Tubuh Rania menegang seketika saat ia mendengar kalau Reno dirawat dirumah sakit.
Reno kenapa?
Apa yang terjadi?
Dia sakit apa?
Bagaimana keadaannya?
Apa dia baik-baik saja?
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benaknya.
Setelah mendengar bahwa Reno dirawat dirumah sakit Medical, Rania dan Letta pun langsung menuju ke rumah sakit tersebut untuk melihat keadaan Reno.
Ren gue bakal dateng Ren! Tunggu gue Ren!
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai dirumah sakit Medical tempat dimana Reno dirawat.
Degup jantungnya tak karuan. Perasaannya tak tenang. Ia sungguh khawatir dengan kondisi Reno saat ini. Bagaimana ia bisa tidak tahu kondisi Reno yang seperti ini.
Ia pun langsung melangkahkan kakinya ke ruangan dimana Reno dirawat saat ini.
Ia pun sampai dikamar rawat Reno. Perlahan ia memasuki ruang rawat Reno.
Bau khas rumah sakit memasuki penciumannya.
Dilihatnya Reno sedang berbaring lemah dengan masker oksigen menutupi mulutnya. Hatinya serasa berhenti berdetak saat ia melihat Reno saat ini.
Rania duduk disebelah Reno. Ia menggenggam tangan Reno. Air matanya semakin membanjiri pipinya.
"Ren, ini gue Ren." kata Rania.
"Lo kenapa? Kenapa bisa jadi kayak gini? Gue minta maaf sama lo Ren. Sumpah gue minta maaf. Seharusnya... Seharusnya gue dengerin penjelasan lo dulu waktu itu. Kalo aja gue dengerin penjelasan lo, mungkin lo gak akan kayak gini." Kata Rania.
"Ren bangun Ren.. Gue kangen sama lo." kata Rania. "Lo gak kangen sama gue?" tanyanya.
Tak ada jawaban.
Rania tersenyum kearah Reno, "Lo cepet bangun ya Ren. Gue bakal selalu ada disini, disamping lo sampe lo buka mata lo lagi." katanya.
〰〰〰
Semenjak kedatangan Rania ke rumah sakit, seperti magic kondisi Reno menjadi lebih baik. Perlahan Reno pun sudah mulai siuman dari komanya.
Meskipun kondisinya belum sepenuhnya pulih, namun kondisinya lebih baik dari pada sebelumnya.
Setiap hari pun Rania selalu mengunjungi ke rumah sakit. Ia menyuapi Reno, mengingatkannya untuk minum obat atau sekedar mengobrol dengan Reno.
"Gue minta maaf Ren," kata Rania.
Reno menggelengkan kepalanya, "Gak Ra, lo ngapain minta maaf? Lo gak salah apa-apa. Seharusnya gue yang minta maaf sama lo," katanya.
"Mau gimana pun, lo kayak gini itu karena gue. Gue yang salah. Gue minta maaf. Seharusnya gue gak bilang kata-kata itu sama lo Ren. Seharusnya gue dengerin penjelasan lo dulu," Rania menundukan kepalanya.
Reno mengangkat wajah Rania dengan tangannya, "Udah disini kita sama-sama salah. Kita lupain masalah itu. Oke?" katanya. "Gue gamau liat lo sedih. Senyum dong, lo jelek kalo lagi kayak gitu." katanya.
Rania terkekeh pelan, "Nyebelin!" katanya.
"Gue sayang lo Ra." Reno menatap lurus kearah Rania.
Gue juga sayang sama lo Ren.. ucap Rania dalam hatinya.
Rania yang merasa malu karena ditatap seperti itu oleh Reno kemudian memalingkan wajahnya, "Apaan si Ren. Makan dulu yang bener, bilang sayang-sayang segala huh!" katanya.
"Lo makan ya yang banyak, biar cepet keluar dari rumah sakit. Biar lo bisa ajak gue jalan lagi, biar lo bisa beliin coklat buat gue yang banyak, biar kita bisa bareng-bareng terus. Gue.. gue kangen tau sama lo," kata Rania.
"Cie kan cie, udah kangen kangenan sama gue." Reno menggoda Rania hingga membuat pipi Rania merah seperti kepiting rebus.
Rania berdecak sebal, "Ih Reno apaan sih."
"Liat pipinya merah kayak tomat yang baru mateng," kata Reno.
"Ish Reno nyebelin ah! Nih makan sendiri, gue gamau suapin lo lagi." Rania mengerucutkan bibirnya sebal.
Reno terkekeh pelan, "Becanda rayang, jangan ngambek.."
"Rayang rayang gue gak suka dipanggil rayang!" kata Rania.
"Ih padahal rayang tuh artinya bagus banget loh. Rara sa--"
Rania melotot tajam kearah Reno, "Iya iya. Gajadi. Galak amat sih," kata Reno lagi saat ia ditatap seperti itu oleh Rania.
"Bodo!"
Akhirnya. Akhirnya setelah sekian lama, mereka berdua kembali seperti biasa lagi. Entah... Rasanya satu bagian yang tadinya menghilang, kini sudah kembali tumbuh seperti dulu.
Tbc