Chereads / Home of Ardor / Chapter 40 - CHAPTER XL : WHO?

Chapter 40 - CHAPTER XL : WHO?

Derap langkah sepanjang lorong terdengar berulang kali, kediaman Castiello tengah dilingkupi dengan suasana tegang akibat kepanikan yang melanda mansion sesaat setelah pasukan Kapten Eckart Robbaine mendapat perintah darurat , karena serangan sekumpulan Orc di daerah Nottingham terjadi. Dan perintah ini langsung diturunkan oleh sang Duke sendiri membuat Erudian segera menyiapkan beberapa langkah ketika ia menerima setiap laporan yang diberikan bawahannya.

Penyerangan tidak terduga yang ditujukan sebuah perkampungan kecil. Para penduduknya adalah orang-orang yang diselamatkan Devian alias Robin Hood, sebagian dari mereka adalah penduduk Nottingham dan Yorkshire yang menderita kemiskinan. Dan yang lebih mengejutkan ada beberapa dari mereka merupakan garis keturunan terakhir bangsa penyihir.

Erudian mengacak rambut panjangnya frustasi, ia dapat merasakan kepalanya seolah tengah ditendang keras-keras. Masalah bergiliran datang dan kini semakin pelik dengan kemunculan keturunan terakhir para penyihir yang sepertinya menjadi target dari dalang kejadian Dalton sebelumnya. Pasalnya Orc tidak semudah itu muncul di daerah kekuasaan mereka, selama ini pasukan Castiello dan Lorraine selalu melakukan patroli dengan ketat. Sehingga satu-satunya cara adalah memasukan para Orc dan mengarahkannya untuk menghabisi keturunan bangsa penyihir yang terakhir.

Pria beriris ruby dengan surai yang panjang mendesah kasar tidak hanya frustasai dan pening, ia harus berulang kali menegakkan tubuhnya sesaat sensasi mengerikan yang membuat bulu kuduknya berdiri berulang kali, ini semua karena aura yang keluar dari kakaknya. Sang Duke tengah dilanda kebingungan dan kekhawatiran karena saat mereka tiba di mansion, pria itu membawa gadis bersurai perak dalam gendongannya. Lagi-lagi gadis itu tak sadarkan diri, dan yang lebih mengejutkan sang Kakak diikuti seorang wanita yang sangat familiar bagi Erudian. Sahabat Ibu mereka, si penyihir Johanna Froschy berjalan mengekor sembari menggenggam tangan seorang gadis kecil.

Sungguh, Erudian ingin sekali membenturkan kepalanya karena banyak kejadian tak terduga menyambutnya.

******

Ketukan jari seorang pria rupawan membuat setiap orang yang ada di dalam ruangan menahan nafas karena ketakutan bila-bila mereka melakukan kesalahan barang kali setitik bisa-bisa kepala mereka telah meninggalkan tubuhnya. Berulang kali iris ruby sang Duke melirik paras ayu seorang gadis bersurai perak, tangan mereka saling bertautan erat saat si gadis mengerang kesakitan seiring tanda pada sekujur tubuhnya menyala. Tubuh rampingnya bergetar hebat, bahkan beberapa kali ia meringkuk sembari meracau memanggil sang Ayah dan pria yang berhasil meruntuhkan tembok hatinya, siapa lagi jika bukan sang Castiello.

"S-sakit, Lucas! Hiks-hiks"

Lucas mengangguk cepat semakin mempererat genggaman tangan mereka, manik rubynya bergeral gusar. Rahangnya mengeras setiap mendengar jerit kesakitan gadisnya, sementara itu ketiga orang yang terus melingkupi tubuh gadis bersurai perak itu dengan sihir meringis turut merasakan kesakitan karena mencoba mencabut mantra kutukan pada diri sang gadis. Jack, Johanna dan putri bungsu Johanna, Arabella. Mereka tengah berusaha sekuat tenaga menjaga agar nyawa milik Oracle terakhir itu tidak pergi kemanapun.

" Ini tidak bisa dilakukan," kata Johanna yang hampir saja limbung jika putrinya tidak segera memegang tangannya. Jack yang masih terus merapalkan mantra pemecah kutukan pun dalam keadaan tak jauh berbeda dengan Johanna, bahkan Agatha harus memapah tubuh sang suami agar tidak ambruk.

"Apa ini maksudnya kalian akan menyerah? Jika kalian menyerah kita akan kehilangan Oracle dan kehancuran akan melanda Asmodia dan kedua bangsa!" sergah Lucas tak terima, suaranya terdengar keras dan membahana menggetarkan setiap tubuh tiap orang di ruangan yang tak lain adalah kamar Eve. Pria berambut senja berusaha mengambil pasokan oksigen sebelum menanggapi ucapan sang Duke, "Kami tidak berkata seperti itu-"

"Tapi kalian berhenti mencoba menyelamatkannya! Kalian berhenti mematahkan sihirnya!" Teriak Lucas ke arah sang Dokter yang terlihat tersentak karena terhempas aura sang Pemimpin Asmodia. Pria itu mendecih kesal karena tidak mengira sahabatnya akan menjadi kalut bahkan sekhawatir ini. Ia bahkan melupakan bahwa dirinya adalah sosok iblis terkuat yang dapat menghancurkan siapapun hanya dengan secuil kekuatannya, jika bukan karena kehabisan kekuatannya ia pasti sudah melempar tendangan pada wajah tampan sialannya itu.

"Lalu, apa ini bangsa Penyihir ternyata menyembunyikan diri karena kalian tidak segera menemuiku seperti kata Pemimpin kalian semua ini tidak akan terjadi."

Johanna menunduk tak mampu membalas setiap ucapan putra sahabatnya itu. Pemimpin Asmodia itu benar, jika bukan karena ia yang terlalu tinggi hati dan gengsi melaporkan keberadaan mereka. Hanya karena tak ingin dianggap sebagai kaum lemah ia merasa hebat setelah menjadi istri dari seorang Pemimpin kaumnya dan angkuh bahwa kekuatan yang mereka miliki tak lagi sekuat dahulu, sehingga rencana Pemimpin terdahulu yang telah menitipkan mereka pada Castiello untuk perlindungan adalah pilihan tepat.

"Aku mencari puluhan tahun keberadaan kalian hanya untuk menemukan sahabat kebanggaan Ibuku! Yang ternyata masih saja seangkuh dahulu hingga tak mau mengakui kelemahannya," tambah Lucas yang kini benar-benar menatap tajam ke arah sosok wanita bersurai putih yang sudah gemetar karena ketakutan.

Bugh.

Sebuah tendangan baru saja diterima sang Duke tepat di kepala menyebabkan darah mengalir membasahi dahinya, namun luka itu segera menutup sepersekian detik selanjutnya hanya meninggalkan jejak cairan kentalnya saja. Tepat di hadapannya sang pria berperawakan mirip dengan sang Duke berdiri tegak dengan raut mengeras.

"Tenanglah, dasar Pemimpin Bajingan."

Satu kalimat dingin yang terlontar dari Erudian membuat setiap orang di dalam ruangan menegak salivanya takut-takut, termasuk Jack sekalipun karena pemandangan ini sangat jarang terjadi. Sang Dokter memberikan instruksi untuk Helga beserta seluruh pelayan untuk meninggalkan ruangan menyisakan dirinya, Castiello bersaudara dan pasangan Ibu anak dari kaum Penyihir.

"Aku sudah tau, gadis itu membawa perubahan dalam dirimu. Tapi tidak dengan ketenangan dan kebijaksanaanmu sebagai seorang Pemimpin,"tutur Erudian tanpa ada sirat hormat maupun takut meskipun ia dapat merasakan sesak menghimpit tubuhnya akibat melawan aura sang Kakak.

"Apa yang terjadi hingga kau merasa bersalah seperti ini?" tanya si bungsu Castiello, namun Lucas tak memberikan jawaban apapun. Pria itu masih memilih mengunci rapat mulutnya dan mengabaikan pertanyaan Erudian.

Mendesah kasar Erudian yang tak dapat lagi menahan diri menarik kasar kerah kemeja sang kakak, pria itu mengabaikan sayatan yang muncul saat menyentuh tubuh sosok iblis terkuat.

"Dia tidak akan menjadi seperti Ibu, itu bukan kesalahan siapapun. Jadi berhenti kembali pada masa lalu, dan bersikaplah kembali menjadi Pemimpin,"ujar Erudian sedikit terbata karena nafasnya yang tersengal sebagai akibat melawan sang kakak. Sepasang iris ruby yang semula tampak menyala itu meredup dan menatap sendu si bungsu, seulasa senyum asam terulus di kedua sudut bibir Erudian.

"Dia akan baik-baik saja, jika tidak dia pasti sudah langsung mati begitu mantra itu bersarang di tubuhnya," lanjut Erudian yang mulai melepaskan cengkramannya pada kerah sang Duke, sementara Lucas terdiam sesaat begitu pula beberapa orang karena entah mengapa ucapan si bungsu Castiello yang terasa mengganjal.

Namun, lagi-lagi mereka dikejutkan dengan sosok gadis yang seharusnya masih terbaring kesakitan itu telah menodongkan sebilah pedang tepat di leher si bungsu Castiello yang sama terkejutnya karena keberadaan sang gadis.

"M-menjauhlah ..... dari milikku!" Ancam sang gadis dingin, nafaasnya masih tak beraturan begitu pula dengan keringat dingin yang bercucuran di dahinya.

"Astaga, Evelyna!" seru Lucas yang segera mengambil alih pedang miliknya dari tangan sang gadis dan membawanya ke dalam pelukannya, sebuah keajaiban atau keanehan bukan? Seorang manusia biasa yang seharusnya sudah mati karena sihir masih dapat berdiri dan menodongkan ujung pedang pada seseorang.

"Itu dia yang menjadi jawaban ucapan Erudian!" Jack menepuk tangannya dengan raut sumringah meskipun keempat orang lainnya menatapnya penuh tanda tanya. Agatha bahkan harus menutup separuh wajahnya karena merasa malu akan tingkah laku sang suami.

"Eve berbeda dia adalah gadis yang rusak dan tidak normal karena ia memiliki sosok lain dalam dirinya."

Erudian teringat akan kejadian duel beberapa bulan yang lalu, ingatannya kembali pada sosok kakak iparnya yang tampak aneh karena dalam sekejap menjadi orang lain. Kejam dan sedikit gila karena tertawa senang saat menebas beberapa kepala.

Tak hanya Erudian, wanita bersurai ular yang sejak tadi terdiam pun teringat kembali pada saat kejadian di panti asuhan. Nona mudanya itu tanpa ragu menebas bahkan menyiksa iblis panggilan itu tanpa ragu. Untuk seorang manusia hal ini bukanlah hal yang mudah merenggut nyawa makhluk hidup lain.

"Kau siapa?"