Suasana di sekolah hari ini cukup sepi. Tak seperti biasanya. Aneh. Tidak tau apa hanya karena perasaan Rania saja atau memang sekolah saat ini sangat sepi.
Rania berjalan gontai menuju kelasnya. Matanya sembab akibat semalaman ia menangis dan tak bisa tertidur.
Pikirannya kalut.
Semua ini karena dia. Dia. Reno. Yang mampu membuat Rania menjadi seperti ini.
Ia meletakkan tasnya diatas meja tempat dimana ia duduk dikelasnya. Kemudian ia menelungkupkan wajahnya diatas meja.
"Ran lo gak apa-apa?" tanya Letta. Rania mendongak seketika saat ia mendengar suara Letta, "Lo sakit?" Letta memegang jidat Rania.
Rania menggelengkan kepalanya lesu, "Gue gapapa kok Let," katanya.
Letta mendengus, "Lo bilang gapapa pasti ada apa apa deh. Liat aja mata lo bengkak gitu, abis nangis lo semalem?"
"E-engga. Ini mata gue.. Kena debu tadi pagi. Iya! Kena debu," Dusta Rania.
"Bohong!"
"Gue.. Gue gak bohong Let," Rania menundukan kepalanya.
"Kalo lo ga bohong, lo ga mungkin nundukin kepala lo. Coba tatap mata gue, dan bilang kalo lo gak bohong," Ujar Letta.
Rania menghela nafasnya, "Oke iya gue bohong. Iya gue abis nangis semalem."
"Kenapa? Reno?"
"Iya..." Jawab Rania. Rania mulai menceritakan kejadian semalam, ketika Reno datang ke rumahnya.
"Terus terus Ran," Kata Letta. "Gue nyuruh dia buat jauhin gue.." Jawab Rania.
Letta menoyor kepala Rania, "Eh oon. Lo kenapa ga dengerin penjelasan dia dulu? Bisa aja lo cuman salah paham sama apa yang lo liat waktu malem itu. Lo salah kalo gini karna lo menyimpulkan segalanya sendiri tanpa dengerin penjelasan dari Reno." kata Rania, "Lo yakin lo gak nyesel pas lo nyuruh dia buat jauhin lo?" tanyanya.
Rania menggelengkan kepalanya, "Gue gatau Let. Gue gatau.. Gue bingung."
〰〰〰
Diseberang sana, Reno sedang terbaring lemas diatas kasur rumah sakit.
Disana dingin.
Disana hening. Hanya ada bunyi yang berasal dari alat yang menempel pada tubuh Reno.
Disana sepi.
Benar-benar sangat sepi.
Terdengar suara seorang gadis sedang menangis tersedu-sedu, "Ren kamu bangun Ren..." kata gadis itu.
"Bangun Reno bangun!" kata gadis itu.
"Raa... Ra.." igau Reno.
"Bukan Rania Ren! Ini Selena! Selena Ren Selena!" pekik Selena disela-sela tangisannya.
"Ra... Ra....." kata Reno lagi.
Selena menghela nafasnya, "Bahkan disaat kayak gini aja yang ada diotak lo tetep cewek itu. Sebegitu spesialnya Rania ya dihati lo sampe-sampe dialam bawah sadar pun lo cuman inget dia doang?"
"Kapan ada gue dihati lo Ren?" lirih Selena.
〰〰〰
Kring kring!!!
Suara bel istirahat berbunyi. Semua murid terlonjak kegirangan karena dapat terbebas dari pelajaran fisika yang sangat melelahkan otak mereka. Ditambah gurunya yang super duper sangat menyebalkan.
Dari tadi pagi hingga saat ini Rania tetap tidak berubah. Ia tetap diam. Pikirannya juga kosong. Setiap Letta mengajaknya mengobrol, hanya anggukan atau gelengan jawaban yang diberikan oleh Rania. Tak ada satu kata pun keluar dari mulutnya.
"Mau ke kantin Ran?" tanya Letta.
Rania menggelengkan kepalanya.
Letta menghela nafas pelan, "Oke kalo gitu gue beliin makanan aja ya?" tanyanya.
Rania menganggukan kepalanya.
Lo kemana Ren? Kenapa lo gak ada disekolah? Gini cara lo buat jauhin gue? batin Rania.
Tak lama kemudian Letta kembali datang ke kelasnya dengan membawa 2 piring nasi goreng dan juga 2 gelas juice orange.
"Nih makanan lo. Etdah repot amat ya bawa beginian dari bawah keatas, pegel tangan gue," gerutu Letta.
"Thanks ya Let," kata Rania.
"Nah gitu kek dari tadi ngomong. Kayak orang gagu tau gak sih lo tadi," kata Letta.
Rania tersenyum kecil, "Sorry."
"Eh eh btw Ran, si ayang lo gamasuk hari ini?" tanya Letta. "Kemana dia? Tumbenan banget."
Rania menggedikkan bahunya, "Gatau gue Let.."
"Apa jangan-jangan dia lagi sama si nenek lampir?" tanya Letta.
"Nenek lampir siapa jir..?"
Letta menghela nafasnya, "Selena bege. Dia kan juga gamasuk hari ini," katanya.
"Tau ah gue males bahas dua orang itu. Bikin nafsu makan gue ilang aja." Ucap Rania.
"Iya iya. Yaudah makan sono," kata Letta.
Apa bener kata Letta kalo sekarang Reno lagi sama Selena? Makanya mereka gamasuk?
Tbc