Chereads / JODOH KEDUA / Chapter 5 - BAB 4

Chapter 5 - BAB 4

Bayu yang ditegur seperti itu oleh dokter Awan hanya bisa menahan malu, mau ditaruh mana mukanya nanti jika mereka bertemu dengan dokter Awan. Apalagi dokter awan seniornya otomatis dia akan sering bertemu, Bayu tak sangguh melupakan kejadian memalukan ini. Rasanya dia ingin melompat kelaut saja sumpah demi tuhan dia malu banget.

"Kampret banget kamu Bi kok gak bilang kalau ada dokter Awan disini. Semprot Bayu kepada Abi". Abi tertawa kencang sekali.

"Kamunya aja bego, kebiasan mu itu kalau masuk ketuk pintu dulu jadinya gak malu sendiri kan" Saut Abi.

Bayu hanya bisa mendengus mendengar ledekan Abi. Muka Bayu masih merah sampai telinga. Sungguh ia malu sekali ini namanya senjata makan tuan. Niat dia ingin mengagetkan Abi malah dia yang jadi malu sendiri, apa lagi dia tadi berlagak mengelikan sekali. Ya alloh malunya Bayu menutup mukanya dengan kedua tangannya. Abi hanya tertawa terbahak bahak melihat Bayu. Tak lama tertengar langkah masuk dari luar dan ternyata si Yuda masuk keruangan Abi.

"Kenapa tu muka Bayu kok merah sampai ketelinga dan kamu Abi kenapa tertawa sampai segitunya. Bayu gak sakit kan?"Tanya Yuda.

Abi tertawa kencang lagi sambil memegangi perutnya, ia sungguh gak tahan mengingat tingkah bayu lagi.

"Kenapa si kalian ditanya bukannya jawab malah ketawa satunya malah diam aja. Heh kalian kenapa si?" kesal Yuda kepada kedua temannnya.

"Sumpah kamu gak lihat si Yud konyolnya Bayu tadi, dokter Awan aja sampai geli sama si Bayu dan takut gitu lihat si Bayu" Jawab Abi sambil ketawa.

"Konyol bagaimana Bi?" Tanya Yuda.

Abi menceritakan dari awal kejadian dimana saat kedatangan bayu untuk mempermalukan dirinya sendiri dihadapan dokter Awan. Dan jangan lupakan raut muka dokter Awan dan Bayu yang syok melihat hal itu. Muka merah padam bayu dan juga teguran dari dokter Awan untuk Bayu.

"Hahaahahahahahahaha" Yuda tertawa kencang mendengar hal mengelikan temannya itu. Iya gak menyangkah tingkah jahil Bayu mengenai dirinya sendiri. Tertawa terbahak bahak Yuda gak habis pikir urat malu temannya dikemanain. Apalagi ini live didepan senior yang Bayu hormati dan segani.

"Kamu malu maluin aja si Bayu, tante Ana ngidam apa si pas hamil kamu" Seloroh Yuda.

"Kampret kalian, mana aku tau kalau ada dokter Awan di ruangan Abi. Sumpah aku malu sama dokter Awan" Jawab Bayu.

"Bego dipiara si kamu Yu, kurang kurangi tu jail sama teman kualat kan kamu. Kalian mau disini aja apa ikut aku makan, lapar ini aku niatnya kesini mau ngajakin makan malah kepending" Tanya Yuda ke dua sahabatnya.

"Makanlah, tadi aku niatnya juga gitu ke sini buat ngajak Abi makan terus mampir keruanganmu, sayangnya aku apes kesini dan bikin malu diri sendiri" Jawab Bayu.

Abi dan Yuda tertawa mendengar dan melihat muka Bayu yang merah padam, baru kali ini Bayu terlihat sangat malu akan tingkahnya. Biasanya dia akan cuek dengan segala tingkah konyolnya, ibarat kata urat malu Bayu sudah putus dari dulu mungkin urat malunya gak ada dari orok. Mereka bertiga berjalan bersama kekantin dengan Abi dan Yuda yang masih menertawakan tingkah Bayu tadi.

Sepanjang perjalanan mereka menjadi pusat perhatian para kaum hawa, terutama para fans Abi yang melihat idolanya tertawa lepas seperti itu. Bagai tertimpa rezeki nomplok yang bisa melihat Abi tertawa lepas seperti itu, Abi yang jarang tertawa bukan jarang bahkan tak pernah tertawa seperti ini bagai taman bunga bagi para fans melihat tawa Abi. Mungkin jika para fans bisa bilang mereka akan bilang dokter Abi jauh lebih menawan saat tertawa. Akan tetapi mereka hanya bisa mengungkapkan dalam hati, tak berani berbicara langsung ke Abi.

Terdengar juga bisikan bisikan kesedihan dan juga ucapan selamat untuk Abi atas kenaikan jabatannya. Kabar Abi naik jabatan sudah menyebar keseluruh penghujung rumah sakit bahkan para pasien pun tau kalau Abi naik jabatan. Benar benar kedahsyatan penyebar berita fans Abi patut diacungi jempol, padahal pengumuman Abi naik jabatan baru 1 jam yang lalu. Tapi lihatlah berita itu menyebar bagaikan virus kemana mana.

================================

Baik Dila, Vanya maupun Thomas tak ada yang bersuara semuanya fokus pada komputer masing masing dan dokumen yang menumpuk. Mereka memeriksa satu persatu dokumen itu dan mengulang ngerjakan di komputer. Fokus mereka adalah laporan dan dokumen ini beres biar gak sampai lembur minggu depan. Jam sudah menunjukkan 16.00 wib berarti mereka fokus dengan dokumen ini selama 3 jam dan masih belum bisa menyelesaikan seperempat dari tumpakan dokument ini

Dila merenggangkan tubuhnya dari lelahnya terus menerus memandangi layar komputer. Sambil menguap lebar Dila merasa tubuhnya butuh cafein untuk meredahkan kantuknya.

"Ada yang butuh kopi gak?" Tanya dila kepada Vanya dan Thomas yang masih bergelut dengan dokumen dokumen dihadapan mereka keduanya menoleh kearah Dila.

"Aaakh,,, gak dari tadi aja si Dil nawarinnya. Mataku sepet banget sumpah gak tahan aku. Belum malam aja dah sepet apa lagi entar kayak apa ini" Saut Vanya.

"Satu kopi hitam ya Dil buat Gue" Saut Thomas.

"Kalian kira aku ini babu apa, aku ini tanya siapa tau ada yang mau bikin sekalian aku nitip. Bukan kalian yang malah nitip" saut Dila dengan nada jail.

"Lah berarti tadi kamu cuma tanya baut nitip gitu?" seketika vanya mendengus mendengar Dila berbicara. Memang temen laknat dikira tadi dia nawarin taunya cuma mau nitip aja kampret emang Dila. Vanya mendumel di tempat duduknya.

"Nada lo itu nawarin Dila bukan nanyak, lama lama gue gulung juga lo ya sama dokumen ini sekalian gue buang ketempat sampah" Sungut Thomas jengkel dengan Dila.

"Masak si bang perasaan aja kali. Aku itu nanyak buat kalian terus niatnya mau nitip" Jawab Dila dengan muka tanpa dosa.

Seketika tawa kencang Dila menggelegar memenuhi ruangan administrasi ini. Melihat kejengkelan teman temannya sungguh Dila puas, kantuknya lenyap seketika. Ini yang gak orang lain tau bahwa kenyataanya Dila akan jail keteman temanya, diluar Dila akan menjadi pribadi yang pendiam.

"Ulu ulu ulu ada yang ngambek. Iya iya aku buatin, gak setega gitu aku tu sama kalian muka kalian tu penuh dengan derita. Haahahahhahaahaa" Jawab Dila sambil ketawa ngakak.

"Sialan lo ya Dil" kompak Vanya dan Thomas ngumpati Dila.

Berjalan keluar menuju pantry dengan senyum yang mengembang, ia berhasil menggerjai teman temannya. Saat dilorong Dila berpapasan dengan beberapa karyawan dan menyapanya dengan sopan. Sampai dipantry Dila menyalakan teko pemanas air, mengambil tiga gelas menuang kopi dan gula. Sambil menunggu Dila merebahkan kepalanya di meja yang tersedia di pantry.

Seseorang masuk ke pantry kaget saat melihat ada Dila diruangan itu. Orang itu adalah yang masuk itu adalah jovan anak design atau bisa dibilang manager design. Salah satu pengagum Dila dari sekian banyaknya laki laki yang mengidolakan Dila, Jovan termasuk orang yang berpentensial mendapatkan hati DIla bagi yang tau ya.

"Belum pulang Ardila?"Tanya Jovan.

Dila kaget dan langsung menoleh ke arah suara. Ternyata Pak Jovan salah satu atasan disini.

"Belum pak" jawab Dila dengan kikuk.

"Kamu minum kopi sebanyak itu? Tidak baik mengkomsumsi kopi berlebihan" Saut Jovan saat melihat ada tiga gelas kopi di meja pantry.

"Untuk teman teman pak, buat menghilangkan kantuk disaat lembur seperti ini. Bapak juga mau bikin kopi?" Tanya Dila.

"Iya, kamu juga lembur? "Tanya Jovan

"Iya pak nyelesaiin laporan yang belum selesai. Sekalian mau saya bikini kopinya pak?" Tawar Dila dengan basa basi.

"Boleh kalau kamu tidak keberatan" jawab Jovan tersenyum.

Dila membuat kopi untuk jovan sekalian, bukan maksud mau ganjen atau cari muka. Gak enak saja disaat dia bikin kopi ada atasasn mau bikin masak iya dia gak nawarin entar dikira gak sopan lagi. Lagian dia juga masak air lebih jadi sekalian aja. Menyelesaikan membuat kopi Dila memberikan kopi kepada Jovan.

"Terimakasih kopinya Ardila" ucap Jovan dengan tulus.

"Sama sama pak hanya kopi lagian saya sekalian bikin" Jawab Dila.

Beranjak dari pantry menuju ruangnnya Dila, ada tangan yang mencekalnya saat Dila akan membuka pintu pantry untung kopi ditanganya tidak tumpah. Melihat siapa yang mencekal tangannya, saat Dila melirik tangan itu Jovan segera melepasnya.

"Maaf Ardila jika saya tidak sopan tiba tiba memegang tanganmu. Saya hanya mau mengajak kamu makan bareng sebagai ucapan terimakasih telah membuatkan saya kopi" Seru Jovan sambil mengaruk kepalanya yang gak gatal. Dalam hati kapan lagi kesempatan untuk mengajak Ardila keluar sekalian bisa mendekatkan diri.

"Maaf pak saya masih harus segera menyelesaikan laporan saya, kemungkinan saya akan lembur sampai sabtu. Jadi untuk waktu dekat ini saya tidak ada waktu" Jawab Dila menolak secara halus ajakan Jovan.

"Gak harus sekarang atau dalam waktu dekat Ardila, saya bisa nunggu kamu kapan pun jika kamu ada waktu luang. Ini bentuk rasa terima kasih saya terhadap kamu yang telah buatin saya kopi" Jawab Jovan penuh harap dan berdoa semoga Dila mau dengan ajakannya.

"Baiklah kalau begitu nanti jika ada waktu saya akan memberi tahu bapak" Jawab Dila dengan gak enak hati dengan perasaan kesal Dila mengiyakan ajakan Jovan.

"Kalau begitu boleh saya minta nomer hp kamu?" Tanya jovan memcari peruntungan.

Dengan berat hati Dila memberikan nomer hpnya kepada jovan. Semoga saja Jovan bukan orang suka tebar pesona ataupun gombal, jujur Dila geli dan risih jika ada orang yang seperti itu. Dulu waktu baru Dila masuk di perusahaan ini ada yang menghubunginya dan bikin Dila ilfil sama itu orang. Setelah memberikan nomer hp Dila pamit ke Jovan untuk kembali keruangannya.