Malam ini, semua anak baik dari tim cheerleaders maupun dari tim basket putra SMA Anjaya berkumpul semua dirumah Reno.
Mungkin pepatah yang mengatakan bahwa kemana-mana anak basket, pasti ada anak cheers dan begitu juga sebaliknya itu benar.
Pasalnya, yang datang ke acara party dirumah Reno tidak ada yang bukan anak cheers atau anak basket.
Mereka selayaknya keluarga sendiri. Berbaur, bercanda, dan tertawa bersama. Ada yang menyanyi walaupun suaranya ew sangat tidak bagus didengar, ada yang hanya duduk-duduk sambil mengobrol bersama teman mereka dan menikmati party ini dan juga ada yang membantu untuk memanggang daging-daging sapi, sosis dan juga jagung bakar.
Semua yang ada disana bahagia.
Saat ini, Rania dan Reno sedang bersama-sama menyiapkan hidang santap malam ditaman belakang rumahnya. Rania mengiris dagingnya dan Reno yang memanggangkan daging, sosis dan juga jagungnya.
Aroma wangi karena saus barbeque menusuk masuk ke hidung Rania. Ia menghirup bau itu kemudian tersenyum, "Wangi banget Ren!" katanya.
Reno pun menoleh kearah Rania, "Iyalah siapa dulu yang masak?" katanya dengan bangganya, membuat Rania berdecih kecil, "Najong! Membanggakan diri sendiri itu gak baik Ren," katanya.
Reno terkekeh, "Gak suka aja sih.."
"Jangan ngeliatin mulu nanti gosong dagingnya sayang," kata Rania.
"Hah? Sayang?" tanya Reno.
Rania menghela nafasnya pelan, "Please Ren siapa yang manggil sayang sih? Tadi tuh gue bilang jangan ngeliatin mulu nanti gosong dagingnya sayang. Dagingnya yang sayang bukan gue manggil lo sayang," katanya.
"Yah... Kirain lo manggil gue sayang. Padahal gue udah ngarep tadi," Reno mengubah raut wajahnya menjadi sedih.
"Ck Ren kayak anak kecil aja deh. Sampe mutung dagingnya, awas aja." Ancam Rania.
"Iya ampun ndoro," kata Reno. Kemudian ia melanjutkan aktivitasnya memanggang makanan tersebut.
〰〰〰
Setelah acara party selesai dan semua anak sudah pulang, kecuali Rania. Reno mempersiapkan segala sesuatunya sendiri.
Semoga ini berhasil! Semoga ini berhasil! kata Reno dalam hatinya.
Delapan balon berbentuk hati sudah digantungnya di taman belakang dengan menggunakan tali. Ia juga sudah mempersiapkan meja untuk mereka berdua dinner didekat kolam renang dirumah Reno.
Reno menutup mata Rania dan membawanya ke taman belakang itu.
"Ada apaan sih Ren?" Tanya Rania. "Mau ngerjain lagi nih?"
"Udah liat aja nanti," kata Reno.
*
Rania membuka matanya saat setelah Reno memperbolehkan dirinya untuk membuka matanya.
"Buka sekarang Ra," kata Reno sambil
tersenyum.
Perlahan Rania membuka matanya. Ia melihat sekelilingnya, banyak balon hati yang digantung. Sangat indah. Disana juga ada sebuah meja, lengkap dengan makanan dan lilin yang menyala.
"Candle light dinner?" tanya Rania menaikkan sebelah alisnya.
"Yap, baby girl. Yuk duduk," Reno mempersilakan Rania duduk.
Disana sudah terhidang makanan favorit Rania. Semua yang terhidang rata-rata memiliki cita rasa yang manis.
Rania menoleh kearah Reno, "Ini lo yang masak semuanya?" tanyanya.
"Iya, gak enak ya?" tanya Reno.
"Kebiasaan deh negatif thinking. Masakan lo itu enak, jadi jangan kayak gitu. Gue suka," kata Rania sambil tersenyum.
Reno tersenyum kearah Rania. Ia mengusap pipi Rania dengan menggunakan tangan kanannya, "Entah kenapa hati gue selalu seneng ngeliat kamu senyum kayak gini," katanya. "Apalagi kalo lo senyum karena gue." tambahnya.
Deg
Debaran jantung Rania jadi tak karuan lagi.
"Ra ada yang mau gue omongin sama lo," kata Reno menatap lurus kearah manik matanya.
"Ada apa?"
Reno mengajak Rania untuk berdiri dan mendekati balon-balon yang telah digantung secara berbaris itu. Kemudian Reno memberikan sebuah jarum kepada Rania.
Dahi Rania menyerngit bingung, "Buat apaan jarum Ren?"
"Ada yang mau gue omongin, tapi gue gabisa ucapin secara langsung." Reno menunjuk balon-balon yang menggantung itu dengan telunjuknya, "Tuh, ada disana. Lo pecahin balon-balon ini, nanti pasti lo tau apa yang bakal gue omongin ke lo," katanya.
Rania semakin penasaran. Ia pun menganggukan kepalanya kemudian ia mulai memecahkan balon pertama.
Duar!
Rania mengambil kertas pertamanya.
Hai Ra..
Duar!
Makasih udah hadir dan jadi malaikat tanpa sayap dihidup gue.
Duar!
Makasih atas segala yang lo lakuin ke gue.
Duar!
Makasih karna lo selalu ada buat gue
Sebuah senyum perlahan tercetak dibibir Rania.
Duar!
Rania memecahkan balon berikutnya.
Maaf karna kehadiran gue, mungkin buat hidup lo jadi gak tenang...
Duar!
Maaf karna gue annoying, kekanakan...
Duar!
Maaf karna gue udah sering buat lo kesel, bahkan buat lo nangis
Duar!
Jujur, gue gak sengaja ngelakuin itu. Gue gak ada niat sama sekali buat bikin air mata lo jatoh, buat lo sedih, sama sekali gak ada pikiran itu diotak gue.
Duar!
Gue cuman pengen liat lo senyum. Gue cuman pengen Rara kecil gue bahagia, itu doang..
Jantung Rania serasa berhenti berdetak saat ia membaca itu.
Satu bulir cairan bening berhasil keluar dan membasahi pipi Rania.
Duar!
Iya, gue tau kadang-kadang lo keganggu kan sama gue, tapi satu hal yang harus lo tau Ra...
Duar!
Gue lakuin itu cuman buat lo Ra
Duar!
Kenapa?
Duar!
Karena gue sayang elo. Gue jatuh cinta sama lo bahkan disaat gue belom bisa baca dengan bener waktu kecil dulu.
Duar!
14 Tahun itu bukan waktu yang singkat Ra, dan gue disini, tetep disini memperjuangkan hati gue buat lo
Duar!
Karna gue pengen bahagia... Sama lo Ra..
Duar!
Lo tau ngga Ra?
Duar!
Pas gue tau kalo lo udah punya pacar waktu itu gimana hancurnya perasaan gue?
Duar!
Gimana sakitnya waktu lo gak percaya sama gue?
Duar!
Tapi akhirnya kebuktikan kalo dia gak baik buat lo..
Rania kembali teringat masa-masa dulu ketika Reno mencoba bilang kepadanya kalau Givran itu tidak baik untuk dirinya, namun Rania tidak mendengarkannya dan justru memarahinya.
Duar!
Ra...
Duar!
Sejauh apapun cinta itu pergi, pasti cinta itu akan kembali. Karena cinta tau kemana ia harus pulang..
Duar!
Dan gue udah tau kemana hati gue pulang..
Duar!
Mungkin gue udah sering bilang ini ke lo, mungkin juga lo udah bosen..
Duar!
Tapi gue ngga akan pernah bosen buat bilang ini sama lo.
Duar!
Balon terakhir berhasil diledakkan.
liat kedepan lo sekarang juga!
Rania pun segera mengangkat kepalanya dan menatap kedepannya saat ini juga.
Disana Reno sudah berdiri dengan sebuket mawar merah ditangannya.
(p.s ini bunga mawar yang dikasih Reno ke Rania)
Dan disekelilingnya terdapat lilin-lilin berbentuk hati yang entah kapan dinyalakan oleh Reno.
Rania refleks menutup mulutnya kedengan kedua tangannya. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Reno akan membuat malam ini jadi seromantis ini. Rania juga tidak menyangka kalau Reno akan melakukan ini untuknya.
Reno tersenyum kearah Rania, "Gue tau, gue gak seromantis cowok di film-film tapi... Would you be mine?" tanya Reno yang berlutut dihadapan Rania. "And my fiancee, and will you be my future wife?"
"Kalo lo terima, lo ambil bunga mawar ini," kata Reno.
Rania menganggukan kepalanya. Ia segera mengambil bunga mawar yang ada ditangan Reno kemudian segera memeluknya.
"I love you Ra," bisik Reno tepat di telinga Rania.
"I love you too, Ren." kata Rania.
Biarlah bulan, bintang dan langit yang menjadi saksi bisu kejadian malam ini. Kejadian dimana akhirnya Reno dan Rania dapat hidup bahagia.
--THE END--