Setiap manusia punya cara tersendiri dalam mengungkapkan perasaanya. Dan ini caraku!
_____
"Baru nongol nih indung." Sahut Fardan begitu menyadari kedatangan Ezza. Pria itu sudah tiga hari tak berkumpul bersama yang lainnya. Katanya sih ada urusan penting.
"Sibuk aing," jawab Ezza mencomot beberapa makanan yang sudah berserakan di salah satu meja kedai kopi kang Mamat. Tempat biasa mereka nongkrong.
Gama menatap kesal kearah pria itu yang sudah dengan beraninya mengambil perkedel miliknya yang hanya tersisa satu lagi "Tangan Lo anjir! Napa kelayapan ke makanan gue!" Ketusnya yang hanya mendapat balasan cengiran dari Ezza.
"Pelit sia! Tenang Za, masih banyak tuh di mang Mamat. Ambil aja," kata Valent sambil meledek kearah Gama. Baru Ezza akan bersuara, pria itu kembali melanjut ucapannya terlebih dahulu "bayar sendiri tapi." Yang dibalas toyoran oleh Gama.
"Apaan Lo, orang gue mah cuman ngasih tau si Ezza. Bukan nawarin traktiran." kata Valent kesal. Sementara Ezza hanya terkekeh geli menatap yang lainnya. Ia mengedarkan pandangan mencari orang yang memang jarang bersuara diantara mereka. Rian!
Rian menyadari tatapan pria itu. Ia kemudian mengangguk pada Ezza, mengatakan kalau pria itu sudah melakukan tugasnya. Huh! Bersyukurlah Ezza punya sobat secerdik Rian.
"Caelah njirr! Itu siapa? Kayak kenal," Seru Fardan menunjuk kearah jalan yang berada di depan kedai itu. Semua orang menoleh, mengikuti arah tunjuk pria itu.
"Zaina bukan sih?" Tanya Gama membuat Ezza menajamkan penglihatannya. Hmm, sepertinya benar.
"Caelah, si gelis ngapain jalan sendirian?" Lanjut nya bertanya kembali yang padahal pertanyaan sebelumnya pun tak dijawab yang lainnya.
"ZAINA!" teriak Ezza yang sontak membuat keempat sahabatnya menatap kaget pada pria itu. Ezza baru saja memanggil Zaina yang tengah berjalan sendirian dipinggir jalan.
Sementara itu, gadis yang dipanggil namanya tadi segera mungkin menoleh kearah asal suara. Ia memicingkan kedua matanya, berusaha meyakinkan penglihatan juga pendengarannya. itu tadi Ezza, kan?
Dan benar saja, itu memang Ezza. Pria itu bahkan sudah melambaikan tangannya mengisyaratkan agar Zaina mendekat. Awalnya gadis itu ragu, tapi kalau dipikir-pikir lagi, ia begitu merindukan Ezza. Sekarang pria itu sudah didepan mata, apa harus Zaina pergi saja? Baiklah Zaina, egois sebentar tak masalah.
Ezza menyunggingkan senyumnya melihat gadis yang ia panggil tadi mendekat. Ah, pacar keduanya ini. Ia sudah rindu berat, lebay kan? Tak apalah.
"Dari mana, Zai?" Tanya Ezza begitu gadis itu sampai. Sementara teman-temannya yang lain hanya diam menyimak saja. Dia ingin tahu, sejauh mana interaksi dua orang ini yang sebelumnya sama sekali tak terlihat akrab. Ya, hanya sekedar saling tahu, kalau bertemu pun Ezza paling hanya diam atau gak, nyapa nama doang.
"Itu, abis dari rumah si Arum." Jawab Zaina tersenyum sambil menyelipkan rambut kebelakang telinga. Salah satu hal yang sering bikin cowok kesengsem gak sih?
Sementara Ezza yang mati-matian menahan rasa gemasnya pada Zaina, teman-temannya yang lain justru menatap ngeri pada pria itu. Ini Ezza lagi usaha pdkt atau apasih? Keliatan banget buaya nyasar nya. Pikir mereka.
"Minum Zai, minum!" Titah Gama sambil menyodorkan Aqua gelas nya pada Zaina yang dibalas anggukan gadis itu. Astaga, rasanya Zaina jadi grogi dikelilingi human tampan seperti mereka. Apalagi tatapan Ezza yang tak pernah lepas darinya.
Setelah meneguk minumnya hingga sisa setengah, Zaina memandang semua orang sambil tersenyum. Kemudian berucap "gue balik dulu deh, mau ngerjain tugas sekolah dulu," pamit gadis itu sambil melihat arloji ditangannya.
Belum sempat ia beranjak, Ezza berucap terlebih dahulu- "Gue Anterin. No nolak!" sambil mengambil jaket juga kunci motor yang tergeletak diatas meja. Lagi-lagi Valent, Gama juga Fardan terdiam kaget. Sementara Rian, diam-diam terkekeh melihat betapa cengo nya tatapan tiga orang itu. Untung dia tahu, jadi santai aja.
"Gak ngerepotin, Za?" Tanya Zaina tak enak hati. Ezza pun membalas dengan gelengan kepala. Hey, apanya yang ngerepotin sama pacar sendiri. Dua orang itupun berpamitan pada teman-teman Ezza yang masih diam tak bereaksi.
Sepertinya mereka, tiga orang tadi langsung berpandangan. Kemudian sama-sama menggelengkan kepala.
"Lo tau yang gue pikirin?" Tanya Fardan dan dibalas anggukan Gama juga Valent.
"Ezza mau jadi buaya cap gayung?" Tanya kembali pria itu. "Entah," sahut Gama juga Valent bersamaan. Rian lagi-lagi terkekeh. Ah senang sekali rasanya membodohi sahabat-sahabat laknatnya ini.
Diperjalanan, Ezza sama sekali tak mau menyurutkan senyumnya. Karena untuk pertama kalinya, Zaina duduk diboncengannya. Walaupun kecanggungan masih terasa diantara mereka, tapi tak apalah. Zaina sudah disini pun, Ezza senang.
"Pegangan Zai, gue gak mau tanggung jawab kalau Lo jatoh!" Kata Ezza sedikit berteriak untuk mengalahkan kebisingan jalan raya.
"Lo kan pernah kerumah gue, Za. Masa lupa?" Jawab Zaina tak nyambung. Sebelumnya gadis itu sempat terdiam sesaat, mungkin mencerna pertanyaan Ezza. Ya walaupun akhirnya tetep aja gak nyambung sih.
"PEGANGAN BEGO! GUE GAK NANYA ALAMAT LO!" teriak Ezza lebih kencang lagi dan sukses membuat Zaina mampu mendengar ucapannya.
"Gak ah. Ntar ada orang liat, bisa jadi bahaya." tolak gadis itu. Walaupun Zaina tak berbicara cukup keras, tapi untungnya Ezza masih bisa mendengar.
Tanpa pikir panjang, pria itupun menambah laju kecepatannya, yang sontak membuat Zaina berteriak juga memeluk erat dirinya "KALO MAU MATI, JANGAN NGAJAKIN GUE! GUE MASIH PENGEN IDUP!" marah Zaina yang justru membuat Ezza terkekeh. Ia kemudian memelankan kembali laju motornya.
Zaina bernapas lega, ia merasa sempat akan meregang nyawa tadi. Gilak sih Ezza, kayak mau ngajak mati bareng aja. Ia baru saja akan melepas pelukannya namun urung saat Ezza menahannya. "Jangan gengis, peluk aja. Gue gak mau bayar biaya rumah sakit, yah kalau Lo sampe jatuh." hal yang sontak membuat Zaina merenggut sebal.
"Zai makan dulu ya," ini bukan ajakan, tapi sebuah perintah. Pria itu sadar, cewek kalo ditanya, pasti jawaban nya bakalan terserah. Jadi mendingan gak usah nanya-nya deh. Langsung tentuin apa pilihannya aja, ntar juga kalo suka nurut dan kalo nggak, paling diem.
"Gue belum makan soalnya." Sambungnya kembali sebelum Zaina menjawab. Sekali lagi, Ezza yakin pasti tadi Zaina akan jawab terserah.
"Oke deh!" nah kan, kalo jawabnya begini, berarti dia setuju. Cowok, Monggo dipraktekkan!
Pria itu pun menghentikan motornya di parkiran sebuah tempat makan yang lagi trend banget dikalangan anak muda. Itu loh, yang apa-apa pasti bilangnya 'aku mah apa atuh, cuman kentang zzzzt' tau kan?
"Turun bro! Lo harus makan juga ya. Kalau kata si Nathan sih, pura-pura lupa mantan kan butuh tenaga ekstra," kata Ezza yang justru membuat Zaina mengernyit bingung "nah kalo buat Lo, pura-pura gak kanget kan juga butuh tenaga." lanjutnya sontak membuat Zaina tersenyum malu.
"Za, nama panjang Lo apa?" Tanya Zaina tiba-tiba "Altezza Guinailo Takuma." jawab Ezza yang membuat Zaina kembali mengernyit bingung.
"Apaan Za, ribet banget nama Lo," katanya menampilkan wajah seolah kebingungan "Altezz-"
"Gue panggil calon imam aja, boleh?" Potong Zaina yang membuat Ezza membeku ditempat. Hey! Gombalan pria mungkin sekarang sudah biasa bagi para wanita. Tapi, gombalan seorang wanita untuk pria, Gilak coy! Efeknya luar biasa....
"Wah! Mukanya merah haha-" ledek Zaina membuat Ezza mendengus geli pula. Ia pun mencekik gadis itu dibawah ketiaknya yang sama sekali tak mampu menghentikan tawa Zaina yang justru makin bertambah.
Orang-orang yang melihat mereka sontak memandang iri. Dua orang itu, terlihat sekali lagi kasmaran nya.
"Hayuk makan, laper nih Zai," adu Ezza begitu Zaina meredakan tawanya. "Hayuk bro!" Ajak Zai mulai berjalan terlebih dahulu diikuti Ezza dibelakangnya.
Namun, sebelum memasuki tempat tersebut, seseorang tiba-tiba saja menabrak Zaina membuat gadis itu sedikit oleng yang untung saja ditahan oleh Ezza.
"Eh Bu, nggak papa?" Tanya gadis itu pada orang yang baru saja menabraknya. Untung saja orang itu tak membawa apapun yang tentu saja tak harus membuat Zaina membantunya untuk memunguti barang-barang yang pasti akan berserakan.
"Nggak papa dek. Saya minta maaf yah," kata ibu-ibu itu menatap dalam pada Zaina. Gadis itu tertegun sebentar,
Tatapan itu-
Kenapa rasanya tak asing sekali.
______