Badan Rania serasa remuk sesaat setelah ia bangun tidur hari ini. Mungkin ini karena efek kecapean karena kemarin habis main sepuasnya di dufan bareng Reno.
Untungnya hari ini adalah hari minggu, jadi ia tidak harus bangun pagi untuk berangkat ke sekolah.
Tring tring tring...
Suara ponsel milik Rania berbunyi. Rania menghela nafas panjang, "Aduh siapa sih yang nelfon pagi pagi buta begini?" tanyanya. (padahal sekarang udah jam 10 pagi)
Dengan malas, Rania pun mengambil ponselnya yang ia letakkan di nakas dekat kasurnya. Ia melihat Caller ID yang tertera di layar ponselnya, Reno Kutukupret is Calling...
Sebuah senyum tercetak dibibirnya, ia pun segera mengangkat telfonnya, "Halo Ren.." ucap Rania.
"Good morning, baby girl. Pasti lo baru bangun deh ya," kata Reno diseberang sana.
"Hmm-mm. Kok lo tau...?" tanya Rania.
Reno terkekeh pelan, "Ya iyalah, kan gue pasang cctv dikamar lo, biar gue bisa liat lo kapan pun gue mau." kata Reno.
Mata Rania membulat seketika, kalau memang benar Reno memasang CCTV dikamarnya, berarti selama ini...
"HAH?!" Rania terpekik.
Reno tertawa semakin keras, "Becanda kali Rayang. Gue cuma becanda," katanya.
"Kirain beneran.." Kata Rania.
"Emangnya mau kalo emang beneran?" goda Reno.
"Ih enggak! Awas aja sampe beneran, gue bogem lo." kata Rania.
Reno terkekeh pelan, "Gak apa-apa deh. Asal sama Rara say--"
"Ngomong sekali lagi gue bogem sampe ke jupiter, mau?" ancam Rania.
Reno menghela nafasnya, "Iya iya deh..." katanya. "Ra, tebak gue ada dimana?" tanya Reno.
Rania menggeleng, "Gak tau, emang lagi dimana?"
"Coba lo buka pintu kamar lo," suruh Reno.
Rania pun segera mengikuti perintah Reno untuk membuka pintu kamarnya. Matanya terbelalak seketika saat ia melihat bahwa Reno sudah berada didepan kamarnya, lengkap dengan dua kantung belanjaan ditangannya.
"RENO?! Kok bisa disini...?" kata Rania tak percaya.
Reno tersenyum kearahnya, "Bisa dong. Masak yuk, lo belom makan kan? Gue yang masakin," katanya.
"Mau masak apa?"
"Tadi gue udah ke supermarket, kita masak Penne Aglio Olio yuk." ajak Reno.
Rania menyerngitkan dahinya, "Emang bisa?" tanyanya.
"Oh jadi ngeremehin?"
"Bukan gitu, maksudnya orang kayak lo gini bisa masuk dapur?" tanya Rania.
"Kita liat aja nanti," kata Reno. "Waktu itukan gue pernah buatin sup ayam buat lo, enak kan rasanya?"
"Hmmmmm... Enak sih." kata Rania. "Tapikan itu sup ayam."
Reno menoyor, "Tetep aja intinya makanan yang gue buat enak. Yaudah yuk ke dapur sekarang," katanya.
Reno dan Rania pun masuk ke dalam dapur dirumah Rania.
(p.s ini dapur dirumah Rania. Keren kan? Siapa yang gak betah lama-lama di dapur kalo dapurnya kayak gini? Hihi)
Reno pun mulai mengeluarkan belanjaan-belanjaannya dan mulai memasak bersama dengan Rania didapur.
"So, first, what we gonna do?" tanya Rania. "Gue harus bantu lo apa? Lo tau kan kalo gue gak bisa masak?"
"Kalo nanti jadi istri gue, harus bisa masak. Masa suami yang masakin istri?" Tanya Reno.
Rania menejulurkan lidahnya ke arah Reno, "Biarin aja!"
"Iya iya ampun galak banget sih. Nanti jadi istri gue gaboleh galak-galak," kata Reno.
"Reno nyebelin ih!" kata Rania mengerucutkan bibirnya.
"Ih jelek banget bibirnya kayak bebek," kata Reno. "Tapi lo tetep cantik," katanya.
blush!
Pipi Rania kembali merona merah saat Reno memuji dirinya seperti itu. Entah kenapa rasanya seperti ada kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya.
"Gombal!" kata Rania. "Jadi gue harus bantu apa?"
"Udah lo duduk aja dikursi sana liatin gue baik-baik. Tapi inget jangan kelamaan ngeliatinnya, nanti demen," goda Reno lagi.
Rania menoyor kepala Reno, "Jadi calon suami gue, gak boleh kegeeran atau kepedean." katanya.
"Ampun tuan putri," kata Reno. "Yaudah sekarang, mending lo duduk manis, jangan kemana-mana ya. Gue yang bakal masakin lo," katanya.
"Seriously?"
"Of course, baby girl." Reno mengedipkan sebelah matanya.
Lagi-lagi debaran itu muncul kalo Reno lagi ngelakuin hal-hal yang diluar dugaan... Batin Rania.
*
Sudah lumayan lama Reno berkutik dengan alat-alat dapur yang ada dirumah Rania, dan akhirnya Penne Aglio Olio rumahan yang dibuat oleh Reno pun jadi.
Wanginya pun sudah tercium oleh Rania membuatnya semakin tidak sabar untuk mencicipi masakan Reno itu.
"Tadaaaaaa! Penne Aglio Olio ala Chef Reno," kata Reno. "Monggo dicicipi, tuan putri."
"Kalo dari wangi 8/10 ya," kata Rania. "Penampilannya yaaa... 6,5/10 gak bagus sih." katanya. "Coba kalo dari rasa," Rania pun mulai mencicipi masakan Reno itu.
Sebuah senyum mengembang saat satu suapan sudah memasuki mulutnya, "SUMPAH INI ENAK BANGET REEEEENN!" Pekik Rania. "Rasa 10/10! Fix banget!" katanya.
"Suka?"
Rania menganggukan kepalanya. "Banget. Gue abisin ya," kata Rania.
Reno tersenyum kemudian mengangguk, "Syukur deh kalo lo suka," katanya.
"Nih aaaaa," Rania menyuapi penne-nya ke Reno juga. "Ayo aaaaa, lo harus cicipin masakan lo juga."
Reno pun menyetujui perkataan Rania dan memakan Penne buatannya dengan disuapi oleh Rania.
"Gimana? Enakan?"
"Enak lah, kan gue yang buat masa bilangnya gak enak?" tanya Reno.
Rania terkekeh pelan.
"Dasar kutukupret!" Kata Rania kemudian melanjutkan makannya lagi.
〰〰〰
Saat ini mereka berdua sedang nonton film bersama dirumah Rania. Sebenarnya Reno sama sekali tidak memperhatikan filmnya dan hanya memandang Rania yang duduk disebelahnya.
"Ra..."
"Hm?" Rania menoleh kearahnya.
"Lusa gue ada tanding basket, lo nonton ya." kata Reno.
"Serius?! Kok gue gak pernah liat lo latihan," tanya Rania. "Nggak usah deh Ren, kesehatan lo kan masih belom sehat banget." katanya.
Reno menghela nafasnya, "Gue udah nggak apa-apa Ra. Lo nonton ya, semangatin biar sekolah kita menang." katanya.
Rania tersenyum, "Oke." katanya. "Kan gue cheerleaders, pastilah gue semangatin lo eum--maksudnya kalian."
"Lo atau kalian?" Goda Reno.
"Lo. Eh, bukan tapi kalian." kata Rania salah tingkah. Pipinya pun kembali memerah saat Reno menggoda dirinya seperti itu.
Reno tersenyum kecil, "Hmm bilang aja mau semangatinnya gue doang. Ya gak?"
"Ih Reno mah nyebelin!" Rania pun ngambek lagi pada Reno. "Inget yang tadi? Tunangan gue gak boleh kepedean," katanya.
"Ooohhh... Jadi sekarang udah ngakuin tunangannya nih?" Goda Reno lagi.
Pipi Rania kembali memerah.
"A-ah, bu-bukan gitu. Ah tau ah!" kata Rania salah tingkah.
Reno terkekeh pelan, "Lo lucu kalo lo lagi salah tingkah kayak gini. Pipi lo rasanya pengen gue cubit. Emesh." katanya. "Gue sayang sama lo Ra..." tambahnya sambil menatap Rania.
"Jangan tatap gue kayak gitu Ren, gue kan shy shy cat," kata Rania.
"Gak tau kenapa, gue selalu suka natap lo kayak gini dan gue gak pernah bosen buat selalu ngeliatin lo," kata Reno.
Rania tersenyum, "Mau gombal?"
"Enggak, ini bukan gombal, ini beneran..." kata Reno. Perlahan-lahan, Reno pun mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Rania. Semakin lama, jarak itu semakin dekat.
Dan...
"Dasar Reno!" Rania menjulurkan lidahnya kemudian ia segera pergi dari hadapan Reno.
Tbc
***