Hari ini Reno kembali datang ke rumah Rania. Ia bertekad walaupun Rania pulang tengah malam pun Reno akan tetap menunggunya.
Sudah lewat dua jam sejak kedatangan Reno ke rumah Rania, namun sampai batang hidungnya belum juga terlihat.
Sekarang waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan lewat sepuluh menit, tapi Rania belum juga pulang ke rumahnya.
"Ra lo kemana aja sih? Demen banget pulang malem-malem. Kalo lo kenapa-napa gimana? Gue khawatir," ujar Reno.
Suara mobil memasuki perkarangan rumah Rania. "Pasti itu Rania," katanya.
cklek!
Suara pintu terbuka. Kemudian sosok yang Reno tunggu sudah muncul dihadapannya.
"Ra? Lo dari ma--"
"Lo ngapain kesini?" ketus Rania yang tak mau memandang Reno sama sekali.
Reno menghela nafasnya pelan, "Gue kesini mau jelasin semuanya ke lo Ra. Lo salah paham sama apa yang lo liat," katanya.
"Gak ada yang perlu dijelasin ya Ren. Semuanya udah jelas. Gue... gue liat dengan jelas pake mata kepala gue sendiri waktu itu." kata Rania menahan rasa sesak didadanya.
"Semua yang lo liat itu ga bener Ra. Gue sama Selena gak ada hubungan apa-apa," Reno mencoba menjelaskan lagi.
Rania menatap Reno dengan penuh kekecewaan, "Gue udah bilang, gue gamau denger apa-apa lagi Ren. Gue sekarang udah tau kalo semua cowok sama aja!" Rania meneteskan air matanya, "Gue pikir... Gue pikir awalnya lo beda. Lo beda dari cowok-cowok lain yang tukang mainin perasaan cewek. Gue mulai ada rasa sama lo, tapi gue tepis perasaan gue karna gue belom yakin..."
"Tapi disaat gue udah yakin sama perasaan gue ke lo. Disaat gue udah mau jujur tentang semua yang gue rasain, yang ada dihati gue ke lo, ternyata lo buat gue sakit Ren!" Kata Rania. "Gue udah percaya banget sama lo. Tapi apa yang lo lakuin? Lo malah pelukan sama cewek dan itu dirumah lo lagi. Lo pikir gak apa yang gue rasain?"
Rania tersenyum kecut, "Ohiya gue lupa. Kenapa gue musti marah? Sedangkan gue kan bukan siapa-siapa lo, bego gue." katanya. "Iya lo bukan siapa-siapa gue," katanya lagi.
"Maaf Ra... Gue minta maaf," Lirih Reno. "Lo harus dengerin penjelasan gue dulu Ra, please dengerin gue," katanya.
Rania mengangkat tangannya, "Cukup Ren. Gue rasa udah ga ada yang perlu dijelasin disini. Gue gamau ngeliat lo lagi. Gue mau lupain lo. Dan sekarang gue mohon lo pergi dari rumah gue," katanya.
"Ra..."
"GUE BILANG LO PERGI DARI SINI!" Pekik Rania. "Dan gue gamau liat lo lagi. Lo jangan pernah ke rumah gue lagi. Anggep aja kita nggak pernah saling kenal. Anggep kita nggak pernah ada apa-apa. Gue sama lo gak akan pernah bisa jadi kita Ren," katanya lagi.
"Tapi Ra..."
"Please.. Gue mohon ja-jauhin gue Ren." Rania menundukan wajahnya. Tak mampu menahan air mata yang sedari tadi ditampungnya.
Reno menghela nafasnya, "Oke. Oke kalo itu yang lo mau. Oke kalo itu yang lo minta. Gue bakal turutin semuanya. Gue bakal jauhin lo, gue gak bakal dateng lagi kesini, gue bakal anggep kita... kita gak pernah saling kenal." katanya menahan rasa sakit didadanya. "Tapi satu hal yang harus lo tau Ra. Sampai kapan pun perasaan gue gak akan pernah berubah sama lo. Sebenci-bencinya lo sama gue, semarahnya lo sama gue, perasan gue gak akan berubah buat lo. Gue bakal terus sayang dan jatuh cinta sama lo gak cuman buat kemaren, saat ini atau besok. Gue sayang dan jatuh cinta sama lo, sampe selamanya." katanya.
Tess...
Air mata mengalir deras dari manik mata Rania. Kenapa ia harus merasakan sakit yang seperti ini saat Reno mengucapkan kata-kata itu. Ia cinta, namun ia kecewa.
"Gue pergi Ra. Gue sayang sama lo Ra," kata Reno lagi kemudian segera berlalu dari hadapan Rania yang masih berdiri mematung diruang tamu itu.
Rania segera berlari menuju kamarnya. Ia mengunci pintu kamarnya. Ia terduduk disamping kasurnya.
Perkataan Reno kembali terngiang dalam telinganya.
"Gue benci lo Ren! Gue benci lo!" kata Rania.
"Lo jahat... Lo jahat sama gue Ren," lirih Rania. "Lo bilang lo sayang sama gue, lo bilang lo cinta sama gue. Lo bilang kalo lo bakal terus ada buat gue. Lo juga bilang kalo lo gak akan biarin gue sedih, tapi nyatanya apa? Itu semua omong kosong Ren!"
"Kenapa lo harus buat gue jatuh kalo ternyata hati lo gak akan buat gue.. Tapi buat Selena?" tanyanya.
〰〰〰
Reno mengendarai mobilnya menjauhi rumah Rania. Tak seperti biasanya yang selalu tenang, saat ini pikiran dan hatinya sedang kacau. Benar-benar sangat kacau.
Saat ini pun Reno mengendarai mobilnya dengan tidak terkontrol. Pikirannya kosong.
Ia tidak menyangka kalau keadaan dirinya dan juga Rania bisa sekacau ini. Ia lebih memilih jika Rania memarahinya atau memukulnya habis-habisan dari pada harus berjauhan dan berdiaman satu sama lain seperti ini.
Please jauhin gue Ren..
Ucapan Rania itu yang selalu terngiang-ngiang dalam benaknya. Saat ia mendengar perkataan itu, hatinya serasa tertusuk ribuan belati.
Bagaimana bisa keadaan ini terjadi padanya dan juga Rania?
Ia sungguh tidak mau kejadian ini terjadi. Semua ini karena cewek gatau diri itu; Selena. Kalau saja Selena tidak datang ke Indonesia, kalau saja Selena tidak datang kerumahnya dan memeluknya malam itu, kalau saja Selena tidak pernah hadir dan masuk kedalam hidupnya, mungkin hubungan antara Rania dan Reno tidak akan hancur seperti ini.
Karena ulah Selena, Rania pergi dari hidupnya. Rania sudah tidak mau lagi bertemu dengan Reno. Rania menjauhinya.
Tin tinnn!
Suara klakson mobil yang berada berlawanan dengan mobil Reno berbunyi cukup keras. Namun seperti kehilangan kendali, Reno tidak dapat mendengar bunyi tersebut.
Semakin lama mobilnya semakin mendekat dan.....
Bruk!!!
Pandangan Reno berubah menjadi gelap.
Tbc
***