Berspekulasi boleh, tapi jangan sembarangan. Setiap orang punya alasan untuk melakukan sesuatu hal.
_____
Zaina baru saja sampai dirumahnya. Keadaan masih berantakan, hanya saja kini lebih sepi. Sepertinya papanya sudah pergi seperti biasa. Gadis itu pun melenggang masuk kedalam rumah, mulai membereskan barang-barang yang pecah juga berantakan.
Dirumah ini ada pembantu, hanya saja kalau papanya Zaina ada dirumah, mereka tidak akan berani datang. Papanya Zaina itu tidak suka ada banyak orang dirumah, tapi jika mereka tak memperkerjakan orang, siapa yang akan mengurus rumah sebesar ini.
Zaina sanggup sebenarnya, hanya saja terlalu kesusahan karena ia juga harus mengurus sekolahnya. Alhasil, para pekerja itu harus kucing-kucingan dengan Zardan. Mereka baru bisa bekerja jika Zardan sudah tidak ada dirumah.
Kebetulan sekali ini hari jumat, papanya hanya bekerja setengah hari, atau sampai jam makan siang saja. Dia sudah pasti ada dirumah jika masalah tadi tak terjadi. Dan dipastikan kalau dirumah akan hanya ada mereka berdua saja.
Beberapa waktu kemudian, Zaina sudah selesai dengan beres-beresnya. Ia memilih untuk membersihkan diri dan memasak untuk makan malam. Siapa tahu ayahnya sudah pulang nanti.
Pukul 20:15 benar saja, Zardan baru saja membuka pintu rumah. Pria itu baru sampai setelah selama beberapa jam pergi entah kemana. Zaina pun menyambut kedatangan papanya dengan cengiran khas gadis itu. Benar-benar seperti tak ada yang terjadi sebelumnya. Semuanya kembali normal.
"Cepat mandinya ya Pah. Zaina udah masak banyak, enak lagi." kata gadis itu mengulas senyum. Papanya pun juga sama, menatap gemas putrinya lalu mengelus Surai lembut gadis itu.
"Anak papa udah cakep, jago masak lagi. Gak rela ih kalo nanti harus ngasih kamu ke calon suami kamu," katanya sambil terkekeh. Zaina justru merenggut sebal.
"Ih gak boleh gitu yah! Papa emang mau ngeliat anaknya jadi perawan kolot!" Kesal gadis itu namun membuat Zardan justru semakin tertawa. Receh sekali selera humor bapak-bapak yang satu ini.
"Iya-iya deh, gak bakalan. Makannya cari laki yang baik yah. Yang ngejadiin kamu satu-satunya bukan salah satunya" dan perkataan itu sukses menohok Zaina. Entah kenapa, itu seperti sindiran halus untuknya. Zaina sadar, kalau sekarang dia sedang menjadi salah satunya. Kalau ada tukang parkir, mereka auto bilang-
Mundur-mundur
"Dah ah, mandi sana. Bau kuman" kata gadis itu semakin membuat papanya gemas dan mengacak rambut Zaina.
Setelah papanya masuk ke kamar, Zaina segera kembali ke meja makan untuk menyiapkan makan malam mereka. Tapi gadis itu sempat mengecek handphone dan sama sekali tak mendapati pesan dari Ezza.
Oke Zai, gak papa. Inget posisi Lo! Pacar kedua kan. Jadi yang pertama dulu yang diurus.
Malang sekali nasib gadis itu. Selama tujuh belas tahun hidupnya, Zaina baru sekarang loh pacaran. Dan sekalinya pacaran pun harus begini. Diem-diem, gak boleh ada yang tahu, prioritas kedua, gak bebas kek remaja bucin pada umumnya, gak ada yang namanya ngintilin kemana-mana barengan. Aduh Zai, nasib jadi selingkuhan ya gitu.
"Anak gadis papa kenapa ngelamun, hmm? Galau ya? hayooo! Ngebucin siapa? Taeyong?" Tegur Zardan mengagetkan Zaina. Dan yang lebih mengagetkannya lagi, darimana papanya tahu nama bias Zaina sih?
"Eh papa tau dari mana namanya si bubu?" Tanya Zaina heran membuat papanya menyengir "nyuri nama dari poster yang ada dikamar kamu," katanya kemudian.
Mereka pun makan dalam keadaan riang. Kejadian beberapa jam yang lalu benar-benar hilang tak pernah terjadi. Inilah kebiasaan Zardan, entah pura-pura lupa atau memang lupa beneran. Tapi Zaina bersyukur, setidaknya dia tidak akan merasa canggung.
_____
Hari Senin seperti keadaan manusia pada umunya yang kebanyakan malas-malasan. Karena dengan berat hati harus meninggalkan libur weekend yang selalu dirindukan.
Zaina baru saja bangun dari tidurnya. Sudah pukul enam pagi. Ah, hari ini ada upacara, ia tidak bisa berleha-leha.
Gadis itu pun melakukan hal yang selalu dilakukan cewek-cewek diluaran sana. Mengecek ponsel, memeriksa apakah ada spam chat dari seseorang, ah ternyata hanya ekspetasinya saja. Buktinya yang ada justru pesan dari operator yang mengingatkan kalau paket internetnya sebentar lagi akan berakhir. Tamat hidup ini sih, akhir bulan, lagi bokek-bokeknya, skincare habis, kuota juga mau ludes. Sobat miskuen syekali sih.
Sebenarnya dia menunggui pesan dari Ezza. Sejak Jumat lalu hingga hari ini, tak ada satupun pesan masuk dari pria itu. Telpon apalagi. Ah mana Zaina tahu pria itu pergi kemana, toh nggak dikasih tahu. Kalaupun nanya ke teman-temanya Ezza, jatohnya entar mereka malah curiga. Semua orang kan tahu kalau Ezza itu pacarnya Rani, bukan Zaina.
Dengan malas-malasan akhirnya gadis itupun mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi. Segalau apapun dia, mandi mah harus, jangan jorok dong! apalagi cewek.
Upacara di SMA PELITA akhirnya sudah selesai. Semua murid memilih berhamburan ke kantin sekolah terlebih dahulu, untuk membeli minum atau lesehan sambil ngadem saja. Dan untung saja, dari pagi sampai jam makan siang nanti, SMAPEL ketiban rezeki nomplok a.k.a free class. Karena guru-guru akan mengadakan rapat, katanya.
Zaina berjalan santai bersama Arum, sahabatnya. Sebenarnya nama gadis itu Harum Lily Daniarti, tapi panggilannya mau Arum aja katanya. Soalnya kalau Harum, ntar dia lagi bau pun orang-orang pada bilang Harum saja. Memang bagus sih untuk dia, tapi orang-orang julid mana terima. Mereka justru akan memanggil gadis itu dengan nama 'Bau' dan itu pernah terjadi saat masih SD, dimana saat itu dia baru selesai olahraga. Ah sekarang mah sudah tidak, dong. Kan udah gede. Tapi tetep aja Arum sudah biasa dengan panggilan itu.
Dari kejauhan, sudah terdengar sekali keramaian dikantin. Zaina tentu sudah sangat hapal sekali itu ulah siapa. Gadis itupun mempercepat langkahnya tak sabar untuk segera mencapai tujuan.
"IKAN HIU MAKAN LOTEK-"
"WOAH BARU NYAHO GUE KALAU ADA IKAN HIU SUKA MAKANAN NUSANTARA."
"JALAN-JALAN KE PRANCIS, JANGAN LUPA MEMBAWA LONTONG!"
"EH TEEK, YANG JANGAN DILUPAIN ITU BAWA DUIT. LONTONG MAH APAAN, MAKAN NYA PAS LEBARAN AJA."
"Yaudah deh ganti. PERGI KE ARAB MEMBELI TIMUN- eh ada gorengan haneut euy,"
Lalu terdengar gelak tawa banyak orang. Zaina sudah sampai di pintu kantin. Mengedarkan pandangan ke segala arah mencari seseorang. Namun nihil, ia tak menemukan orang itu.
"Lo jalan kayak mau ngantri sembako aja, Zai. Buru-buru bener. Takut gak kebagian ya?" kata Arum sambil ngos-ngosan memandang sengit kearah Zaina. Sementara gadis yang ditujunya hanya terdiam sambil terus mengedarkan pandangan.
"Nyari apa sih, Lo?" Tanya Arum ikut mengedarkan pandangan juga
Tanpa mereka sadari, Rian menatap kearah Zaina. Laki-laki itu menyadari siapa yang sedang Zaina cari. Ia pun segera mengetikan sesuatu di ponselnya.
Sementara itu, Zaina menghembuskan napas gusarnya. Disini juga tidak ada ternyata. Kemana perginya pria itu, dia tidak kenapa-napa kan?
Baru saja gadis itu akan melangkahkan untuk memasuki kantin, ponselnya berbunyi. Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
+628xxxx
Dia baik-baik aja kok. Lo tenang aja, Ezza lagi ada urusan penting aja
Gadis itu mengedarkan pandangan, melihat ke arah teman-teman Ezza dan mendapati Rian yang sedang menatap kearahnya sambil menggenggam ponsel lalu mengangguk kearah Zaina. Ah ternyata itu Rian. Tapi tunggu! Apa Rian tahu soal dia dan Ezza?
______