"Sudahlah, jangan bertanya lagi. Tidak akan ada gunanya sebeb sebentar lagi mungkin kau akan mati," kata pengawal.
Mendengar itu, Ara mendengus tak suka. Ia memilih diam dan tidak bertanya lagi. Mencoba mencari ingatan pemilik tubuh mengenai kerajaan lain, namun nihil. Yang ada dalam ingatannya hanya berputar pada kerajaan Qin.
Sepertinya sejak kecil, ia tidak pernah meninggalkan kerajaan ini.
Sebentar lagi mereka akan sampai.
Ara masih sibuk memperhatikan setiap hal yang dilewatinya, tiba-tiba sebuah pemandangan yang tak terduga memasuki penglihatannya.
Tepat di atas sana, di udara. Tiga pria masing-masing dengan sayap di tubuh mereka.
"Pasukan langit?" gumam Ara tanpa ia sadari. Namun beberapa detik berikutnya ia sadar dengan ucapanya. Dalam ingatan pemilik tubuh sebelumnya, ia pernah mendengar cerita mengenai pasukan langit.
Pasukan langit adalah salah satu pasukan terkuat yang dimiliki oleh Kerajaan Qin. Pasukan langit berasal dari Clan Alaska. Sebuah Clan yang memiliki sedikit perbedaan dengan manusia pada umumnya, terutama di bagian fisik. Mereka memiliki sepasang sayap di punggungnya.
Clan Alaska tidak terikat oleh aturan apapun, mereka hanya tunduk kepada Raja yang memimpin, tidak dengan yang lainnya. Mereka juga
Menurut kepercayaan masyarakat, pada ribuan tahun lalu terjadi sebuah fenomena mengerikan di langit, saat itu petir dan kilat memenuhi langit sepanjang waktu, badai besar dan bencana alam lainnya terjadi dimana-mana dan hal itu berhasil meluluhlantakkan kehidupan manusia di bumi. Hal itu terjadi selama hampir satu tahun. Banyak korban yang berjatuhan.
Masyarakat mempercayai bahwa terjadi perang besar antar para Dewa di langit. Saat itu, semua orang mengira bahwa kehidupan di bumi akan berakhir.
Hingga satu tahun berlalu, peristiwa itu akhirnya berkhir. Dan sejak saat itu, orang-orang bersayap mulai bermunculan entah dari mana. Mereka semua kemudian membentuk sebuah kelompok dan hidup berdampingan dengan masyarakat.
Itu adalah sebuah cerita yang masih membekas di ingatan pemilik tubuh sebelumnya. Mengenai bagaimana bisa Clan Alaska terbentuk hingga menjadi pasukan langit kerajaan Qin, ia tidak tahu mengenai hal itu sedikitpun.
"Apakah terjadi sesuatu di perbatasan?" gumam Pengawal yang bersama dengan Ara.
Segera gadis itu menoleh, "Apa maksdumu?" tanyanya.
"Selama beberapa bulan belakangan ini, ini adalah pertama kalinya aku melihat salah satu pasukan langit kembali ke kerajaan. Selama ini mereka hanya berada camp perbatasan, menjaga keamanan perbatasan.
Mereka tidak sendiri, beberapa prajurit darat juga di tugaskan untuk membantu mereka di sana.
"Benarkah?" gumam Ara.
"Munculnya pasukan langit menandakan bahwa sesuatu pasti terjadi, Nona. Mereka tidak mungkin kembali ke istana tanpa sebab apapun," balas sang pengawal.
Ara yang mendengar itu hanya mengangguk mengerti.
Tepat setelah sang pengawal menyelesaikan kalimatnya, putra mahkota yang berada pada barisan terdepan mendadak memacu kudanya dengan kecepatan tinggi. Membuat yang lain ikut melakukan hal yang sama.
Dan hal ini semakin memperkuat keyakinan mereka bahwa sesuatu yang besar mungkin sedang terjadi di perbatasan.
Pintu gerbang istana terbuka lebar, memasuki istana, Ara dan budak yang bersamanya berpisah dengan rombongan putra mahkota.
Para bangsawan itu mengikuti putra mahkota, sedangkan Ara dan budak lainnya, para pengawal membawa mereka ke suatu tempat.
"Kemana kau akan membawaku?" tanya Ara kepada pengawal yang bersamanya.
"Diam dan berhenti bertanya padaku, Nona. Kita berada di istana kerajaan, aku tidak mau dituduh yang tidak-tidak jika terus berbincang dengan budak sepertimu. Jadi diamlah dan jangan membangkang," balas sang pengawal.
Ara mendengus tak suka mendengar respon pria itu. Bersamaan dengan itu, beberapa rombongan prajurit kerajaan berlari dan berkumpul tepat di depan Aula, seolah mereka sedang menunggu perintah.
Pengawal yang membawa Ara terus bergerak seoalah tidak terganggu dengan keberadaan para prajurit tersebut. Terus menarik tali kekang kuda hingga berhenti tepat di sebuah bangunan bernuansa coklat, setelah turun dari kuda, segera beberapa orang dengan seragam berbeda menyambut kedatangan mereka.
"Masukkan budak-budak ini ke penjara," ucap pengawal yang bersama Ara.
"Baiklah."
"Tunggu!"protes Ara ketika wanita yang bersamanya juga diseret oleh beberapa orang.
"Hei, Tunggu dulu. Bukankah perjanjiannya tidak seperti ini?" Ara meronta, wanita itu berusaha meloloskan diri dari dua pria yang memegang masing-masing lengannya.
"Hei, lepaskan mereka, Tangkap aku saja," tambahnya.
"Diam dan turuti saja. Jangan banyak bicara jika kau masih menginginkan hidupmu bertahan lebih lama," ucap pengawal yang bersama dengan Ara tadi. Setelah mengatakan itu, ia berbalik dan pergi dari sana.
"Jaga mereka, jangan sampai lolos. Tunggu keputusan dari Mutra Mahkota," ucapnya lagi lalu pergi bersama yang lainnya.
Tangisan terdengar dari budak wanita yang bersama Ara, mereka semua kemudian digiring memasuki dan melewati pintu gerbang.
Halaman yang begitu luas adalah pemandangan pertama yang menyambut Ara. Berjalan beberapa menit lalu berbelok di koridor, berhenti tepat di depan sebuah pintu bernuasa hitam.
Di salam sangat gelap. Hanya obor yang berjejer rapi di dinding yang berhasil memberi penerangan di sana.
Hening, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar saling bersahutan. Semakin mereka melangkah masuk, aroma darah tercium semakin pekat. Sesekali suara gemerincing rantai terdengar.
Berbelok di korikor, penjara besi berbaris di sisi kiri dan kanan ruangan. Wanita yang bersama Ara terisak dan gemetar, mereka terlihat sangat ketakutan. Ara menghela napas dalam-dalam, ia menjadi penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Darah dan penjara besi adalah hal yang sangat biasa bagi Ara. Mengingat di kehidupan sebelumnya, wanita itu adalah mantan komandan tim Alpha yang memimpin Sembilan prajurit khusus di negaranya.