Berbicara mengenai memiliki, siapapun berhak memiliki yang dia inginkan
____
Pria itu berjalan tergesa menuju sebuah ruangan yang mana didalamnya ada seorang yang begitu dia khawatirkan. Pria itu adalah ALTEZZA.
Tadi, saat selesai dengan urusan kamar mandinya,Ezza tanpa sengaja mendengar percakapan orang lain. Mereka mengatakan kalau Zaina masuk UKS karena berusaha melerai orang yang sedang bertengkar.
Alhasil, gadis itu kena bogem dan berakhir pingsan ditempat. Tentu saja hal itu membuat Ezza khawatir. Ia takut kalau Zaina mengalami cedera atau bahkan bisa saja gadis itu amnesia. Karena menurut orang-orang sih gadis itu kena pukul dikepala.
Ezza segera membuka pintu bercat putih itu. Keadaan kosong, ia bisa melihat satu tirai yang tertutup. Sepertinya, Zaina ada disana. Pria itupun berjalan perlahan, siapa tahu Zaina sedang istirahat. Tidak baik kalau ia mengganggu gadis itu.
Srek!
Tirai terbuka. Zaina yang tadinya terlelap sontak langsung terjaga dan menemukan Ezza yang menatap penuh khawatir kearahnya.
"Zai, lo ngga apa?" Tanya pria itu. Zaina masih terdiam. Jujur saja, ia cukup kaget dengan keberadaan Ezza disini. Mengingat mereka tidak cukup dekat jika dikatakan sebagai teman. Bahkan kelas pun berjauhan.
"Zai?" Ezza melambaikan tangan di depan Zaina yang masih terbaring. Gadis itu mengerjai, sesaat kemudian berusaha bangun yang tentu saja dibantu Ezza.
"Lo kenapa disini, Za?" Tanya Zaina bahkan tak menjawab pertanyaan yang sudah Ezza lontarkan sebelumnya.
"Gue denger dari anak-anak, Lo kena bogem yang lagi berantem. Terus sampe masuk UKS. Gue khawatir, makannya kesini." jawab Ezza tak sedikitpun berbohong.
Zaina mengangguk paham. Ezza kemudian ikut duduk dibrankar yang ditempati gadis itu. Keadaan hening, tak ada yang memulai percakapan. Keduanya terlau sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Ezza mengucapkan sesuatu hal yang sangat mengejutkan Zaina.
"Lo jadi pacar gue, ya?"
"Kenapa harus gue?"
"Ya karena gue maunya elo."
"Tapi Lo udah punya cewek,"
"Nggak apa."
"Gue jadi selingkuhan, maksud Lo?"
Ezza langsung tercekat begitu mendengar ucapan lirih dari gadis dihadapannya.
Bukan begitu maksudnya, tapi memang itu keadaannya. Oh astaga!dia hanya ingin Zaina menjadi miliknya. Walaupun dia sudah memiliki gadis lain. Katakan saja kalau dia egois.
"Bukan selingkuhan, tapi pacar kedua." kata Ezza sambil mengulas senyum manisnya. Sementara Zaina, gadis itu masih menatap sendu kearahnya.
"Gue takut," balas gadis itu sambil menunduk "kalau cewek Lo labrak gue, terus koar-koar sama orang kalau gue itu pelakor, gimana?" Lalu ia mendongak, menatap penuh harapa pada pria dihadapannya.
"Selama ada gue, Lo aman." kata Ezza berusaha menenangkan "cewek gue baik, dia gak mungkin labrak Lo." lanjutnya kembali yang justru membuat Zaina semakin kalut.
"Justru dia baik, Lo gak seharusnya nyakitin dia," kata Zaina tanpa sadar meloloskan air mata yang sedari tadi ia tahan.
Ezza tentu tersontak kaget. Astaga! Dia baru saja akan memulai semuanya. Tapi kenapa sudah membuat anak orang nangis, sih?
Dengan gerakan perlahan, Ezza mendekatkan wajahnya kearah Zaina yang membuat gadis itu sontak menghentikan laju air mata
nya. Perlahan namun pasti, Ezza mendaratkan ciuman di bibir gadis itu. Melumat lembut seolah memberi ketenangan
Selang beberapa menit, akhirnya ciuman itu berakhir. Ezza kembali menarik wajahnya namun tetap menempelkan kening mereka. Menatap gadis itu lekat dari jarak yang sangat dekat. Menangkup pipi Zaina yang sedikit basah karena air mata.
"Percaya sama gue, Zai. Lo bakal baik-baik aja. Kita backstreet, ya?" Ujar Ezza sambil mengusap lembut pipi Zaina.
Gadis itu mengangguk, mengiyakan ucapan Ezza. Lagipula ia juga sudah sangat lama menyukai pria itu. Tapi sama sekali tak pernah terbesit dipikirannya mengenai menjaki hubungan dengan Ezza. Apalagi dengan kenyataan bahwa pria tersebut masih memiliki kekasih.
"Gue gak salah kan, Za? Gue jadi selingkuhan lo," kata Zaina tersenyum sendu. Dia sebenarnya ingin menjadi satu-satunya pemilik Ezza. Tapi itu tidak mungkin.
"Nggak, Zai. Selama Lo mau, nggak ada yang pernah salah. Gak ada yang akan nyalahin lo." Ezza tetap berusaha menenangkan gadis dihadapannya ini. Ia membawa gadis itu untuk masuk kedalam pelukannya. Mengusap lembut punggung Zaina dan merapalkan kata bahwa semua akan baik-baik saja.
Beberapa saat kemudian, Ezza merasakan napas gadis itu yang mulai teratur. Nampaknya Zaina tertidur. Perlahan, ia pun membaringkan tubuh gadis-nya. Sangat perlahan, tentu agar Zaina tak terjaga dari tidurnya.
Ia memandang lembut gadis itu. Ezza sama sekali tak menyesali kebodohannya, karena dengan beraninya mengkhianati Rani. Entahlah, ia begitu ingin memiliki Zaina. Ia begitu ingin melindungi gadis itu.
Ezza juga menyapukan kecupan lembut di dahi Zaina. Mengusap rambut gadis itu penuh sayang. Jika mengingat ucapannya pada Rian tempo hari, ia rasanya menjadi malu. Ia juga mengingat ciuman tadi. Ah ternyata, first kiss nya ia berikan pada Zaina. Seperti halnya juga gadis itu.
Selama berpacaran dengan Rani, Ezza sama sekali tak pernah berani melakukan hal lebih. Paling hanya sebatas pegangan tangan saja. Kata Rani, malu sama hijab yang ia kenakan kalau sampai berani melakukan hal yang aneh-aneh sementara mereka belum sah. Tapi dengan Zaina, Ezza sama sekali tak bisa mengendalikan diri.
Pria jangkung itu kemudian berjalan keluar UKS. Ia akan membeli makanan, karena sepertinya Zaina belum makan siang. Namun,ada hal yang begitu mengejutkan nya. Rian berdiri dengan pongahnya didepan pintu UKS. Lelaki itu memandang Ezza dengan seringaian nakalnya.
"Katanya gak mau, eh taunya di embat juga." ledek pria itu membuat Ezza mendengus sebal. Baiklah, biar saja Rian tahu semuanya. Toh dia bukanlah pria ember. Berbeda dengan teman-temannya yang lain. Pasti akan langsung mencibir Ezza bak netizen alay.
"Gue kenapa, Yan? Gue gak bisa ngendaliin diri," tanya Ezza pada Rian.
"namannya juga suka, ya gimana lagi? Hati-hati aja deh Lo. Disini yang bisa bahayain Zaina justru diri Lo sendiri. Tania tau aja, abis cewek kedua lo." kata Rian memperingati sambil berlalu dari tempat sebelumnya. Hal sama yang dilakukan Ezza.
"Tania gak bakal tau, kalau gak ada yang ngasih tau," seru Ezza acuh sambil masukan kedua tangan nya kedalam saku celana. Gaya andalah cowok banget, kan?
"Mulut gue sih aman, tingkah kalian aja yang dijaga, jangan bikin orang curiga." nyatanya, Rian itu tipikal sahabat yang peduli cuek. Dia kelihatannya saja cuek, tapi dia yang paling peduli diantara yang lain.
"Gue usahain deh." balas Ezza berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Benar juga kata Rian, disini yang harus mengendalikan diri adalah mereka berdua. Zaina dan Ezza itu tak pernah terlihat dekat sebelumnya. Dan jika tiba-tiba saja mereka keliatan dekat, anggapan orang-orang pasti akan yang iya-iya.
Kedua orang itu masih melanjutkan jalannya menuju kantin. Tapi tiba-tiba saja ponsel Ezza bergetar menandakan ada pesan masuk, membuat pria itu menghentikan langkah sejenak.
Rani adita✓
Za, kamu jadi kerumah sakit,kan?
Ah iya, benar sekali. Ia ada janji hari ini untuk menemui kekasihnya. Hampir saja Ezza lupa.
______