"Boleh aku bertanya sesuatu lagi?" tanya Ara.
"Apa itu? Katakan padaku," balas sang pengawal.
"Apakah setiap budak akan mendapat perlakuan seenaknya seperti tadi?"
"Apa yang kau katakan? Jangan berpura-pura tidak tahu," kening sang pengawal berkerut kebingungan. Sebab sejak tadi, wanita di hadapannya terus saja menanyakan hal-hal yang hal lumrah untuk di ketahui penduduk kerajaan Qin.
"Aku bertanya, itu berarti aku memang tidak tahu," kata Ara.
"Apakah kau bodoh? Sepertinya otakmu sedikit terganggu. Budak memang biasanya diperlakukan seperti itu. Tidak hanya itu, namun semua wanita di kerajaan ini sama sekali tidak ada harganya di pandangan masyarakat kerajaan. Apalagi jika orang itu adalah udak wanita," ucap Pengawal menjelaskan.
Ara terdiam mendengarkan.
"Kecuali mereka yang berdarah bangsawan. Wanita bangsawan mungkin akan menerima sedikit perlakuan berbeda dari wanita dengan kasta lebih rendah darinya. Semua itu dilakukan semata hanya untuk menghormati keluarganya. Bahkan beberapa keluarga kerajaan tidak segan-segan membunuh atau mengasinkan bayi mereka jika itu adalah perempuan," tambah pengawal lagi.
"Mereka bahkan membunuh bayi perempuan?" tanya Ara kaget dengan kenyataan itu.
"Hanya beberapa keluarga. Tidak semua keluarga melakukan hal seperti itu. Dan hal itu adalah hal yang normal di kerajaan ini," balas sang pengawal.
Ara mengangguk paham. Pantas saja, sejak tadi pandangannya hanya di dominasi oleh laki-laki.
Di kerajaan Qin, mulai dari kasta terendah seperti petani hingga bangsawan sekalipun, beberapa dari mereka tak segan-segan membunuh bayi yang baru lahir di keluarga mereka jika itu berjenis kelamin perempuan. Semuanya disebabkan karena wanita dianggap sebagai beban dan hanya akan menyusahkan keuarga. Namun beberapa pula dari mereka yang masih mempertahankan dan membiarkan bayi perempuan di keluarga mereka untuk tetap hidup, mungkin karena perasaan kasihan dan tidak tega yang masih melekat di hati beberapa keluarga.
"Kau masih memiliki pertanyaan?" tanya pengawal itu ketika tak mendengar respon apapun dari lawan bicaranya.
"Sejak kapan hal seperti ini terjadi?" tanya Ara dan hal itu semakin menambah kebingungan pria yang duduk di belakangnya.
"Sebenarnya dari mana asalmu? Apakah kau membohongiku? Kau bukan pelayan di kediaman keluarga Bai, kan?" bukannya menjawab, Pengawal itu malah menuduh Ara.
"Apa yang kau katakan? Membohongimu? Siapa yang berbohong kepadamu? Lagipula itu sama sekali tidak ada untungnya bagiku."
"Sejak tadi pertanyaanmu sangat aneh," kata pengawal itu.
"A-ah, aku hanya penasaran. Pengetahuanku tentang dunia luar sangat minim. Kau tahu? Aku menjadi pelayan tingkat tiga di keluarga Bai sejak usiaku baru sepuluh tahun. Sejak saat itu, aku tak pernah meninggalkan kediaman tersebut," kata Ara setelah mengais ingatan pemilik tubuh, berusaha terlihat biasa-biasa saja.
Pelayan tingkat tiga adalah pelayan yang tugasnya melakukan pekerjaan kasar, seperti mengangkut air dari sumur atau sungai, mencuci, mencari kayu bakar, dan mengurus perkebunan keluarga.
Pelayan di kerajaan Qin terbagi menjadi tiga tingkatan. Pelayan tingkat pertama adalah mereka yang melayani Tuan rumah, mengurus segala hal yang bersifat pribadi, pelayan tingkat satu biasanya menaungi beberapa pelayan tingkat dua.
Sementara pelayan tingkat dua, mereka yang bertugas menjaga kebersihan pavilion atau kediaman, menyiapkan makanan untuk Tuan rumah, dan melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh pelayan tingkat satu.
Pelayan tingkat satu biasa juga disebut sebagai kepala pelayan.
Mendengar penjelasan Ara, pengawal itu hanya diam dan tidak merespon lagi. Memilih percaya pada ucapan wanita di hadapannya.
"Boleh aku bertanya lagi?" tanya Ara.
Mendengar itu, sang pengawal menghela napas dalam-dalam.
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Siapa namamu?" tanya Ara.
"Kau tidak perlu tahu. Lagipula sebentar lagi kau akan menemui ajalmu, Nona," kata pengawal itu.
Ara tersenyum miris. "Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti. Jika kita bertemu lagi, boleh aku tahu namamu?" kata Ara lagi. Entahlah, ia juga tidak tahu apa yang sedang dilakukannya.
"Semoga keberuntungan berpihak kepadamu, Nona," kata pengawal itu.
"Terima kasih," balas Ara.
Pengawal itu hanya mengangguk dan tidak merespon lagi.
Mereka berdua diam, hanya suara langkah kaki kuda yang mengisi keheningan. Puncak tembok istana pelahan nampak dari posisi mereka. Dan hal itu menandakan bahwa sebentar lagi mereka akan sampai ke tujuan.
Jantung Ara berdebar kencang. Menoleh ke belakang sejenak lalu berkata, "Apakah budak wanita yang bersamaku tadi juga akan dibawa ke istana?" tanya Ara.
"Benar."
"Kenapa? Aku sudah bilang tadi bahwa aku akan mengganti mereka menerima hukuman," kata Ara seolah apa yang diucapkannya sama sekali bukan apa-apa.
"Aku tidak tahu. Ini pertama kali terjadi. Jangan bertanya padaku lagi, aku hanyalah seorang pengawal," balas pria itu mendengus.
"Lagipula, apakah kau pikir penjara istana adalah taman bermain, Nona? Mengapa kau mengucapkan hal seperti itu dengan mudah? Atau kau sudah bosan hidup? Atau kau memiliki tujuan lain?" tambahnya.
"Tidak. Aku sama sekali tidak memiliki tujuan apapun. Aku hanya ingin melakukannya saja, apakah aku harus memiliki alasan untuk membantu mereka?" balas Ara dan hal itu berhasil membuat pengawal yang bersamanya tercengang.
"Dengan mengorbankan nyawamu? Apa kau pikir ketika kamu membantu mereka saat ini, pada lain waktu mereka bisa bebas dari jangkauan putra mahkota? Meskipun mereka terbebas dari putra mahkota, tapi apakah kau pikir putra-putra bangsawan yang bersamanya akan melepaskan budak-budak wanita itu? Bagaimanapun juga, mereka hanyalah budak wanita. Jangan naif, Nona," ucap pengawal panjang lebar.
"Jujur, aku bingung denganmu. Kau adalah penduduk asli kerajaan Qin, tapi tingkahmu menunjukkan bahwa kau seperti berasal dari benua lain, Nona."
"Huh? Benua lain? Apa yang kau katakan?"
Lagi-lagi pengawal itu menghela napas. "Apakah kau pikir di dunia ini hanya ada kerajaan Qin saja?"
Ara menggeleng.
"Sudahlah, jangan bertanya lagi. Tidak akan ada gunanya sebeb sebentar lagi mungkin kau akan mati," kata pengawal.
Mendengar itu, Ara mendengus tak suka. Ia memilih diam dan tidak bertanya lagi. Mencoba mencari ingatan pemilih tubuh mengenai kerajaan lain, namun nihil. Yang ada dalam ingatannya hanya berputar pada kerajaan Qin.