Anda tentunya". Ucap sang wanita dengan senyum tulus yang manis.
"Memangnya kenapa, apa ada keperluan bisnis?. Perusahaan ini tidak mengurusi bidang fashion, Anda pasti tahu itu". Ekspresi datar tersaji di paras tampan Zaedan.
"Kalo Anda disuruh bertemu dengan saya tanpa ada tujuan yang penting. Terlebih masuk akal, maaf lebih baik Anda pergi. Dari pada Anda membuang waktu dan tenaga, begitu pula saya". Sangat jelas Zaedan keberatan dengan pertemuan itu.
"Baiklah. Sebenarnya saya juga tidak ingin menemui Anda. Saya ke sini hanya ingin memenuhi permintaan kakek, karena beliau dan nyonya Melinda adalah pelanggan setia butik saya. Beliau selalu memberikan review yang bagus terhadap karya saya sehingga beberapa karya saya lolos Jakarta Fashion Week beberapa waktu silam". Tasya memaksakan senyum di wajah.
"Karna saya sudah menemui Anda, otomatis saya sudah memenuhi permintaan kakek. Lagi pun sepertinya Anda enggan untuk bertemu dan berkenalan dengan saya. Maaf jika kehadiran saya menganggu, selamat sore dan terima kasih". Senyum yang tertampil hilang, terlanjur kecewa dengan sikap Zaedan kepadanya. Tasya berdiri dan berjalan ke arah pintu tempat ia masuk tadi.
Setelah Zaedan memberikan jalan untuk Tasya keluar dari ruangannya, ia pun kembali ke ruang olahraga tanpa berkata apapun.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....