Memejamkan mata Abi ingin menghilankan keruwetan pikirannya, apa yang akan ia lakukan. Disisi lain ini kewajibannya, dilain sisi bagaimana dengan anak semata wayangnya. Ada ragu yang menjalar dihati Abi, tidak hanya masalah anaknya akan tetapi tugas baru yang diembannya ditempat baru. Ketukan pintu terdengar dari luar, ia lelah butuh sendiri siapa si yang mengganggunya. Jika itu salah satu sahabatnya maka dapat dipastikan akan ia tendang, tapi kalau sahabatnya tidak mungkin mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Masuk" Jawab Abi
"Boleh saya masuk dan berbicara dokter Abimanyu?" Tanya dokter Awan senior atau ketua bedah di rumah sakit ini.
"Silahkan dokter kebetulan saya lagi senggang" Jawab Abi.
Melangkah kedalam ruangan dokter Awan duduk di sofa yang ada dirungan Abi.
"Mau minuman dingin dokter?" Tanya Abi.
"Boleh kalau ada, buat temen ngobrol kita" Jawab dokter Awan.
"Ada keperluan apa dokter Awan sampai datang ke sini. Biasanya jika penting dokter akan memanggil saya keruangan dokter" Tanya Abi.
"Tidak ada, hanya pingin ngobrol santai sama dokter Abimanyu" Jawab dokter awan.
Keheningan terjadi diantara kedua laki laki ini, tidak ada yang mau membuka pembicaraan terlebih dahulu. Padahal keduanya mempunyai hal yang ingin disampaikan tetapi tidak ada yang mau memulai. Setelah beberapa saat keheningan tercipta, ada deheman seseorang untuk mencairkan suasana.
"Tujuan saya kesini ingin membicarakan soal keputusan rumah sakit tadi di rapat. Sebelumnya saya ingin mengucapkan maaf dan selamat kepada anda dokter Abimanyu. Maaf jika keputusan rumah sakit ini begitu dadakan dan tanpa pemberitahuan terlebih dulu kepada dokter. Dan selamat atas kenaikan jabatannya" Seru dokter Awan.
"Saya hanya kaget dan bertanya tanya kenapa saya yang naik jabatan. Bukannya yang lebih senior dari saya banyak dokter?" Tanya Abi.
"Saya memang tidak membicarakannya secara langsung dengan dokter Abi, waktu itu saya diberi tahu ada 3 kandidat yang diajukan oleh pihak rumah sakit untuk pidah ke rumah sakit baru. Dan saya ditanya pendapat saya terhadap tiga kandidat itu. Saya sebagi ketua kalian selama ini tau mana yang siap dan mampu mengemban beban berat ini. Dengan jawaban yang saya tau, saya menjabarkan kelebihan dan kekurangan kalian dalam menghadapi setiap kondisi yang terjadi. Diluar ruang operasi maupun menangani setiap pasien" terang dokter Awan
"Dan salah satu kandidatnya saya?" Tanya Abi.
"Iya dokter Abi salah satu kandidat itu. Tetapi terlepas itu semua. Jawaban anda sendiri yang menentukan jabatan dokter sendir" Jawab doter Awan.
"Maksud dengan jawaban saya sendiri?. Kapan pihak rumah sakit menanyai saya dokter?"
"Satu minggu yang lalu saat kita rapat dengan semua dokter bedah dan pihak rumah sakit" Jawab dokter Awan.
"Hanya karena jawaban saya?, saya rasa bukan itu masalahnya. Bukannya dokter lain juga memberikan jawaban yang lebih bagus dari pada saya" Sanggah Abi.
"Ya benar yang anda bilang dokter. Akan tetapi dari tiga kandidat itu dokter Abi berpeluang untuk berangkat dari pada kedua kandidat lainnya. Dokter Ridwan istrinya dalam keadaan hamil besar tidak mungkin untuk ditinggalkan, dokter Bian dia masih ada tanggungan bimbingan dengan adik adik koas. Jadi menurut anda pihak rumah sakit akan membiarkan salah satu dari mereka yang berangkat. Sedangkan dokter sendiri disini tidak mempunyai tanggung jawab yang harus siaga 24 jam dan tidak punya tanggungan yang tidak bisa ditinggalkan" Terang dokter Awan mantap.
"Saya hanya merasa saya belum pantas dokter?" jawab Abi ragu ragu.
"Apa yang mendasari dokter berbicara jika dokter belum layak dan tidak pantas. Pihak rumah sakit dan para kandidat sudah saling berbicara jika anda jauh dikata pantas untuk membimbing di ruang bedah nanatinya" Jawab dokter Awan.
"Maksud dokter disini saya yang belum mengetahui akan hal ini, sedangkan yang lain sudah tau?" Tanya Abi.
"Dokter salah sebelum saya dan pihak rumah sakit memutuskan, kami sudah menawarkan kepada mereka berdua dan mereka sudah melangkah mundur dan mengajukan dokter sebagai orang yang pantas mendapatkan kenaikan jabatan ini. Bukan tidak menghormati keputusan dokter disini kami dikejar waktu untuk menentukan ulang. Jadi kami harap dokter bisa melakukan tugas baru ini dengan baik. Surabaya Jogja tidak lah jauh dokter bisa setiap minggu pulang" Jawab dokter Awan.
"Baiklah kalau itu sudah menjadi keputusan pihak rumah sakit, saya kuga tidak bisa menolak kan? tetapi saya meminta waktu keberangkatan saya diundur dulu dokter" Seru Abi.
"Satu minggu, rumah sakit memberikan waktu kepada anda dokter. Untuk sementara dokter akan tinggal dikamar istirahat dokter selama rumah dinas belum siap untuk ditinggali. Pihak rumah sakit sudah memiliki 3 pilihan rumah dinas nantinya yang akan dokter pilih untuk ditempati. Uang sewa dan biaya renovasi ditanggung pihak rumah sakit. Sebagai fasilitas dokter ketua untuk anda dokter. Tinggal dokter melihat dan memilih rumah mana yang akan dokter tempati. Dan setelahnya dokter bisa mengajak anak dokter untuk tinggal disana. Sekalian cari ibu baru dan istri untuk anda dokter" Goda dokter Awan sambal tersenyum kepada dokter Abi.
"Akhhh bukan itu maksud saya dokter, tapi kenapa malah membahas masalah cari pasanganl Seru Abi sambil salah tingkah mendengar godaan dokter Awan.
"Hhahahahaahahaha siapa tau disana dokter menemukan tambatan hati. Bukannya para wanita disini sudah tidak menarik bagi anda dokter" Goda dokter Awan.
Godaan godaan dari dokter Awan terus berlanjut, Abi berusaha mengalihkan pembicaraan dokter Awan. Mengalihkan pembicaraan soal pengalaman di rumah sakit dan mereka berdua bertukar pikiran tentang pengalaman masing masing dan mengali banyak pengalaman dokter Awan tentang kepemimpinannya. Pertukar berbagai pengalaman perjalanan hidup Abi banyak mengambil sisi baik dari pengalaman dokter Awan.
================================
Asyik fokus sama kerjaan Dila tidak menyadari dari tadi teman temannya sudah tidak ada dirungan, dia binggung pada kemana tu teman temannya. Gak mungkin kan di gondol penunggu bangunan. Ya kali tu penunggu doyan apalagi bawah si Vanya yang doyan makan bisa tekor tu penunggu. Dila tertawa dalam hati menertawakan pikirannya sendiri sungguh konyol. Melirik jam pada layar komputer masih belum jam istirahat kok, terus kemana tu Vanya dan bang Thomas.
Beberapa lama kemudian mereka berdua kembali dari kepergiannya. Dengan tumpukan dokumen di kedua tangan mereka. Bahkan bang Thomas pun ikutan membawah tumpukan dokumen. Busyet mereka mau apain tu dokumen, buat bungkus kacang apa gimana tu dokumen.
"Kalian berdua ngilang tiba tiba, balik balik bawah dokumen banyak banget. Mau kalian kilokan apa gimana ni?" Tanya Dila.
"Kamu kalau ngomong suka bener Dila, ni aku bantuin bang Thomas yang katanya kantongnya lagi kering kan lumayan bisa bagi hasil" Jawab Vanya sambil ketawa ngakak.
"Kampret lo ya Van, semiskin miskinya gue gak ngenes banget lah. Ini laporan marketing dua bulan yang lalu dikerjakan sama si ganjen. Dan kalau lo tau Dila sayang ini lapaoran semuanya rancu dan berantakan, semua laporan ini harus kita kerjakan ulang" Saut Thomas.
"Serius ini abang gak lagi ngeprank aku kan. Gila aja itu laporan banyak banget sampai jam berapa hari ini lembur" Seru Dila syok dengan kenyataan yang ada.
"Yaudah bang bagi tiga aja biar cepet aku juga gak mau ya kalau lembur berhari hari" Saran vanya.
"Gimana gak lembur berhari hari ini gak seberapa masih ada lagi bentar lagi bakalan dianter sama si Mamad. Dan kalian harus tau senin udah dikumpuli" Jawab Thomas.
"Gila bang ini mau bunuh kita kita atau apa ini, ini udah rabu bang kalian benar benar mau ngebunuh ya?" ucap Dila penuh emosi.
"Dari pada ribut kita isi tenaga dulu sebelum tempur, udah jam makan juga" Lerai vanya
"Yaudah ayok" Jawab Thomas dan Dila barengan.
Mereka bertiga beranjak dari ruangan menuju kantin atau tepatnya warung sebelah pabrik yang jadi tempat seluruh karyawan perusahaan ini makan disana. Jika para karyawan bosan barulah mereka akan makan ditempat lain. Perjalanan mereka di selingi dengan perdebatan antara Vanya dan bang Thomas yang tak ada mau mengalah.