Sudah berapa lama
Kau dan aku terpisah
dalam jarak yang jauh
jarak dimana kita tidak bisa menyentuh
satu sama yang lainnya
jarak dimana kita tidak bisa tertawa bersama lagi seperti dulu
jarak yang membawa engkau
terasa dekat dimata
namun sangat jauh
untuk ku gapai
Aku tidak mengerti
mengapa semua ini dapat terjadi
Aku hanya menginginkan kita kembali seperti dulu
seperti dulu disaat kita bisa tertawa bersama
disaat tak ada beban masalah yang menimpa kita
Maaf...
Maaf...
Maaf...
Hanya itu yang dapat aku katakan kepadanya
Maaf karenaku, air mata mu itu jatuh
Maaf karenaku, engkau merasakan sakit
Tapi satu hal yang perlu kau tau
Bahwa aku selalu mencintaimu
apapun yang akan terjadi
Jarak
[28 April 2016]
〰〰〰
Suara riuh tepuk tangan menggema setelah Reno selesai membacakan puisi buatannya yang berjudul Jarak buatannya.
Sedari tadi Rania hanya menunduk saat Reno membaca puisi didepan kelas itu. Reno yang mengetahui kalau Rania sama sekali tidak mau menatapnya hanya bisa menghela nafasnya pelan.
Gue harap lo bisa maafin gue Ra. Gue udah gatau lagi apa yang harus gue lakuin supaya lo maafin gue. Jujur, gue gamau keadaan kita kayak gini. Cuma apa boleh buat? Kalau emang itu mau lo, gue bisa apa?
Bel pertanda pelajaran sudah berakhir hari ini pun berbunyi. Semua murid pun sedang bersiap-siap untuk pulang saat ini. Termasuk juga dengan Rania. Ia sedang membereskan buku-buku dan juga alat tulisnya yang masih berantakan diatas mejanya.
"Kamu hebat Ren!" kata Selena sambil bergelayut manja dilengan Reno.
Apaan sih nih cewe gatel banget! gumam Rania dalam hati.
"Lepas!" bentak Reno.
Rania yang melihat pemandangan itu hanya bisa memejamkan matanya. Rasa sesak didadanya muncul sesaat setelah ia melihat saat Reno seperti itu terhadap Selena.
"Mau bareng gak Ran kebawahnya?" tanya Letta.
"Boleh. Yuk," Rania pun segera keluar dari dalam kelasnya.
Ia pergi menjauhi Reno.
Ia benar-benar tidak tahan saat ia harus melihat Selena dengan Reno yang begitu dekat.
"Ra tunggu Ra!" pekik Reno. Namun percuma saja. Mau sekuat apapun Reno memanggil Rania, Rania juga tidak akan menoleh kearah Reno.
Mau sampe kapan Ra kita salah paham kayak gini? ucap Reno dalam hati.
Rania yang tidak mempedulikan Reno yang memanggilnya ia tetap berjalan turun dari kelasnya menuju ke bawah.
Air matanya kembali turun membasahi pipinya. Lo gak boleh lemah Ra! Lo gaboleh lemah! katanya pada dirinya sendiri.
"Ran?" Letta mendekati kearah wajah Rania, "Lo nangis? Lagi?" tanyanya.
Rania langsung memeluk Letta, "Gue gatahan Let. Gue gatahan ngeliat dia... dia sama cewe lain," katanya. "Kenapa harus kayak gini? Kenapa jatuh cinta semenyakitkan ini?" tanyanya lagi.
Givran yang baru datang kebingungan melihat keadaan mantan pacarnya itu, "Rania kenapa?" bisiknya pada Letta.
"Nanti aku ceritain," jawab Letta.
Letta menghapus air mata Rania, "Udah Ran jangan nangis terus. Tuh kan matanya jadi bengkak. Udah mending sekarang lo pulang, lo istirahat. Gue jamin deh lo bakal lebih baikan," katanya menghibur.
"Gue janji deh nanti kalo ada waktu gue bakal ke rumah lo," kata Letta.
"Gue balik dulu ya Let, Giv," kata Rania lesu.
"Perlu gue anter gak Ran?" tanya Givran.
Rania menggelengkan kepalanya, "Gue bawa mobil. Thanks btw. Gue balik dulu ya," katanya.
〰〰〰
Bukkk!!!
Satu tinjuan mendarat di pipi Reno.
"Apa apaan lo nonjok gue?" tanya Reno.
Givran berdecih kecil, "Masih gatau apa alesan gue nonjok lo? Lo pura-pura bego apa emang bego beneran?" tanyanya.
"Apaan sih?" tanya Reno.
Buk!
Satu tinjuan lagi mendarat dipipi Reno lagi. "Dasar brengsek!"
Reno tersenyum meremehkan, "Yang brengsek gue atau lo?" tanyanya.
"Nih orang emang bener-bener ya. Dulu lo yang nonjokin gue gara-gara gue brengsek. Karna gue yang nyakitin Rania, tapi nyatanya apa? Lo nyakitin Rania!" kata Givran penuh amarah. "Waktu itu lo marah pas gue buat nangis Rania. Kalo gitu gue juga bakal ngelakuin hal yang sama, sama kayak yang lo lakuin ke gue brengsek!" katanya lagi.
"Ra-rania nangis?" tanya Reno.
"Iya! Otak lo dimana? Emangnya lo gak mikir apa yang lo lakuin itu bakal nyakitin hati Rania? Emang lo ga mikir kalo apa yang lo lakuin bakal buat Rania nangis?" tanya Givran. Ia mendengus, "Bukannya lo selalu gamau ngeliat dia nangis? Tapi apa? Lo yang buat dia nangis!" katanya.
Reno menghembuskan nafasnya, "Lo salah paham. Rania juga salah paham. Semua yang dia liat gak kayak apa yang dia kira Giv. Gue bisa jelasin!" katanya.
Givran tersenyum meremehkan, "Apa yang bisa lo jelasin?" tanyanya.
"Jadi awalnya gini..." Reno mulai menceritakan segalanya.
Saat itu di Amerika tempat Reno bersekolah, disana terdapat murid baru. Perempuan dan ia amat tertutup.
Meskipun ia cantik, namun ia tidak bisa membuka dirinya pada siapapun. Gadis itu bernama Selena.
Karena sifat gadis itu yang terlalu menutup dirinya, kepala sekolah pun menyuruh Reno mendekati gadis itu dan membuat gadis itu lebih dapat membuka dirinya.
Pada awalnya Reno menolak karena ia sama sekali tidak kenal dengan gadis itu. Namun, kepala sekolahnya bersikukuh untuk menyuruh Reno mendekati gadis itu karena gadis itu dan Reno sama-sama berasal dari Indonesia. Mungkin dengan begitu, Reno dapat lebih mengerti gadis itu dibanding murid yang lainnya.
Akhirnya perlahan Selena mulai luluh. Ia menjadi dekat dengan Reno. Perlahan, Selena mulai mencintai Reno. Ia mulai merasakan ada hal yang berbeda dalam hatinya. Namun, tidak dengan Reno. Reno sama sekali tidak merasakan seperti apa yang Selena rasakan padanya.
Hingga suatu hari Selena mengungkapkan isi hatinya pada Reno.
"Aku suka sama kamu Ren," kata Selena kepada Reno. "Aku mau kamu jadi pacar aku."
Reno menggelengkan kepalanya pelan, "Maaf, gue gak bisa. Gue gak bisa Selena. Hati gue udah ada yang punya."
"Siapa Ren? Siapa?" tanya Selena.
"Walaupun gue bilang siapa orangnya juga lo gak akan kenal. Tapi satu hal yang perlu lo tau, perasaan gue sama cewe itu gak akan pernah berubah dari dulu sampai kapan pun." jawab Reno.
Selena memegang tangan Reno, "Tapi aku cinta sama kamu Ren."
"Gue yakin lo bisa nemuin cowo yang lebih baik dari pada gue. Masih banyak Sel cowok diluar sana yang lebih dari pada gue. Lo cantik, lo bisa dapetin mereka," Reno melepaskan tangan Selena yang menggenggam tangannya.
"Tapi Ren..."
"Lusa gue balik ke Indonesia. Gue harap lo bisa lupain gue," kata Reno kemudian ia pergi dari hadapan Selena.
Tbc
***