"May, kayaknya weekend ini kita ga jadi ke rumah orang tuamu deh." Ucap Firman sambil duduk di atas meja kerja Mayang.
"Lho, kenapa Fir?" Tanya Mayang sambil menghalau tangan Firman yang sedang memainkan rambutnya.
"Mami semalem telpon, katanya dia akan pulang akhir pekan ini, jadi aku ingin ngenalin kamu ke mami dulu, gimana?" Tanya Firman sambil menatap Mayang penuh dengan rasa Sayang.
"Ya udah ga apa-apa," Jawab Mayang sambil membalas tatapan Firman yang sealu membuat jantungnya berdebar.
"Mami pasti seneng lihat kamu, selama ini dia selalu mendukungku apapun keputusanku."
"Semoga saja, tapi kalau mami kamu ga suka sama aku gimana, Fir?" Mayang menunduk.
"Kamu tenang aja, mami pasti suka kog." Ucap Firman sambil mengangkat dagu Mayang kemudian memberikan kecupan pada bibir ranum milik Mayang.
"Ini di kantor."
"Dan aku bosnya."
"Kalau ada yang ihat gimana?" Tanya Mayang sambil tangannya membetulkan posisi dasi Firman.
"Siapa yang lihat, ini ruanganku, dan disini cuma ada kita berdua." Kata Firman sambil mencubit hidung Mayang gemas.
"Ya udah, terserah, bos mah bebas, tapi inget di meja Pak Bos udah numpuk tuh, file-file yang harus diperiksa.
"Oke-Oke sekertarisku yang galak, untung aja bos nya sayang he"
"Udah sana.." Mayang mendorong tubuh Firman supaya pergi ke meja kerjanya sendiri.
"Oke, nanti setelah makan siang kita ke dokter kandungan kan? aku dah bikin janji dengan temanku yang seorang dokter kandungan."
"Iya, Iya, bawel."
Firman kembali kemeja kerjanya dan sesekali melirik ke arah Mayang yang pipinya semakin chubby, membuat Firman semakin gemas dan selalu ingin mencium pipi itu.
Ketika mereka sedang asyik melakukan pekerjaan masing-masing, Telpon dimeja Mayang berbunyi.
"Permisi Mbak Mayang, Dibawah ada tamu yang ingin bertemu dengan Pak Firman, apa beliau boleh masuk?"
"Siapa namanya? biar saya tanyakan ke Pak Firman."
"Namanya, Nona Jenifer, dia dari luar negeri."
"Oke, sebentar."
Mayang meletakkan gagang telpon di atas berkas yang sedang dia baca, kemudian dia melangkah ke depan meja Firman.
"Fir, ada perempuan dibawah namanya Jenifer, katanya dia ingin bertemu dengan mu, apa kau mau menemuinya?"
"Jenifer?" Firman mengernyitkan dahi...
"Suruh dia masuk."
Mayang kembali ke meja nya dan kembali memegang gagang telpon sweraya menyampaikan bahwa Jenifer diijinkan bertemu dengan bos tampannya.
Mayang melanjutkan pekerjaannya, namun pikirannya melayang entah kemana. Tak lama kemudian pintu diketuk dari luar, dan muncullah sesosok perempuan cantik yang memiliki mata coklat yang indah.
"hai Fir, " Sapa Jenifer, Firman tersenyum dan menatap gadis di hadapannya.
"Duduklah Jen, kamu apa kabar? kapan kamu puang dari luar negeri?" Tanya Firman santai tanpa tahu reaksi Mayang sejak kedatangan gadis bermata coklat itu wajahnya sudah berkabut, penuh cemburu.
"Tadi malam, aku kangen sama kamu, jadi pagi-pagi aku sengaja nemuin kamu dikantor, sebenarnya semalam aku mampir ke rumahmu, tapi tak ada siapapun, kata asisten rumah tanggamu, kamu ga pernah pulang."
"Ya, aku di rumah caon istriku semalam."
"Apa?! kamu sudah punya calon istri?" Tanya Jenifer dengan hati yang tiba-tiba terasa sakit.
"Iya, nanti aku akan kenalkan dia padamu." Kata Firman santai, tanpa mengetahui hati sahabat kecilnya itu sakit.
"Oke, Aku tunggu kau mengenalkan dia padaku." Ucap Jenifer sambil tersenyum terpaksa karena rasa sakit hati yang tiba-tiba.
"Baik, aku akan cari waktu yang tepat." Ucap Firman santai sambil menyandarkan pungungnya ke kursi kebesarannya.
"Baiklah Fir, aku pamit dulu ya, aku mau ke makam nenek dulu."
"Oke, hati-hati Jen, maaf aku tak dapat mengantarmu,"
"Tak masalah, kamu kan sedang sibuk."
Firman bangkit dari duduknya, dan membukakan pintu untuk Jenifer.
"Bye Fir."
"Bye."
Firman kembali menutup pintu ruangannya, dan berjalan menghampiri Mayang yang sedang serius menatap layar komputer di depannya. Firman memeluk Mayang dari belakang, kemudian mencium pipi kanan Mayang gemas secara bertubi-tubi.
"Apaan sih, Fir... aku ngundurin diri nih jadi sekertaris kamu, lama-lama kamu ga profesional."
"Maaf sayang, lagian dari tadi aku perhatiin kamu manyun gitu, kenapa? kamu cemburu ya?" Kata Firman sambil membelai rambut Mayang.
"Siapa yang cemburu?"
"Kamu lah."
"Ga tuh."
"Ya udah kalo ga cemburu, jadi ntar malem boleh dong, aku jalan sama Jenifer."
"Sekalian aja dia yang kamu ajak nikah." Jawab Mayang dengan raut cemburu yang sudah tak tertahan.
"HaHaHaHa, gemes ih." Ucap Firman sambil mencubit pipi Mayang.
"Jenifer itu temen kecilku, jadi rumah dia itu persis disamping rumah mami, tapi sudah beberapa tahun ini dia ikut tinggal bersama orang tuanya diluar negeri."
"Siapa yang tanya?"
"Ya Ampun, aku kasih tahu kamu sayang, aku ga mau kamu cemburu sama Jenifer."
-------------------
"Apa yang kamu katakan Jenifer?" Kata seseorang diseberang telepon.
""Iya Tante, Firman sudah kekasih, tadi aku menemuinya di kantornya."
"Kamu tahu siapa dia?"
"Ga tau tante."
"Ya sudah biar itu menjadi urusan tante, kamu tenang aja."
"Baiklah tante, Jeni percaya sama tante."
"Sampai ketemu Jeni."
"Oke, tante. bye."
Jenifer menatap keluar jendela mobil, pikirannya melayang pada sosok Firman yang sudah dicintainya sejak kecil, dia sungguh tidak rela jika ada orang lain yang akan memiliki Firman selain dirinya, sifat ambisius inilah yang tidak pernah Firman sukai dari sosok Jenifer.
---------
Tepat sesuai janjinya, tepat pukul dua belas siang Firman mengajak Mayang keluar dari kantor menuju restoran langanan mereka, setelah itu mereka pergi ke tempat praktek dokter kandungan yang juga merupakan teman dari Firman.
"Selamat siang dokter Tiara." Sapa Firman sambil menarik kursi disebrang meja kerja dokter Tiara, dan tak lupa dia juga menarik satu kursi untuk Mayang.
"Selamat siang bos Firman, jadi apa nih yang bisa aku bantu." Jawab dokter Tiara sambil tersenyum, melihat temannya ini yang tiba-tiba menghubunginya, padahal setahu Tiara Firman belum menikah, jadi dia sangat penasaran untuk apa dia bikin janji dengannya.
"Jadi gini dok, saya ingin memeriksakan calon istri saya, apa kah dia hamil atau tidak." Kata Firman kikuk, tangannya kanannya mengaruk pelipis merasa tidak enak dengan dokter Tiara yang merupakan pacar dari sahabatnya waktu SMU.
Mata bulat milik dokter Tiara bertambah bulat bahkan seakan ingin keluar dari kelopaknya, mendengar apa yang di ucapkan oleh sahabat dari pacarnya itu. Tapi kemudian ia segera menguasai diri, karena dia tahu itu bukan urusannya.
Kemudian dokter Tiara mulai memeriksa Mayang, dan menanyakan hal yang berkaitan dengan gejala kehamilan. Dokter Tiara tersenyum dan menyuruh Mayang untuk duduk kembali di depan meja kerjanya.
"jadi gimana Tiara?" Tanya Firman yang sudah mulai santai dan memanggil Tiara tidak dengan embel-embel dokter. Sedangkan Tiara menghela nafas.
"Berdasarkan hasil USG tadi sudah agak terlihat sudah ada calon bayi didalam rahim Mbak Mayang, dan begitu juga dengan hasil tes urine yang menunjukkan hal yang sama. itu artinya Mayang hamil, dan usia kehmilannya sudah masuk satu bulan." Ujar dokter tiara sambil tersenyum.
Mendengar apa yang dituturkan oleh dokter Tiara, Firman dan Mayang benar-benar terkejut dan bahagia, sontak Firman langsung memeluk Mayang erat, begitu juga dengan Mayang yang membalas pelukan Firman tak kalah erat nya, beberapa saat kemudian mereka mengurai pelukannya, dan mengucapkan terimakasih pada dokter Mayang, kemudian pamit untuk kembali ke kantor.
Firman sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan mempunyai seorang anak dari gadis yang paling dia sayangi. Selama perjalanan kembali ke kantor, Firman tak melepaskan gengamannya dari tangan Mayang. Bahkan ketika di lampu merah tangannya membelai perut Mayang dengan sayang, dia sangat bahagia hari ini.
"Kita percepat pernikahan kita, oke?" Kata Firman pada Mayang sambil mencium pungung tangan Mayang yang ada dalam gengamannya.
"Oke." Jawab Mayang bahagia.