Sudah satu minggu semenjak terakhir kali Rania bertemu dengan Reno malam itu, dan sampai sekarang Rania sudah tidak pernah melihat Reno lagi disekolah.
Bohong kalau Rania tidak mencemaskan Reno.
Bohong kalau Rania tidak merasa kehilangan saat Reno meninggalkannya seperti ini.
Bohong kalau Rania sama sekali tidak memikirkan Reno.
Bohong kalau Rania tidak berusaha mencari keberadaan Reno.
Bohong kalau.. Kalau Rania tidak merindukan Reno.
Ya! Dia memang merindukan Reno.
Rania mencoba menghubungi Reno, menelfon, mengsms, line, bbm, whatsapp, message di path, snapchat, direct message di instagram dan twitter dan bahkan ia sudah Face Time Reno berkali-kali namun hasilnya nihil. Tak ada satu pun jawaban yang diberikan oleh Reno.
Bahkan Rania juga sudah mengunjungi rumah Reno, namun hasilnya juga sama. Rumahnya sepi. Tak ada orang kecuali pembantu rumah tangga yang bekerja dirumah Reno.
Rania memandangi ponselnya gusar. Ia sudah tidak tahu lagi harus mencari Reno kemana lagi.
Segala cara sudah dilakukannya.
Ia menyesal.
Ia menyesal karena sudah mengucapkan kata-kata itu malam itu. Kata-kata yang tak seharusnya terucap dari bibir mungil milik Rania.
Jadi gini Ren cara lo menjauhi gue? batinnya. Gue gak pernah nyangka, lo bakal ngeiyain perkataan gue malam itu.
Mana janji lo yang bakal selalu ada buat gue?
Mana janji lo yang selalu bakal buat gue tersenyum?
Mana usaha-usaha yang selama ini lo lakuin buat ngeluluhin hati gue?
Jadi, segini doang Ren? Segini doang usaha lo? Lo gamau coba lagi? Lo gak pernah mah memperbaiki semuanya? Lo gak mau sama-sama sama gue buat ngejalanin hubungan yang selama ini kita harapin?
Kenapa lo musti kayak gini sih Ren?
Lo kemana?
Lo kemana satu minggu ini?
Lo gak sadar apa gue disini nyariin lo. Gue khawatir sama lo.
Udah seminggu Ren
Lo kemana?
Lo... lo gak kangen sama gue?
Lo.. Lo beneran gamau ngeliat gue lagi?
Lo beneran mau ngejauhin gue?
Atau jangan-jangan lo sekarang lagi happy-happy sama Selena?
Kalau aja waktu bisa diputer Ren, gue nyesel udah ngomong kayak gitu sama lo. Suer, gue nyesel ngomong kayak gitu kalo lo jadi kayak gini...
"Dooooooor!" kata Letta mengagetkan Rania.
"Tai kuda gue kaget Let!" kata Rania memegangi dadanya. "Kalo gue jantungan terus gue mati gimana?" omel Rania.
Letta mengerucutkan bibirnya, "Ya maaf. Abis lo mantengin hape lo mulu. Ada apaan sih di hp lo?" tanyanya.
"Reno?" tanya Letta lagi.
Rania menganggukan kepalanya, "Lo tau gak dia dimana? Gue... eum--gue udah nyari dia tapi dia gaada."
"Gue mana tau Ran. Dia balik ke Amerika gak?" tanya Letta.
Ohiya Amerika! Hampir saja dia lupa. Tapi... mana mungkin Reno kembali ke amerika? Tapi, kalau dipikir-pikir Selena kan juga gak ada, apa mungkin mereka kembali ke Amerika bersama-sama?
Hatinya kelu saat harus mengingat disaat betapa dekatnya Selena dengan Reno.
"Gak mungkin!"
"Apanya yang gak mungkin?" Letta menyerngitkan dahinya.
"Ya.. Ya gak mungkin aja Reno balik kesana," Kata Rania.
Letta menghela nafasnya pelan, "Kalo lo mau tau pastinya sih lo musti tanya Selena. Secara dia kan satu sekolah sama Reno pas dia di Amerika," usulnya.
"Bener. Gue harus cari tau dari Selena."
〰〰〰
Sepulang sekolah Rania langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah Selena. Setelah tadi ia menanyakan ke kantor tata usaha disekolahnya, akhirnya ia menemukan alamat Selena.
Benar. Salah satunya untuk mengetahui keberadaan Reno adalah menanyakan kepada Selena.
"Bener nih alamatnya. Apa ini rumahnya ya Let?" tanya Rania pada Letta.
"Kalo sama alamat yang tadi di kasih sama Pak Tito sih bener ini rumahnya. Yaudah yuk coba aja kita masuk ke dalem, siapa tau emang bener ini rumahnya Selena," ajak Letta.
Rania menganggukan kepalanya, "Oke yuk."
Rania dan Letta pun akhirnya turun dari dalam mobil. Sekali lagi Rania menghela nafasnya.
Semoga aja Selena tau Reno ada dimana
Tenong!
Suara bel sudah mulai dibunyikan oleh Rania. Tak lama kemudian ada dua orang yang bisa ditebak dari cara berpakaiannya adalah pelayan dirumahnya.
"Maaf Bik, apa ini rumahnya Selena?" tanya Rania.
Salah satu pembantu Selena menganggukan kepalanya, "Benar Non. Ada apa ya?"
"Bisa ketemu sama Selenanya gak Bik? Kami temannya Selena," kata Rania lagi.
"Anu non.. Tapi Non Selenanya lagi gak ada dirumah. Non Selena lagi dirumah sakit." jawab Pelayan itu.
"Maaf Bik kalau boleh tau, Selena sakit?" tanya Letta.
Pelayan itu menggelengkan kepalanya, "Bukan non. Non Selena mah sehat-sehat aja, cuma sudah satu minggu ini Non Selena menemani temannya yang lagi dirawat dirumah sakit."
"Temennya Bik? Bibik tau gak siapa temennya Selena itu? Dan dirawat dirumah sakit mana ya?" tanya Rania.
"Rumah sakit apa ya namanya.. Rumah sakit Medical ya kalau gak salah. Kalau sedenger Bibik sih yang sakit siapa ya namanya Re.. Reno." kata pelayan itu. "Iya Den Reno yang sakit!" katanya.
Deg!
Mata Rania membulat seketika, "Re-reno ma-masuk rumah sa-sakit?"
Tin tin!
Sebuah mobil memasuki perkarangan rumah Selena, seorang gadis pun turun dari mobil tersebut.
"Non lebih baik tanya langsung sama non Selena ya, tuh non Selenanya sudah pulang," kata pelayan itu.
Rania pun langsung menghampiri Selena, "Sel.. Sel jawab gue Sel. Reno di-dimana?" tanyanya.
"Masuk yuk Ran. Kita ngobrolnya didalem aja," kata Selena mengajaknya masuk kedalam rumahnya.
Letta dan Rania pun mengikuti Selena dari belakang dan masuk kedalam rumah Selena.
"Sel please jawab pertanyaan gue, Reno dimana?" tanya Rania lagi saat mereka sudah duduk disofa.
Selena menghela nafas berat, wajahnya terlihat berantakan tidak seperti biasanya. Selena menatap Rania dengan rasa bersalah, "Ran sebelumnya.. Gue mau minta maaf sama lo."
Rania mendengarkan perkataan Selena.
"Maaf banget dengan kehadiran gue disini malah buat hubungan lo sama Reno jadi begini dan buat Reno... Reno jadi harus dirawat dirumah sakit." kata Selena.
Ia meneguk salivanya, "Iya gue jujur gue emang suka sama Reno. Gue cinta sama dia itu semua karena dia bisa buat gue yang tadinya menutup diri gue buat orang-orang, jadi membuka diri gue. Dia yang ngubah semua itu. Tapi... tapi disaat gue mulai bilang kalo gue cinta sama dia, dia... dia nolak gue dengan alasan kalo dia sayang sama cewek dari masa kecilnya. Dan itu elo Ran. Cewek itu Elo.
Deg
"Gue bertanya-tanya. Siapa sih gadis itu. Gadis yang bisa buat hati seorang Reno gak pernah berpaling selama ini. Dan ternyata gue nemuin jawabannya. Lo beruntung Ran, sumpah lo beruntung banget. Gue udah berusaha dengan berbagai cara biar gue bisa dapetin Reno. Sampe-sampe gue rela terbang dari New York ke Jakarta buat Reno. Cuma demi Reno Ran. Tapi reaksi Reno sama aja. Bahkan kelihatannya dia tidak menginginkan kehadiran gue." Kata Selena.
"Kejadian malam itu... Semua yang lo liat emang salah Ran. Gue... sama Reno emang gak ada apa-apa dan mungkin gak akan pernah jadi apa-apa," Selena tersenyum miris. "Jujur gue pengen jadi lo. Gue pengen dapetin cintanya Reno, tapi gue gak bisa. Karna hatinya terlanjur udah buat lo."
"Lo... beruntung. Gue minta maaf seharusnya kalian gak kayak gini. Sekarang lo udah tau semuanya Ran, lo jangan jauhin Reno lagi. Lo jangan sia-siain orang baik yang dateng ke kehidupan lo. Reno gak salah. Dia sayang banget sama lo lebih dari yang lo tau. Kenapa gue bisa ngomong kayak gini? Bahkan disaat dia gak sadar juga cuman lo yang ada dipikirannya."
Tes
Perlahan air mata Rania mulai tumpah membasahi pipinya. Ia telah salah menilai Reno. Ia telah salah paham. Dan ia sangat menyesal karena sudah mengucapkan kata-kata itu malam itu.
Selena memegang tangan Rania, "Reno sekarang dirawat dirumah sakit Medical Ran. Dia kecelakaan. Dia koma sejak satu minggu yang lalu Ran. Emang kondisinya sedang gak sadar, tapi setiap saat dia selalu mengigau dan nyebut-nyebut nama lo." katanya. "Lebih baik lo sekarang kesana. Siapa tau dengan lo kesana, dia denger suara lo, dia jadi bisa sadar dari komanya." katanya.
Tbc