Cinta sering kali datang tidak pada sikon yang tepat
_____
ALTEZZA, atau sering kali orang panggil Ezza itu bukanlah Bad Boy yang kerap kali menjadi incaran guru BK. Bukan juga anak pemilik sekolah ataupun donatur terbesar di sekolah. Ia justru pria biasa sama seperti lainnya. Tapi, karena ini cerita judulnya dia, maka Altezza adalah rajanya.
Pria itu tidaklah pintar. Otaknya berada di kadar sedang. Bisa jika usaha, dan tidak jika diam saja. Di lingkaran pertemanannya ini, tidak ada yang namannya ketua geng. Yang ada hanya Ezza, Rian, Valent-tapi bukan penyanyi- Gama juga Fardan. Mereka bukanlah geng-gengan anak motor. Mungkin hanya sesekali mereka mengikuti adventure, kopdar dan sebagainya.
"Saaayang! Oppo koe krungu-"
"Asik-asik jos!"
"Ngarusak njir!"
Mereka pun terkekeh mendengar umpatan Valent pada Gama yang baru saja merusak nyanyiannya. Karena namannya mirip dengan nama mbak penyanyi, maka dari itu Valent juga sering menyanyikan lagu-lagu terkenal milik penyanyi itu. Namun sayangnya, setiap lagu bagus yang ia nyanyikan, akan rusak oleh suara hebatnya.
Kelima orang itu tengah berjalan menyusuri koridor kelas. Mereka akan pergi ke Bazar yang diselenggarakan murid kelas 12 MIPA. Dan ini juga merupakan kesempatan para degem-degem kurang belaian untuk caper beli banyak sama cogan maupun cecan sekolah ini. Hal yang lumrah terjadi bukan?
Ezza dan kawan-kawan kan masuk kelas IPS, jadi mereka kebagian bazar Minggu depan. Makannya, hari ini mereka pergi ke Bazar IPA dan membeli ke beberapa stand yang ada. Supaya nanti kalau pas bagian kelas mereka, anak-anak IPA ini juga membeli. Seperti feedback-an gitu loh!
Namun, sebelum perjalanan mereka sampai, Ezza tiba-tiba saja menghentikan langkahnya membuat yang lain mengikuti. Ada hal yang lebih menarik perhatian pria itu. Dia menatap pokus kearah depan. Arah di mana seorang gadis cantik sedang tersenyum sambil membantu beberapa orang.
Dia Zaina Queenza Oswald. Gadis cantik yang selalu berbaik hati pada siapapun. Jujur saja, sejak masih kelas sepuluh Ezza sudah begitu mengagumi kebaikan Zaina. Bahkan sampai sekarang.
Mereka pertama kali bertemu saat MASA ORIENTASI. Hari itu, para panitia dengan tidak masuk akalnya menyuruh siswa baru untuk membawa aneka makanan yang namanya tak sesuai nama sebenarnya. Ah bakan sampai saat ini Ezza masih tak paham dengan penamaan aneh itu.
Panitia mengatakan, bagi siswa yang tidak membawa satupun maka akan diberi hukuman berat. Semua orang membawa, kecuali Ezza. Namun, tiba-tiba saja ada seorang gadis cantik yang menyodorkan beberapa makanan -yang panitia suruh- padanya. Ezza menolak, dan gadis itu memaksa. Ezza menerima, lalu gadis itu tersenyum bahagia.
Alhasil, Ezza tentu selamat dari hukuman. Tentu saja ia tau terima kasih dan mengucapkannya pada gadis itu. Ternyata Zaina namanya.
Awalnya Ezza ingin berusaha dekat dengan gadis itu. Namun ia sadar kalau ia memiliki hati lain yang harus dijaga. Maka urung lah niat pria itu yang kemudian berakhir hanya sebatas mengagumi saja.
"Gilak sih! Dari kelas sepuluh sampe sekarang, Zaina gak pernah berubah. Tetep humble sama siapapun." Gama berseru dan membuat Ezza membuyarkan lamunannya. Senyum ia terbitkan, secara diam-diam ia membenarkan ucapan Gama barusan.
"Cakep luar dalemnya itu sih," timpal Fardan diangguki yang lainnya. Sementara itu, Valent mengernyit bingung memandang pria itu "emang Lo pernah liat dalemannya Zaina? Wah kapan tuh? Penasaran gue," katanya membuat yang lain serempak menoyor kepalanya.
"Otak Lo sebenernya dibawa ga sih, Val? Heran gue, punya otak hobi banget naruh disembarang tempat." kesal Gama yang hanya dibalas cengiran bodoh Valent.
"Lakuin apapun yang Lo mau, Za." bisik Rian tiba-tiba saja pada Ezza. Jujur saja, disini Rian yang paling peka mengenai Ezza. Meskipun pria itu tak pernah berucap, Rian sudah akan memahaminya. Cenayang?
Ezza memandang pria disampingnya sambil menaikan sebelah alis "gue gak mau ngelakuin apapun" katanya begitu saja.
Rian hanya terkekeh kemudian menggeleng. Ia tahu betul bagaimana Ezza. Sekarang saja berkata begitu, belum tentu besok atau besoknya lagi juga akan begitu.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Sudah dipastikan kalau tujuan pertama mereka adalah Stand-nya kelompok Zaina yang menjual aneka kudapan ringan juga jus buah.
"Selamat pagi neng Zaina! Aa Palen Kam bek tu yu!" Seru Valent mendahului yang lainnya yang sudah memberikan tatapan mengerikan padanya. Sementara Zaina hanya terkekeh kecil menanggapinya.
"Lo kenapa taik!? Gue kan mau duluan nyapa Zaina." ketus Gama. Valent dan Gama memang seperti tom and Jerry. Tiada hari tanpa bacotan pertengkaran mereka. Katanya sih gak pernah akur dari pas jadi embrio juga. Padahal orang tua mereka itu bersahabat sejak SMA.
"SUKA-SUKA GUE DONG! gue ganteng, gue berisik!"Â katanya lalu menjulurkan lidah pada Gama.
"Udah-udah deh. Kalian mau beli apa? Yang lain pada ngantri tuh,"Â kata Zaina menengahi keributan yang sepertinya tak berujung itu.
"Apa aja deh. Asalkan buatan Lo, gue suka." Fardan tiba-tiba saja mendahului Valent dan Gama yang sudah sempat mangap tadi. Membuat dua orang itu berdecih kesal.
"Itu kue buatan Lo bukan, Zai?" Tanya Ezza sambil menunjuk kue yang dimaksud. Zaina hanya membalas dengan anggukan "Gue mau itu. Bungkus setoples, sama toplesnya juga sekalian diskon," lanjutnya yang justru membuat atensi empat orang tadi beralih padanya dan menatap ngeri pria itu. Ezza kalau jajan gak pernah tanggung sih.
"Ape Lo? Tau sendiri makan gue banyak." serunya dengan ketus membuat yang lain menggeleng kemudian nyengir secara bersamaan.
"Setoples ya, Za. Nih bawa pulang toplenya buat tempat ikan cupang Lo,"Â kata Zaina sedikit bercanda membuat semuanya terkekeh lagi. Gadis itu pun memberikan pesanan Ezza.
"Thank, Zai. Kalian buruan! Yang lain pada ngantri." Seru Ezza dibalas anggukan teman-temannya
"Gue jus alpukat, Zai. Lo yang buat tapi," pinta Gama cengengesan. Sementara Zaina langsung menjalankan tugasnya untuk melayani pesanan kelima pria tampan dihadapannya. Walaupun stand-nya sudah mepet-mepet orang, tapi lima orang itu tak peduli dan tetap menginginkan Zaina melayani mereka.
"Nih, Gam. Yang lain apalagi?" Katanya menyerahkan pesanan Gama.
"Gue mau cinta Lo, boleh?" ceplos Ezza begitu saja membuat keadaan hening seketika. Semuanya cukup kaget mendengar ucapan pria itu. Ini Ezza loh! Dan dia barusan melayangkan gombalan maut pada Zaina.
"Za, eling sia?" Sentak Fardan sambil memegang kepala sahabatnya. Ezza mendengus sebal lalu melepas tangan yang dengan tidak sopannya mendarat di kepala pria itu.
"Oh, mas udah berani main belakang yah?" Valent mulai mendramatisir keadaan. Sementara Zaina, jangan tanyakan bagaimana keadaannya. Disini sedang banyak orang loh, dan Ezza tadi berucap dengan lantang tanpa ada nada bercanda sedikitpun. Tentu saja membuat dia malu dan wajahnya me-merah.
"CK! Lebay Lo pada. Gue becanda!" Ezza berseru keras sambil menoyor kepala Valent, Gama, juga Fardan. Rian masih memandang dengan seringaian menggoda, membuat Ezza merutuki mulutnya.
"Oh becanda yah, yaudah Lanjutkan!" Gama berseru acuh lalu kembali pada makanan didepannya yang begitu menggiurkan.
"Zai, Jan mau sama Ezza yah. Udah sold out dia. Sama gue aja yang udah jelas jomblo melaratnya," kata Gama kembali membuat Zaina tersenyum canggung dan membungkus beberapa makanan yang mereka sempat pesan tadi.
Rian masih diam. Ia sangat senang mengamati ekspresi setiap orang. Ia juga bisa membaca ekspresi Zaina. Bagaimana terkejutnya gadis itu mendengar gombalan Ezza, dan kemudian murung saat mendengar penuturan Gama barusan. Sepertinya Rian tau, apa masalahnya kini.
"Ezza!" Panggil seseorang membuat Ezza menoleh kearahnya. Ternyata dia Tania Adesta Pratiwi, adik kembarnya Rani.
"Eh, Tan!" Ezza kemudian tersenyum kearah gadis itu. Ia cukup berharap kalau Tania tak mendengar obrolan tadi. Kalau sampai iya, bisa bahaya dia.
"Mampir Stand gue yah! Kasih diskon deh ntar," kata Tania sambil nyengir kuda. Ezza tentu tentu saja mengangguk. Mana mungkin ia menolak permintaan dari kembaran kekasihnya itu.
"Lo semua, gue tunggu di Stand gue. Okay?" Ujarnya mendapat anggukan semua sahabat Ezza. Ia pun berlalu dari tempat begitu saja. Jujur, baik Ezza maupun temannya yang lain cukup kaget mengetahui keberadaan Tania tadi.
Tapi sepertinya, tak ada yang gadis itu dengar. Terlihat dari tingkahnya yang biasa saja.
Tania itu kebalikannya Rani. Jika Rani adalah sosok gadis berhijab yang sangat lemah lembut, maka Tania justru gadis tomboy yang sangat toxic. Jika dia marah, maka sesuatu yang menyebabkan kemarahannya itu pasti akan rusak, Termasuk orang. Bagaimanapun dia penganut kekerasan sejati.
"Hayuk lah lanjutkeun!" Ajak Fardan kepada yang lainnya. Mereka semua mengangguk, lalu berpamitan pada Zaina. Begitupula Ezza.
"Gue lanjut ke yang lain yah, Zai. Semangat! Semoga laris manis jajananya." Kata Ezza mengulas senyum manis dan dibalas hal sama oleh Zaina.
Zaina menghembuskan napas gusarnya sambil memandang punggung Ezza yang perlahan menjauh. Jujur saja, sejak pertama kali memasuki bangku Menengah Atas, Zaina sudah tertarik dengan pria jangkung itu. Tapi dia cukup tau diri saat mengetahui kalau Ezza sudah memiliki kekasih. Jadi Zaina, dia hanya mampu menjadi secret admirer saja.
______