Pembicaraan unfaedah Thomas dan Vanya berhenti setelah mereka berada didepan warung yang bertulisan warung Mbok Dar dengan papan besar. Vanya melihat sekeliling untuk mencari tempat duduk. Menemukan tempat duduk kosong di pojokan vanya mengajak yang lain kduduk disana.
"Kita duduk dipojokan itu aja gak papa kan, ditempat lain penuh soalnya." Kata vanya
"Iya gak papa dari pada makan sambil berdiri, kalian mau pesan apa? Aku aja yang pesan kalian duduk aja disana." Jawab Thomas.
"Yaudah kita duduk ya bang, untuk makanan samain aja bang lagi gak pingin makan apa apa?" jawab vanya.
Sedangkan Dila dari tadi diam saja tanpa mau ribet dengan kedua temannya, Dila sebenarnya risih dipandangi oleh banyak pasang mata. Dia gak nyaman makan ditempat ramai seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi dia kesiangan tadi terpaksa gak sarapan dan gak bawah bekal.
"Ya udah Dil kita duduk aja biar bang Thomas yang pesenin" Ajak vanya ke pada Dila.
Vanya dan Dila menuju meja dipojokan, mendudukkan diri vanya dan dila melepaskan penat. Dila mendudukan diri menghadap sawah yang ada dibelakang warung ini. Sedangkan vanya duduk di depan Dila. Dila memandangi hijaunya persawahan sedangkan Vanya sibuk dengan hpnya dan chat entah dari siapa. Tak lama kemudian Thomas datang membawah satu piring gorengan dan kerupuk.
"Gue pesan lontong balap sama es jeruk. Gak papa kan?" Seru Thomas.
"Gak papa bang dari pada yang lain. Suasananya juga lumayan ngedukung bang. Lagian aku mau makan apa aja oke, yang penting perut kenyang" Saut Vanya.
"Kamu apa yang gak kamu makan Van, tai kucing dilapisi coklat juga kamu makan" Jawab Dila sambil terkekeh.
"Hahahahahahahahahah kalau dia gak doyan lagi Dil. Tapi ngabis ngabisin, yang gue heran dia makan banyak tapi kok gak gendut gendut malah kurus kering kerontang gitu. Kasian pacar lo Van gak ada yang bisa dipegang" Seru Thomas sambil ngakak.
"Kampret kalian berdua. Enak aja lo bang ini namanya body ideal, banyak cewek repot repot diet biar kurus kalau aku kan gak. Diajak makan aja gak perlu repot aku lagi diet dan blabla bla" Sewot Vanya tak terima.
"Iya bener si Van kata lo cuma kan gak ada montok montoknya lo, jadi berasa pegang papan cucian gitu" Saut Thomas ngejahili Vanya.
"Sumpah ya bang mulut mu perlu dilakban enak aja kayak gini dikira papan cucian. Mata mu mulai rabun kali bang" Jawab Vanya dengan muka di jutek jutekin.
"Udah ikh,, kalian ini ribut mulu dari tadi dilihatin tu sama yang lain malu tau" Lerai Dila.
"Bang Thomas tu Dila yang mulai duluan" Saut Vanya tak terima.
"Dih gue kan bilang kenyataan Van. Udah terima aja kenyataan lo kalau lo rata gak ada bentuknya gitu. Pantes pacar lo kabur mulu gak ada yang awet" sanggaj Thomas dengan muka jail.
"Udah bang tu makanan udah selesai. Jangan ribut mulu makan aja biar kenyang butuh tenaga kita hari ini" Saut Dila melerai perdebatan Vanya dan bang Thomas.
"Permisi bang ini pesanannya tiga lontong balap sama tiga es jeruk. Ada lagi yang mau dipesan bang atau mbaknya mau nambah lagi?" selah mas mas salah satu pelayan warung ini.
"Ngak usah mas ini udah cukup kok. Maksih ya mas" Jawab Vanya.
Mas mas pelayan tadi pergi dari hadapan mereka.
"Yaudah yuk kita makan aja terus balik ke kantor kerjaan menunggu" Seru Thomas.
Mereka bertiga makan dengan tenang dan hikmat, menikmati setiap suapan yang masuk. Lontong balap disini memang enak banget tak ada duanya. Selama Dila berada di kota Surabaya ini sudah banyak mencoba lontong balap tapi gak ada yang seenak ini, bumbu dan kuah tercampur dengan sempurna. Jangan salah semua makanan disini enak enak, banyak karyawan dari perusahaan lain pun berlomba lomba untuk makan di warung ini. Untungnya perusahaannya dekat jadi mereka gak perlu jauh jauh untuk menyantap makanan disini.
Menghabiskan makanan mereka dengan cepat, mereka segera melangkah kembali ke kantor untuk segera menyelesaikan laporan yang sudah menggunung. Vanya membawah bungkusan camilan untuk menemani dia lembur hari ini dan tiga hari kedepan. Sebenarnya hari sabtu diperusahaanya ini tidak mewajibkan mereka masuk full hari bahkan bisa libur jika tanggungan pekerjaan mereka beres. Tapi jika pekerjaan mereka banyak terpaksa harus lembur.
Apa lagi minggu depan sudah masuk minggu terakhir diakhir bulan jadi dapat dipastikan laporan dan berkas berkas akan banyak dan itu akan menumpuk jika yang ini tidak segera dikerjakan tangungan yang tadi. Mereka gak mau lembur sampai akhir bulan. Terpaksa harus kerja ekstra untuk tiga hari kedepan. Sesampainya mereka dirungannya mereka langsung membagikan laporan dan mengerjakannya dengan serius dan tenang. Hanya bunyi ketukan keyboard yang terdengar dirungan ini.
================================
Banyak hal yang telah dokter Awan lalui dari mencari beasiswa untuk melanjutkan kuliah kedokteran, perjuangan koas dan kerja part time, menangani pasien juga soal kehidupannya semua itu menjadi pengalaman yang gak seberapa dibanding dirinya. Bagai cambuk untuk diri Abi semua yang dikatakan dokter Awan masuk ke hati dan pikirannya. Ternyata banyak hal yang belum dia ketahui dalam kehidupan ini Abi merasa bodoh dan menyesal selama ini dia merasa bahwa dirinya menjadi orang yang paling menderita.
Ternyata jauh dari yang dia alami masih banyak yang lebih menderita dari pada dia. Tertohok dengan kenyataan orang lain Abi merasa menjadi kecil seketika. Ya alloh ampuni hamba yang kurang bersyukur atas nikmat yang engkau berikan. Betapa beruntungnya dirinya masih mempunyai orang tua lengkap, bisa mengenyam pendidikan sampai keluar negeri tapan perlu memikirkan biaya hidupnya.
Tak terasa pembicaraan mereka sudah 1 jam lamanya bahkan lebih sampai menunjukkan jam 12.15 waktu istirahat. Disaat sedang asyik berbicara mereka di ganggu oleh suara lantang yang tak tau malu dan tak tau sopan santun langsung membuka pintu. Siapa lagi kalau bukan Bayu sahabat kampretnya.
"Abi sayang yuk kita makan, anak mu yang diperut sudah memintah jatah makan. Sayang Abi sa...yang" teriakan Bayu dengan gaya di ngondek ngodekin terputus saat Bayu melihat dokter Awan dirungan Abi. Dengan muka syok dan malu Bayu menyapa dokter Awan.
"Maaf maaf dokter saya tidak tau jika dokter Awan ada disini" Seru Bayu tak enak hati karena masuk tanpa mengetuk pintu main nyelonong aja dan jangan lupakan gayanya tadi. Bayu sungkan dengan seniornya ini sambil cengar cengir Bayu salah tingkah sendiri.
"Tidak apa apa dokter Bayu kami hanya berbincang bincang ringan, tapi dokter Bayu lain kali tolong ketuk pintu dulu kalau masuk ruangan orang lain, biar yang didalam gak jantungan" Tegur dokter Awan sambil tersenyum ia tau bahwa anak buahnya yang satu ini sunggu luar biasa tingkahnya.
"Iya maaf dokter lain kali saya akan mengetuk pintu dulu sebelum masuk keruangan" jawab Bayu rada tak enak dengan seniornya.
"Dokter Bayu ada perlu apa datang keruangan ini?" Tanya Dokter Awan.
"Saya hanya ingin mengajak Dokter Abi makan siang dokter, Apa dokter ingin sekalian gabung dengan kami?" Tanya Bayu basa basi.
"Saya kebetulan ada janji dengan yang lain, kalian berdua saja yang makan. Lain kali saja saya gabung dengan kalian" Jawab Dokter Awan.
"Baiklah kalau begitu dokter, lain kali kami undang dokter untuk makan bareng dengan kami" Jawab Bayu.
"Baik saya tunggu undangannya. Oh iya dokter Bayu tolong dikurangi tingkah aneh dokter seperti tadi, saya rasa tidak pantas apalagi sampai dilihat orang lain terutama keluarga pasien. Takutnya dikira dokter ada hubungan khusus dengan dokter Abi. Saya kasian dengan dokter Bayu kalau sampai ada rumor yang gak baik. Kasian nanti tidak segera menikah" Tegur dokter Awan sambil berjalan keluar dengan raut muka aneh.
"Baik dokter tidak akan saya ulangi lagi. Jawab Bayu dengan wajah yang merah padam menahan malu.
Abi terkekeh kecil melihat tingkah konyol sahabatnya ini, sebenarnya dia ingin tertawa kencang dari tadi hanya saja Abi sungkan dengan dokter Awan. Abi gak mau menjatuhkan pamornya terhadap dokter Awan. Tetapi melihat pemandangan didepannya ini tidak ia sia siakan begitu saja, kapan lagi melihat Bayu malu dihadapan orang. Ini sungguh kejadian langkah yang pernah terjadi, andai ada Yuda dipastikan Yuda akan mengabadikan momen ini dan membagikan ke pada sahabat yang lainya.