Chereads / Home of Ardor / Chapter 41 - CHAPTER XLI : THE OTHER SIDE

Chapter 41 - CHAPTER XLI : THE OTHER SIDE

Tiap pasang mata orang di ruangan menatap penuh rasa ingin tahu gadis yang kini tengah bersandar pada sang Duke, nafasnya masih tak beraturan meskipun ia berusaha sekeras mungkin menahan untuk tetap tidak kehilangan kesadaran, meskipun rasa sakit mendera tubuhnya berkali-kali. Jack memeriksa keadaan tubuh tunangan sahabatnya itu, memperhatikan setiap detil untuk memastikan bahwa hipotesa tentang sisi lain dari gadis bersurai perak itulah yang membuat Eve tetap kuat, sekalipun tubuhnya didera rasa sakit akibat mantra kutukan.

"Kau siapa?" tanya Erudian mengulang untuk kedua kalinya, gadis bersurai perak yang semula menutup mata kembali melirik ke arah si bungsu Castiello. Bibir tipis pucatnya mengulas senyum pahit. "Tentu saja, aku adalah Evelyna."

Erudian hanya mengangguk ragu saat pandangannya bertemu dengan sang Kakak yang mengangguk kecil. Jack sedikit berlutut karena posisi Eve yang saat ini berada di atas ranjang. Tidak ada seorang pun yang berbicara, hanya deru nafas terputus-putus milik Eve saja yang mengisi indra mereka.

"Baiklah, kalian benar tentang kesimpulan gadis ini memiliki dua sisi dalam dirinya," akunya kemudian karena ia tak dapat mengelak setelah semua hal yang tiba-tiba saja terjadi, jika ia tetap mengelak bersembunyi maka Eve dan dirinya akan berada dalam bahaya.

"Bloody hell[1], benarkah?" seru Johanna setengah berteriak, wanita bersurai putih itu mengejutkan setiap orang di sana membuatnya tersenyum kikuk kala manik ruby menyala sang Duke menatapnya tajam. Arabella menghela nafasnya pelan, gadis kecil itu memijit pangkal hidungnya seolah tengah merasakan beban yang begitu besar karena tingkah konyol sang Ibu.

"Eve, dimana sisimu yang lain? Apa kalian baik-baik saja?" Jack bertanya selembut mungkin, pria itu harus berhati-hati karena sisi lain sang Oracle tampak berbanding terbalik dari sosok Evelyna De Lorraine yang dikenal lemah lembut, anggun, serta sopan santun. Jack masih menginginkan berumur panjang karena ia tak ingin meninggalkan istri-istri cantiknya kesepian menjanda, sehingga ia harus menjaga setiap ucapannya jika ingin kepalanya tetap utuh.

Gadis bersurai perak itu menggeleng kecil, bibir pucatnya digigit keras hingga cairan kental merah mengalir. Lucas meraskan sesak dalam dada, pria itu tampak kebingungan ia masih tak mengetahui kenapa matanya terasa memanas melihat pemandangan ini. Mengapa ia pun merasakan sakit dan sesak dalam dadanya? Atau kenapa bayang-bayang sang Ibu terngiang dalam benaknya.

"S-seseorang lakukan sesuatu, aku tak bisa j-jika menahan ini terus menerus," ujar Eve terbata-bata, ia dapat merasakan nafasnya yang terasa begitu berat. Ia tak bisa mengambil alih tubuh ini dan membiarkan sisi utama dalam dirinya menghilang.

"Ada satu cara yang bisa kita lakukan untuk mematahkan mantra ini," sahut gadis kecil bersurai coklat yang telah berjalan mendekat. Kini ia berhadapan dengan Eve dan sedikit tersenyum menenangkan sosok gadis berparas ayu itu.

"Ini adalah mantra yang dibuat khusus, perlu seorang penyihir tingkat tinggi yang dapat membuatnya," jelas Arabela sembari menyentuh guratan huruf kuno yang menjalar pada tangan Eve, sedikit demi sedikit guratan huruf itu mengecil meskipun tak hilang.

"Bagaimana kau bisa tau gadis kecil?" tanya Jack ramah, namun Arabelle justru mendelik dan berdecak sebal pada pria bersurai senja itu.

"Aku bukan gadis kecil, aku sudah berusia hampir 30 tahun. Asal kau tahu, pak tua," tandas Arabelle pedas. Ucapan gadis bersurai coklat itu membuat hati Jack sedikit tercubit, baru kali ini dirinya dipanggil dengan sebutan 'tua' oleh seseorang. Lihat, bahkan istrinya menahan tawa hingga harus mengalihkan pandangannya.

"Maafkan atas kelancangan putri saya, Tuan," bisik Johanna pelan.

"Karena formula dari sihir ini setelah saya amati merupakan sihir yang dimiliki oleh keluarga tertinggi dalam kaum kami."

Jari jemari Arabelle masih mengusap halus tanda mantra yang menjalar pada tubuh Eve. Lucas menatap tajam gadis kecil di hadapannya dengan iris saga yang menyala, ia sangat mengenal dan paham dengan maksud putri Johanna ini. Wanita bersurai putih yang merasakan tekanan kekuatan sang Duke menarik putrinya menjauh dan segera bersimpuh di hadapan Pemimpin kaum Iblis itu, mereka menunduk tak menatap atau bergerak sedikitpun.

"Jadi, maksudmu wanita yang menanamkan mantra ini berasal dari Braun?" tanya sang Duke dengan penuh penekanan saat mengatakan salah satu nama keluarga yang memang telah dikenal sebagai the Greatest's Wizard. Keluarga yang sama dengan Oracle terdahulu, jika itu benar maka bukan hanya anak tertua Braun saja yang selamat dari tragedi 70 tahun yang lalu.

"Ampuni kami, My Lord. Kami tidak mengetahui siapa dan bagaimana bisa sihir milik Braun dapat bersarang dalam tubuh Nona muda," ucap Johanna yang segera mengambil alih percakapan antara sang Duke dengan putri bungsunya.

Pria itu terdiam sesaat iris rubynya beralih pada raut putih pucat gadis yang ternyata menatapnya dengan manik zamrudnya yang tampak sendu membawa sensasi nyeri itu datang kembali.

"Kalau begitu, bukankah kita sudah menemukan jawaban untuk memecahkannya bukan?" tanya Lucas setelah sempat menenangkan gejolak emosi dalam dirinya. Johanna dan Arabelle mengangguk ragu membuat sebelah alis sang Duke naik karena tak memahami arti anggukan ragu kedua Penyihir itu.

"Masalahnya adalah kami tidak dapat menggunakan sihir yang hanya diturunkan pada garis keturunan Braun." Johanna berucap ragu karena perasaan takut terselip dalam hatinya, ia cemas bahwa tidak hanya aura, kekuatan bahkan perangai pria tampan di hadapannya ini saja yang mirip dengan Ayahnya. Johanna takut putra sahabatnya itu juga akan mewarisi kekejaman dari Lucifer.

"Hanya Linden dan putri sulung kami saja yang dapat melakukan sihir ini," lanjut wanita bersurai putih itu masih tanpa membalas pandangan sang Duke yang tetap menatapnya.

"Lalu?" tanya Lucas lagi. Arabella menarik nafasnya pelan dan menggenggam erat tangan sang Ibu yang dipenuhi keringat dingin. Ini pasti sulit untuk dijelaskan oleh wanita bersurai putih ini karena itu Arabelle mencoba menguatkan Ibunya untuk melanjutkan ucapannya.

"Mereka berdua berada jauh dari sini. Dan yang kami takutkan adalah kondisi Nona muda yang tidak dapat bertahan lama."

"Sihir kutukan keluarga Braun dirancang sebagai alat hukuman bagi kami kaum para Penyihir.karena itu penerima sihir ini pada dasarnya akaan merasakan sakit seperti siksaan hingga akhirnya meregang nyawa."

Suasana masih hening tidak ada seorangpun yang membuka suaranya, tidak ada ucapan sarkas dan pedas si wanita bersurai ular. Ataupun gurauan si pria berambut senja, mereka hanya terdiam tidak tahu harus memberikan respon seperti apa.

"Dimana Linden berada?"

Johanna terdiam sejenak, wanita itu menegak salivanya berharap meredakan kering pada tenggorokannya. Ia memberanikan diri untuk membalas tatapan manik saga sang Castiello, " Negeri para Naga."

Tidak ada yang berucap sedikitpun saat mendengar salah satu daerah yang memang dikenal sebagai daerah berbahaya karena dihuni berbagai macam makhluk, tidak hanya Naga saja. Sebuah tempat yang bagus untuk melarikan diri, mereka cukup tahu mengapa kaum Penyihir memilih berada di sarang para Naga.

Lucas berpikir sejenak, pria itu sebenarnya tidak menakutkan apapun. tidak untuk para makhluk ganas dan mematikan yang menghuni pulau itu. Hanya saja perjalanan ini akan memakan waktu cukup lama setidaknya satu hari karena letak pulau yang memisah dari dataran Britania. Dan berteleportasi hanya akan memberikan dampak buruk bagi gadis bersurai perak.

"Lalu apa yang kalian tunggu?"

Sebuah suara serak yang terdengar angkuh bertanya pada setiap orang yang berada di dalam ruangan, mereka menatap gadis bersurai perak yang telah membuka matanya menampakkan manik emerald yang menggelap.

"N-nona, perjalanan akan memamakan waktu yang cukup lama, ka-kami khawatir nona t-tidak-"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya wanita bersurai putih itu membeku kala tatapannya beradu dengan iris zamrud gadis di hadapannya. Eve mengangkat tinggi wajahnya sehingga gadis itu tampak begitu mengintimidasi dan angkuh, cukup untuk membungkam bibir sang Penyihir Johanna.

"Jangan meremehkanku. Jika aku selemah itu pasti aku sudah kehilangan nyawaku," sergah Eve ketus. Lucas tersenyum tipis kala mendengar jawaban dari gadisnya itu, meskipun sosok yang berbicara ini sangat terasa begitu berbeda. Namun baginya gadis bersurai perak ini tetaplah Evelyna De Lorraine yang sama.

"Segera bersiap, kalian berdua harus memastikan mantra ini tidak akan menyebar dengan cepat ke tubuhku. Kalian harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukan salah satu pengkhianat di kaum kalian," lanjut Eve tegas tak ingin mendengar alasan atau elakan dari kedua Penyihir di hadapannya. Gadis itu bahkan dapat memberikan perintah sembari tetap menahan setiap rasa sakit yang mendera tubuhnya membuat Erudian terkejut lagi dan lagi setelah mengetahui bahwa calon kakak iparnya itu memiliki lebih dari satu sisi yang mendiami tubuhnya.

Jangan lupa, sosok ini bahkan jauh lebih gila, tegas, nekat dan jangan lewatkan sisi menakutkannya yang sangat menikmati menonton penderitaan orang lain. Mungkin gadis itu setengah iblis atau bagaimana, sampai-sampai memiliki sisi yang begitu menyeramkan dan keji.

"Aku bersumpah akan merobek perut beserta organ-organ orang yang berani-beraninya menanamkan mantra ini padaku."

Lihat, sudah ia katakan bukan. Sisi lain tunangan kakaknya itu benar-benar membuat setiap orang bergidik ngeri, namun sang Kakak justru tersenyum dan mengecup sayang dahi gadis bersurai perak itu. Kini Erudian mengakui kedua insan ini memanglah pasangan yang pas dan cocok satu sama lain, karena mereka benar-benar mirip.

[1] Ungkapan terkejut