Chereads / Home of Ardor / Chapter 37 - CHAPTER XXXVII : DI ANTARA MEREKA

Chapter 37 - CHAPTER XXXVII : DI ANTARA MEREKA

Sebuah perkampungan yang terletak di bawah tebing adalah menjadi tujuan seorang pria dengan setelan hitam termasuk mantel tebal hitam. Nyala cahaya redup tampak di pondok-pondok kecil. Pria berparas tampan bak Dewa berjalan tenang di tengah deru badai, kali ini dia berhenti di salah satu pintu yang terdengar suara seorang gadis. Suara yang sangat dikenal dan entah sejak kapan menjadi musik kesukaannya, tangannya terhenti di udara kala mendengar suara asing. Tepatnya suara husky yang sebenarnya juga familiar di telinganya, hanya saja pria itu tak terlalu menyukainya.

" Ayolah jadilah permaisuriku dan tinggalkan si Tua Castiello." Ujar suara husky itu yang langsung memunculkan seperempat kotak di dahi sang Duke. Ya , benar siapa lagi yang dapat berjalan dengan tenang di tengah badai salju jika bukan seorang iblis. Apalagi bagi seorang Castiello hal semacam itu semudah membalikkan telapak tangan.

" Lorraine, apa kau yakin akan bahagia bersamanya? Pada awalnya Castiello pasti hanya memanfaatkanmu, bukan?"

" Senang mencoba hal baru sekedar menemukan pelampiasan kebosanan karena telah hidup selama ratusan tahun." Lanjut suara itu lagi, tak terdengar suara yang lain. Entah mengapa Lucas terdiam mendengar ucapan yang entah mengapa terasa menyakitkan baginya, itu bukan sebuah dusta. Lucas memang hanya berniat merasakan apa itu kisah cinta itu, mengapa sahabat serta saudara laki-lakinya sangat menikmati hal yang tak berguna itu.

Sang Duke tak mengerti mengapa kebahagiaan seorang wanita seolah menjadi prioritas mereka, hanya demi senyuman, bahkan Ayahnya yang mana sosok iblis terkuat bertekuk lutut mencintai Ibunya. Tak peduli meskipun Ibunya bukanlah iblis berdarah bangsawan atau kuat tidaknya, Ayahnya tetap memilih sang Ibu.

Namun mengapa dadanya terasa sesak saat mendengar kebenaran yang diucapkan pria di balik pintu usang itu. Sang Castiello menunduk dalam diam, genggamannya mengerat saat perasaan-perasaan tak ia mengerti menyergapnya, apakah ini yang disebut kegelisahan?

" Mohon maaf jawaban saya akan tetap sama. Saya tetap tidak akan pergi dari sisi Duke Castiello apapun alasannya." Ujar suara yang tak lain adalah suara gadisnya, Eve menjawab tanpa ragu.

" Apa kau bodoh? Kenapa?" tanya suara itu lagi.

Kali ini keheningan cukup berlangsung beberapa detik membuat sang Duke kembali tertunduk hingga tiba-tiba pria tampan itu mendongak dengan iris ruby miliknya yang berbinar, " Karena aku mencintainya dan akan selalu seperti itu kapan pun, bukan karena rasa hutang atau takdir. Tapi karena dia adalah Lucas."

Jawaban lantang dan jelas Eve membuat seulas senyum terpatri di paras tampan sang Duke, tak mengerti kenapa namun rasa lega menghapus setiap kegelisahan yang sempat terbesit dibenaknya. Akhirnya pria itu memutuskan mendorong pintu di hadapannya tak dapat berdiam lebih lama lagi.

" Lancang sekali kau bocah mengajak calon istri orang lain menikah denganmu." Seloroh Lucas diiringi senyuman miring yang angkuh khasnya. Sementara pria pirang yang telah berbalik menghadapnya bersidekap dan membalasnya dengan senyum yang sama, tak ingin kalah sama sekali.

Pria bersurai pirang itu tertawa dan melirik gadis bersurai perak yang telah bersemu merah karena kedatangan tiba-tiba sang Duke, terasa menyebalkan bagi sang Pangeran.

"Ah, kenapa bukankah kau telah memiliki segalanya Pak Tua?" Tanya Devian yang masih menatap langsung ke iris ruby sang Duke. Lucas menghela nafasnya pelan, ia tahu bocah setengah iblis ini membencinya. Bukan karena tanpa alasan saja karena bukankah seharusnya mereka dekat atau setidaknya akrab?

Pasalnya Lucas adalah seorang Duke dari Britania Raya sudah sewajarnya pria itu cukup sering terlihat di sekitar istana untuk memberikan laporan atau hasil dari apa yang telah dicapai olehnya. Terlebih lagi pria itu merupakan bayangan Britania Raya yang telah melindungi tanah Inggris Raya dari setiap bahaya, termasuk serangan para Goblin di daerah Plymouth. Jika bukan karena jasa sang iblis dan kaum Asmodia, tanah Inggris Raya akan tinggal nama saja.

Namun tidak bagi sang pangeran yang kerap melempar pandangan kebencian sekalipun senyum jenaka khasnya tersungging di kedua sudut bibirnya.

Lucas sendiri tidak sebodoh Itu untuk tidak mengetahuinya, apabila sang Pangeran bungsu membencinya. Tak lain dan tak bukan karena takdir yang menjerat pria pirang itu.

Bukan tanpa sebuah alasan mengapa kedua saudaranya merupakan manusia biasa sama halnya dengan sang Ratu, hanya Devian saja yang memiliki darah kaum Asmodia tak lain tak bukan karena sebuah rahasia kecil kelam yang bahkan tak diketahui oleh seorang Castiello.

" Hentikan omong kosongmu itu sebelum aku mencabut rambut pirangmu itu dasar pria cantik." Lontar sang Duke saat melihat Devian yang hampir menyentuh bahu mungil gadisnya, sehingga dalam hitungan kurang dari sedetik sang pria beriris ruby itu telah membawa Eve ke dalam dekapannya.

Sebelah tangannya melingkar posesif pada pinggang ramping gadisnya, " Jangan berani-beraninya, kau menyentuh 'milikku'. " Tegas Lucas menekan kata milikku. Pria itu tak main-main akan kata-katanya, jika bukan karena ia adalah seorang pemimpin dan darah Asmodia juga mengalir di dalam diri pria bermanik sapphire itu, sudah dapat dipastikan ia sudah mencincang kecil tubuh Devian. Tak peduli sekalipun pria itu adalah seorang Pangeran.

Eve tercekat merasakan suasana tegang dan mencekam di antara mereka berdua, ini sama seperti yang terjadi di balkon kala itu. Semburat merah kian menjalar di pipi porselenennya saat ia merasakan cengkraman pada pinggangya terasa jauh lebih erat, bahkan Lucas menariknya kian mendekat mempersempit jarak antara keduanya.

" Sudahlah hentikan, aku sudah mengurus tentangmu Robin." Ujar pria bersurai legam itu kemudian, Lucas menjentikkan jari yang di lingkupi sarung tangan hitamnya. Sesuatu baru saja terjatuh tepat di hadapan sang Pangeran, sesuatu yang membuat pria pirang itu bertepuk tangan bahkan terbahak. Eve sendiri terbelalak melihat apa yang ada di hadapannya, sebuah potongan kepala dengan rambut senada milik Devian berlumuran darah di sana.

" Aku tau kau pasti akan menyelesaikannya dengan cara yang menekan konflik sebisa mungkin, termasuk dengan sang Ratu." Gumam Devian yang telah berjongkok memperhatikan setiap inci kepala yang berada di hadapannya. Ia sangat mengetahui seperti apa Castiello itu, menyelesaikan setiap masalah dengan sebijak mungkin untuk mencegah konflik. Dan sang Pangeran akui kebijaksanaan Pemimpin kaum Asmodia itu patut mendapat pujian karena berhasil meredam amarah bahkan membersihkan sampah-sampah di Britania Raya.

Lucas tak menjawab hanya memandang pria pirang di sana dengan sorot penuh misteri, " Ratu mengetahui kau dibalik ini, dan pasti ada alasan yang membuatmu seperti ini bukan?"

Devian hening beberapa saat memilih larut dalam benaknya. Senyum jenakanya kembali tersungging di sudut bibirnya, kini mereka telah saling berhadapan dan beradu pandang. Medusa masih membeku tak berani beranjak dari tempatnya berdiri seinci pun, ia cukup kagum dengan si pirang karena memiliki keberanian sang Pangeran membalas tatapan sang Duke.

" Mereka menderita hampir mati dan sekarat. Bahkan mereka harus merasakan perbudakan, kelaparan. Sementara para bangsawan hidup enak di rumah mewah mereka." Tutur Devian tanpa ada nada jenaka atau bermain-main, pria itu benar-benar serius dengan ucapannya.

" Aku tau itu. Dan aku akan menyelesaikannya, jika kau berpikir itu semua semudah membalikkan telapak tangan kau salah."

" Sesekali seorang pemimpin harus tegas, sesekali harus lembut. Kami bergerak sesuai situasi untuk mencegah lebih banyak korban. Kau seharusnya tau itu bukan mengingat kau adalah kandidat penerusnya?" Sambung Lucas yang tampak jauh lebih santai tak seperti halnya dengan Devian yang telah menatapnya tajam seolah hendak melubangi kepala pria di hadapannya.

" Maaf mengganggu tuan-tuan, sebaiknya kalian berhenti!"

Kedua pria itu berhenti dan mengalihkan pandangan pada gadis bersurai perak yang tiba-tiba saja menaikkan nadanya, kedua alis tebas Lucas hampir bersatu karena merasakan suatu keanehan. Dan lagi tuanangannya itu tampak gelisah dan kebingungan.

" Ada apa Eve?" tanya Lucas lembut akhirnya menyadarkan gadis bersurai perak yang entah mengapa justru tampak melamunkan sesuatu. Eve sedikit terlonjak, tangannya segera menggenggam erat tangan tangan Lucas.

" Seseorang bernama Johanna dalam bahaya!" serunya.

Devian terbelalak dan segera berhambur keluar diikuti ketiga orang yang lain, hal mengejutkan entah bagaimana mereka bisa lengah sampai-sampai pemandangan di hadapan mereka terjadi. Sekumpulan Orc[1] tengah menghancurkan setiap rumah-rumah kecil yang menyebabkan para penghuninya panik berhamburan menyelamatkan diri mereka. Beberapa di antara mereka berteriak histeris kala salah satu dari Orc berhasil menjangkau dan mengunyah mereka hidup-hidup.

" Apa yang sebenarnya terjadi disini?"

[1]Sebuah bangsa legendaris dan menjadi legenda di eropa maupun di timur tengah/ Middle earth, Orc sepantaran dengan bangsa Elf/Elves yang mendiami dunia tengah.