"..."
Sekarang sudah malam, aku berdiri di depan kuil.
"Map"
Seperti biasa muncul secarik kertas.
Aku mengambil pen di pinggangku lalu membuat garis.
'17 kilo meter'
"Baiklah"
Tadi aku menghitung jarak dari sini ke sekolah.
Aku kemudian duduk di lantai.
"Haaah..."
Aku mengeluarkan ubi dan memakan nya.
Selesai makan aku berjalan masuk ke kuil.
"Aku penasaran ruangan yang lain isi nya apa"
'mending gak usah tahu'
"Hooh aku cek skill aja"
'gak ada yang berubah.....'
"Weh yang benar tuh?"
'hoooh'
"Ya udah ku bikin sihir aja"
Aku membuat bola angin dan bola kegelapan.
"....."
'hati hati'
"Gak jadi deh"
Aku menghilangkan bola kegelapan dan membuat bola angin.
"Ok..."
'pikirkan dulu apa yang akan terjadi'
'angin... Pusaran, angin, pusaran, perbedaan arah rotasi, gesekan, gaya kinetik, inersia.... Suhu sekitar... Kelembapan... Dah lah'
Aku menggabungkan ke dua bola angin itu dan...
'waw....'
"Hebat..."
Kedua bola angin itu berputar sangat cepat hingga bisa menjadi alat pemanas ruangan karena saling gesekan antar angin yang agak tidak masuk akal ini.
"Kenapa bola angin nya tidak saling berhenti, padahal arah putar mereka berlawanan"
Tiba tiba bola angin itu menjadi diam.
"Ok mungkin dia hanya putar sementara"
Dan bola angin itu berputar dan menjadi panas.
"Ok.... Imajinasi ya..."
'kok bisa kita lihat angin?'
"Karena hijau?"
'...'
"Lah kamu bisa lihat? Matamu mana"
Aku mengambil buku dan mengecek sampulnya dengan teliti.
'Matamu mataku, kita bagi dua'
"Anjir sabit dan palu"
"Aku bertanya tanya dengan siapa kau bicara?"
Aku melihat ke ada orang berjubah, dari suara sih pria.
"Kalau tidak salah kamu yang buat sihir gila waktu itu kan?"
"Hebat juga kau bisa mengingatku"
Aku melihat ke arah mukanya, tidak ada mata, hanya topeng merah polos.
"Bagaimana cara kamu melihat?"
"Aku tidak mau melihat, aku muak melihat"
"Apa yang terjadi?"
"Itu hal terjadi saat aku masih hidup, aku tidak mau mengingatnya lagi"
"Nah... Bagaimana kamu bisa berjalan tanpa menabrak sesuatu?"
"Dengan merasakan udara di sekitar ku"
'cuk aku gak paham' keluh ku.
"Oh begitu..."
"Omong omong mengapa bola angin mu bisa sepanas itu"
Tunjuk jarinya ke bola angin yang melayang di atas tangan ku.
"Oooh ini karena gaya gesek antar kedua angin, sebenarnya angin akan langsung berhenti, atau malah mencar atau meledak jika kondisinya seperti ini"
"Gaya gesek?"
'plis lah ya, fisika di dunia ini ada gak sih'
'gak ada mungkin'
'jangan tiba tiba cuk, ntar pembaca bingung, kalau aku lagi ngomong jangan tiba tiba jawab'
'kau sendiri juga tiba tiba ngomong dalam hati'
'lah emangnya aku harus ngomong langsung?'
'udah lah, mending kamu kasih tanda khusus ke bagian dialog ku'
'gak usah aja'
'....'
"Kamu melamun?"
"Tidak tidak aku hanya memikirkan konsep nya"
"Jadi apa itu gaya gesek?"
Setengah jam jadi guru fisika dadakan.
"Ooh... begitu,lalu.. Kamu pernah belajar matematika?"
"Ini beda dengan matematika, ini fisika, fisik di tambah a, yang artinya mempelajari gerakan benda"
"Kau pasti sangat kurang kerjaan"
"....."
'Newton, Archimedes, Einstein dengar tuh, orang dunia lain aja ngejek gitu'
"Kalau begitu, mengapa panas api bisa terasa padahal kita tidak menyentuh api nya"
"...."
Dan dia menghujani ku pertanyaan pertanyaan lain, dengan sedikit bantuan dari Cyaelia aku bisa menjawab pertanyaannya.
"Jadi itu alasannya air hujan terasa sakit saat kena muka kita disaat kita berlari"
"Iya... Sudahlah aku capek"
"Aku ada satu pertanyaan lagi"
"Apa itu?"
"Apa kamu sudah merasa enakan?"
"... Ya.. aku agak lega, setidaknya aku bisa tidur sekarang"
"Baguslah"
Dia kemudian pergi ke salah satu ruangan.
'aku berbohong, aku tidak bisa lega secepat itu'
'haaah... Sudahlah.. mau ku bantu kosongin pikiranmu?'
'tidak perlu'
Aku kemudian mengeluarkan bantal dan membaringkan kepala ku ke bantalku.
"..."
3 menit kemudian
"..."
2 jam kemudian
"....."
Pagi
Aku membuka mataku lalu mengucek mataku.
'katanya gak bisa tidur, eh blom 2 menit dah tidur'
'bacot'
Aku memasukan bantal ku ke inventory lalu berjalan keluar kuil.
"Mp charger"
Syuush langsung jreng lagi badan ku.
"Ok aku siap"
Aku melihat kebelakang ada Hayase memakai yukata.
"yukata... Kau mau di tumbuk?, Masa jalan jauh pakai yukata, ganti sono"
"Lah.. kukira kau bakal terkejut"
"Kyaaa yukata"
"..... Ok ok aku ganti"
Dia masuk ke salah satu kamar lalu keluar dengan baju gadis kuil.
"Ok"
"Gak ada baju lain?"
"Gak apa apa kok, gadis kuil cukup banyak dimana mana"
"Iya kah?"
'aku kok gak tahu'
"Lagian kan kita pakai jubah"
"Ok lah"
Aku mengeluarkan jubah dan tudung lalu memakai nya.
"Ayo berangkat"
Kami berdua berjalan, lalu hampir mau ke hutan hijau.
Kami akhirnya tiba di hutan yang hijau.
Namun Hayase hanya berdiri diam di perbatasan.
"Ada apa?"
"Aku..."
Dia mencoba berjalan tapi ada sesuatu seperti dinding menahannya.
"....."
Aku langsung memegang tangan nya.
"Eh!"
Lalu aku menariknya.
Lalu aku melihat seperti kaca pecah dan hutan yang hitam menjadi hijau.
Dan hayase terjatuh.
Dia mengangkat kepalanya dan melihat tangan nya di tanah hijau.
Dia langsung berdiri dan mencoba berjalan ke arahku.
"Berhasil!!!"
Dia langsung memeluk ku.
"Rita trimakasih huaaaaaaah"
"Bayar pakai tuntunan mu"
"Siap!!!"
Kami berdua jalan ke arah tebing.
Lalu aku melihat paman macan dan paman burung hantu sedang berbicara.
"Grifang, Riaowl akhirnya aku yang mengunjungi kalian" teriak Hayase.
Reaksi paman macan dan paman burung hantu seperti melihat hantu di siang bolong.
"Itu beneran kamu?" Tanya paman burung hantu.
"Yap, aku berhasil keluar dari kurungan"
"Baiklah sesuai taruhan kita" ucap paman macan.
"Ayo tepati janji kalian, jangan malu ya" ucap Hayase
""Iya iya""
'mereka taruhan apa? Yang di taruhkan?, Apa ada hubungannya dengan aku'
'ini semakin menarik'
'hmm...'
"Tidaaaak aku benar benar tidak mau melakukan ini, aku mau seperti ini terus" ucap paman burung hantu.
"Ayolah, tepati janji kalian, dasar culun" ucap Hayase.
"Berrrrrrriiiiiisiiiiiik!!!" Teriak paman burung hantu.
Paman macan hanya menutup matanya.
"Riaowl hentikanlah, ayo kita tepati janji kita"
"Baiklah..."
Mereka kemudian menjadi cahaya dan membentuk wujud manusia dan...
"APAAAAA!?" Teriak aku.