_ _ _ _ _ _ _ _
Ting tong..
"Sebentar..". Wanita paruh baya berjalan menuju pintu utama.
"Eh tuan muda, silahkan masuk tuan muda". Sambil menunduk, asisten rumah tangga itu menepi, memberi jalan untuk tuan muda.
"Makasih bi Jum". Ucap Zaedan sambil berlalu diikuti oleh Roby.
Rumah keluarga Akbara memiliki 2 lantai dengan luas rumah 225 meter persegi. Lantai dasar terdapat pantry, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, kamar nyonya Melinda, kamar Tuan besar, 2 kamar tamu, dan ruang kerja kakek. Sedangkan di lantai atas terdapat 1 kamar Fadhil Zaedan Akbara, ruang kerja, ruang fitness, perpustakaan mini, 2 kamar tamu, dan 1 kamar Rio Zaedan Akbara, anak angkat keluarga Akbara.
Di rumah ini terdapat 2 asisten yang bertugas untuk menghidangkan makanan yaitu bi Jumi, janda 2 anak dan bi Aini. Terdapat 2 orang tukang bersih-bersih, bu Cici dan bu Tatik. Seorang tukang kebun bernama pak mat, suami bu Cici. Ada juga seorang satpam muda bernama bang Juna, bujangan berusia 25 tahun. Satu orang kepala ART yang bernama pak Madi, suami bi Aini.
Rumah ini dilengkapi dengan kolam renang seluas 84 meter persegi yang berada di samping kanan. Lapangan olahraga serbaguna di sebelah kiri. Belakang rumah terdapat rumah lain yang isinya kamar-kamar tempat beristirahat semua pekerja yang bekerja di rumah utama berserta anak-anak mereka. Di antara rumah utama dan rumah pekerja, terdapat sebuah taman belakang. Sedangkan halaman depan dihiasi dengan taman yang indah.
Semua pekerja diperlukan secara baik di rumah utama, mereka bahkan sudah dianggap seperti keluarga meskipun tentunya terdapat adab-adab dalam bertingkah laku di depan majikan mereka.
"Selamat sore kakek". Zaedan terkesan santai, padahal pria tua di depan seperti sudah siap bergulat dengan nya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wb". Wajah yang memerah tak luntur di kulit keriput milik kakek.
"Hehehehe, maaf kek. Assalamualaikum wr wb". Dan Zaedan masih saja santai, bahkan tertawa ringan.
"Assalamualaikum wr wb kek. Apa kabar?". Roby maju selangkah, meraih tangan tua dengan tonjolan urat di mana-mana.
"Waalaikum salam wr wb. Baik Rob, kamu sendiri gimana?". Ucap kakek yang telah berganti ekspresi wajah menjadi senyum manis.
"Haist... Kakek ini, sama Roby digubris, sapaan aku tidak". Zaedan cemberut, mirip anak kecil sedang merajuk.
"Hahh.., kau ini seperti anak kecil saja. Kakek lupa". Nada bicara Tuan Yudistira kembali ketus. Ia memang sengaja mengabaikan cucu nya itu.
"Hahahaha, ada yang cemburu kek". Roby menggoda Zaedan. Ia memang teramat berani jika ada Tuan besar di sampingnya. Terlebih Zaedan tidak dapat berkutik untuk memarahinya jika sang kakek ada di antara mereka.
"Haist.., tidak pantas dia itu cemburu Rob. Sudah om-om juga, kalo dikasih istri udah 10 ANAKNYA". Yudistira semaki menjadi-jadi mempermalukan si cucu di hadapan asisten nya.
"Hahahaha, bener banget kek". Gelak tawa Roby pecah, semakin lupa diri. Lupa akan siapa yang ia tertawakan.
"HEI BERANI KAU MENERTAWAKAN KU!!". Bentak Zaedan, ia sudah tak tahan. Jengkel dengan orang-orang di depannya.
"HEI..! JANGAN BERTERIAK DI DALAM RUMAH. KAU KIRA INI HUTAN, KAU MAU MEMBUAT KUPING KU BERMASALAH DENGAN SUARA MU ITU". Sang kakek tidak mau kalah. Bahkan bentakkan-nya jauh lebih keras.
"Lagi pun yang mempekerjakan dia adalah aku dan ini bukan di kantor, ini di rumah jadi kakek lah bos sebenarnya". Kalimat Tuan besar sangat jelas terdengar angkuh bagi siapapun yang mendengar.
"Huhf.., terserah kakek la". Zaedan mulai lelah dan duduk di sofa yang diikuti oleh Roby. "Ada apa kakek menyuruh ku pulang". Tanpa basa basi, Zaedan bertanya maksud di balik perintah kakek.
Ting tong.
"Assalamualaikum wr wb, selamat sore bi Ai". Suara wanita yang tak asing lagi bagi tiga pria yang duduk di sofa ruang keluarga terdengar jelas.
"Waalaikum salam wr wb Nyonya, silahkan masuk. Barusan tuan muda dan asisten Roby juga pulang". Bi Aini yang kali ini membuka pintu.
"Hahh, Zaedan udah pulang. Tumben.". Melinda heran, kenapa putranya pulang secepat ini. Apalagi pulang ke rumah, biasanya dia akan pulang ke apartemen.
"Assalamualaikum wr wb". Melinda segera melangkah ke arah ruang keluarga.
"Waalaikum salam wr wb". Ucap tiga pria serempak. Tatkala melihat siapa yang datang.
"Tumben pulang cepat nak?, emang sudah tidak ada pekerjaan lagi hari ini Rob?. Tanya Melinda kepada putranya dan Roby.
"Iya ma, sebenarnya sudah dari jam 11 tadi free. Cuma Zaedan nge gym dulu di kantor". Zaedan menatap ibunya, senyum manis tak lupa ia berikan kepada wanita berkepala lima itu.
"Iya bu, hari ini pertemuan dengan klien nggak banyak. Cuma 2 aja jadinya sebelum makan siang udah selesai, cuma kakek menyuruh pak Zaedan pulang ke rumah". Roby menambah penjelasan terkait mengapa mereka pulang secepat ini kepada Melinda.
"Oh, begitu rupanya". Melinda hanya mengangguk.
"Ya udah, mama mau ke kamar dulu mau mandi, nanti mama ke sini lagi". Melinda bergegas pergi, meninggal semua orang di sana.
Tiga pria tersebut hanya membalas dengan anggukan.
"Permisi Tuan besar, tuan muda dan asisten Roby". Ucap bi Jum sambil membawa minuman.
"Terimakasih Bi". Ucap Zaedan dan Roby serempak, sedangkan kakek hanya menganggukkan kepala.
"Ada apa kek?, kenapa menyuruh Zaedan pulang secepat ini?". Zaedan masih kesal dengan kakek karena menggangu acara fitness nya.
"Kenapa kau tidak sopan dengan Tasya?". Kalimat ini berhasil membuat Zaedan memutar bola mata.
'Huhf.., aku sudah menduga pasti ini penyebabnya'. Batin Zaedan.
"Kenapa diam?". Suara kaku dan ketus masih konsisten diperdengarkan oleh Yudistira.
"Tidak, dia bilang dia datang karena kakek menyuruhnya untuk bertemu dengan ku. Dia sudah bertemu dengan ku, jadi ku suruh saja dia pulang. Lagipun dia kan seorang desainer dan pemilik butik, pasti dia sangat sibuk jadi aku tidak mau mengganggu waktunya". Zaedan memberikan jawaban terbaik versi nya.
"Halah.., jangan beralasan dan jangan berbohong. Kau kira kakek tidak tau kau memperlakukannya kurang sopan, bahkan kau berbicara sambil berdiri. Masalah waktu dia sudah berkata kepada ku jika dia sedang tidak sibuk". Ucap kakek sambil menatap Zaedan tajam.
"Dari mana kakek tau semuanya?". Zaedan terkesiap, heran dengan apa yang ia dengar dari mulut Tuan besar.
"Kau sudah mengakui bagaimana perangai mu terhadapnya?". Sindir kakek sambil memicingkan mata.
"Zaedan bertanya kenapa kakek bisa mengetahuinya?". Zaedan mengabaikan pertanyaan kakek barusan.
"Kau lupa kalo di ruang Presedir terdapat cctv?". Kali ini Yudistira menyeringai.
"Kenapa aku baru tahu?". Berbeda dengan si kakek, Zaedan tampak terkejut.
"Karena kau belum lama di ruangan tersebut". Kalimat ini berhasil membuat pria bermata hazel terdiam.
Zaedan memang baru beberapa bulan mengurusi perusahaan keluarga, sebelumnya dia mengurusi bisnis travelnya setelah pulang dari Inggris.
"Sudah, jangan berkilah lagi. Kakek tanya kenapa kau bersikap seperti itu kepada Tasya?". Kali ini Yudistira tidak mau kehilangan kesempatan untuk introgasi cucu nya itu.
"Kenapa pa?". Melinda hadir kembali, dengan wajah segar dan bau harum di tubuhnya.
"Anak nakal satu ini, dia bersikap tidak sopan dengan Tasya". Yudistira menunjuk ke arah Zaedan, hal yang paling jarang ia lakukan adalah kepada siapapun. Menunjuk lurus, apalagi menggunakan jari telunjuk. Tetapi kali ini pengecualian, terlampau kesal dan marah.
"Tasya?, maksudnya Tasya designer itu pa?". Melinda masih belum paham siapa yang dibicarakan.
"Iya, gadis baik seperti itu diperlakukan tidak sopan oleh bocah gendeng ini". Sinis sang kakek, nafasnya naik turun. Seperti sedang menahan amarah.
"Bener itu Zaedan?". Kali ini Zaedan mendapatkan tatapan serius dari sang ibu.
"Hmm.., Zaedan kurang suka aja ma diganggu kalo lagi beraktivitas. Mama sama kakek kan tau sendiri, tadi Zaedan tengah asyik-asyiknya nge gym". Mendapat tatapan seperti itu dari ibunya, terlebih kakek yang seperti orang kerasukan. Zaedan berusaha mengeluarkan kalimat sebaik mungkin.
"Tapi itu bukan alasan untuk mu bersikap seperti itu". Namun Yudistira tak peduli, baginya Zaedan bersalah dan sudah mempermalukan keluarga mereka.
***
Author butuh support ini, caranya gampang
1. Jangan Lupa sedekah batu kuasa nya setiap hari
2. Kasih author gift
3. Komentar positif dan membangun
Cerita ini tidak akan berkembang tanpa dukungan kalian semua....