Chereads / secret admirer boss / Chapter 15 - Hari yang tak terlupakan

Chapter 15 - Hari yang tak terlupakan

Seperti rencana mereka bahwa diakhir pekan, Mayang dan Firman akan mengunjungi rumah orang tua Firman. Dan disinilah mereka sekarang, di ruang tamu keluarga Firmansyah.

"Jadi kapan kalian akan menikah?" Tanya Mami Firman setelah acara perkenalan dan basa-basi mereka.

"Jadi mami merestui kami?" Tanya Firman antuas, dan dengan menampilkan senyum lebar menatap ke arah maminya penuh harap.

"Tentu saja, asal kau bahagia, mami percaya kamu tidak sembarangan memilih perempuan, dan setelah melihat dan mengenalnya langsung, mami semakin percaya." Kata maminya dengan tersenyum anggun.

"trimakasih mami, mami memang yang terbaik." Kata Firman sambil berjalan ke arah maminya dan memberi pelukan hangat pada maminya.

"Trimakasih tante." Ucap Mayang tulus.

"Panggil mami, jangan tante, sebentar lagi kamu akan jadi menantu mami." Jawab Mami dengan tersenyum.

"Jadi kapan kamu mau melamar Mayang ke orang tuanya?" Tanya Mami

"Nanti sepulang dari sini, kita akan langsung ke kampung halamannya Mayang, di Kota B." Jawab Firman sambil kembali duduk di samping mayang.

"Bagus kalau begitu, sekarang kalian makan terus siap-siap nanti takut kemaleman sampai sana." Ujar sang Mami.

"Bik, tolong siapkan makan siang sekarang." Perintah mami pada asisten rumah tangganya.

"Baik Nyonya." Jawab si Bibik dari arah belakang.

"Firman, Mayang ayo kita makan bersama." Ajak sang mami sambil bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah ruang makan.

Dimeja makan si Bibik sudah menyiapkan masakan kesukaan Firman karena tahu kalau Firman akan pulang ke rumah.

"Trimakasih Bik." Ucap Firman pada asisten rumah tangganya, yang sedang meletakkan sayur terakhir ke meja makan.

"Silahkan Mayang, jangan malu-malu, anggap rumah sendiri." Kata mami sambil meletakkan ayam goreng ke piring Mayang dan Firman.

"Kalian harus makan yang banyak, kalian akan menempuh perjalanan jauh jadi butuh tenaga banyak." Sambung sang mami

"Trimakasih mi." Ucap Mayang.

Mereka bertiga makan dengan hikmat tanpa ada suara, dan setelah selesai makan siang, mami pamit untuk istirahat sebentar di kamar karena masih lelah akibat perjalanan jauh.

Sedangkan Firman mengajak Mayang duduk di gazebo di taman belakang rumah, menikmati angin semilir dan tanaman bunga yang indah.

"Aku kira, mami akan marah dengan hubungan kita, dan tidak menyetujui hubungan kita, Fir."

"Mami sangat menyayangiku, jadi dia akan menuruti semua kemauanku."

"Tapi kenapa kamu ga bilang kalau aku sedang hamil."

"sengaja, untuk kejutan mami, setelah kita menikah nanti, apa kamu keberatan?"

"enggak, itu terserah padamu saja."

"Jadi jam berapa kita berangkat ke rumah mu?"

"terserah kamu mau jam berapa, aku ikut saja."

"Ya udah, kita berangkat jam dua siang saja, biar ga kemaleman sampai sana."

"Oke, kita sholat dulu yuk."

"Ayok, kita sholat dikamarku saja ya."

"Hm."

Firman mengandeng tangan Mayang, dan membawanya ke lantai atas rumah besar milik orang tuanya, menuju ke salah satu kamar dengan nuansa eropa yang cukup kental.

Tidak ada satu orang pun yang berani memasuki kamar Firman termasuk maminya, karena Firman akan marah besar jika ada yang berusaha masuk ke kamarnya tanpa ijin, itu semua karena ada rahasia cinta terpendamnya selama ini, maka ketika Mayang masuk ke dalam kamar Firman dia langsung menutup mulutnya karena terkejut, ada banyak foto tergantung di dinding kamar itu, dan semua itu adalah Foto candid yang Firman ambil ketika di sekolah, yap. Seluruh isi kamar Firman tergantung Foto mayang saat masih menggunakan seragam SMU, entah itu pakai baju osis atau olahraga, semua kegiatan Mayang di sekolah tak pernah luput dari jepretan kamera Firman.

"Bagaimana bisa aku tak menyadari kalau kau selama ini mengambil fotoku?"

"Karena kau terlalu fokus dengan kegiatanmu, bahkan kau tak pernah menghiraukan orang-orang disekelilingmu." Ucap Firman sambil memeluk Mayang dari belakang, ketika Mayang sedang mengamati salah satu Foto dirinya.

"Aku mencintaimu, Fir." Ucap Mayang dengan menyandarkan tubuhnya pada tubuh Firman.

"Aku sangat mencintaimu May, sangat, dari dulu sampai kapan pun, aku akan tetap mencintaimu."

"Terimakasih Fir, kau membuat hidupku sempurna." Mayang menutup matanya merasakan hangatnya pelukan Firman.

"Kau yang membuat hidupku sempurna, tanpa kamu akan tak kan mampu hidup." Ucap Firman lalu mencium pucuk kepala Mayang.

"Yuk, sholat dulu, nanti kita terlambat berangkat." Ucap Firman.

"Oke."

Sementara di kamar, Mami Firman sibuk menelpon seseorang.

"Bagus, lakukan dengan benar, jangan melakukan kesalahan sedikitpun." Kata Mami pada seseorang yang sedang ia telpon.

"Baik, anda tak perlu khawatir, saya akan melakukannya dengan sangat rapi." Jawab seseorang di seberang telpon.

"Lakukan sekarang, sebelum mereka berangkat." Perintah mami pada lawan bicaranya. Dan setelah itu telpon ia tutup.

Senyum culas terbit dari wajah cantik nan ayu walau usianya tak lagi muda, siapapun tak akan mengira jika dalam diri wanita bak malaikat pelindung sebenarnya tersembunyi aura kejam yang menakutkan.

Mami Firman segera merubah ekspresinya ketika mendengar ketukan dari pintu kamarnya, dengan langkah anggun ia melangkah menuju pintu kemudian membukanya.

"Mi, Kita berangkat dulu nanti takut kemaleman kalo sampai sana." Ucap Firman berpamitan pada maminya.

"Baiklah, kalian hati-hati ya, kabari kalau udah sampai sana." Mami memeluk tubuh kekar Firman, kemudian setelah beberapa saat dia beralih menatap mayang.

"Mayang, mami titip salam untuk orang tua kamu, maaf mami tidak bisa ikut, karena badan mami masih capek."

"Iya mami, ga apa-apa, nanti Mayang sampaikan salam dari mami untuk ayah dan ibu."

"Trimakasih Mayang, kalian hati-hati ya." Ucap mami.

Mayang dan Firman bergantian cium tangan mami, kemudian mereka turun kebawah menuju halaman rumah diantar sang mami yang terus saja mengandeng lengan Mayang dengan lembut.

Mobil yang dikendarai Firman dan Mayang meluncur ke jalanan yang padat, Firman mengemudikan mobilnya dengan kecepatan standar, sampai pada saat ia mulai keluar dari tol dan memasuki area pegunugan Firman merasakan ada yang salah dengan mobil yang ia kendarai, dia mencoba menginjak rem namun mobil tidak juga berhenti, padahal di depan ada tikungan tajam jika dia tidak segera mengerem mobilnya dia takut akan terjadi sesuatu yang berbahaya. Jantung Mayang berdebar kencang saat Firman memberi tahunya kalau rem mobilnya tidak berfungsi.

"Fir, bagaimana ini? apa kita akan baik-baik saja?" Mayang merasakan ketakutan yang luar biasa.

"Semoga Allah melindungi kita May, dengarkan aku, jika terjadi sesuatu padaku, aku mohon jaga baik-baik anak kita." Ucap Firman sambil terus berusaha mengendalikan mobilnya.

"Fir, kita akan baik-baik saja, sebentar lagi kita akan sampai."

Firman tidak menjawab, dia hanya melihat wajah Mayang sekilas dan kembali melihat ke arah jalanan yang mulai berkelok, dan saat di tikungan tajam Firman tak mampu mengendalikan mobilnya, dan...

DUUUUUAAAAAKKKK

Mobil yang di kendarai Firman dan Mayang menabrak batu dipinggir jurang, Firman segera memeluk Mayang untuk mengurangi cidera yang pasti akan terjadi.

Beberapa saat kemudian ada dua mobil jeep datang dan berhenti di lokasi, disana sudah banyak orang mengerubungi mobil yang menabrak batu pembatas jalanan, dan orang-orang dari dalam mobil itu langsung keluar dan mengevakuasi Mayang dan Firman, para warga membiarkan mereka dibawa pergi karena mereka mengaku keluarganya, akhirnya Mayang dan Firman dibawa menggunakan mobil yang berbeda.