Chereads / Puisi Bisu / Chapter 2 - Janji kelingking

Chapter 2 - Janji kelingking

Sampai di rumah sakit. Kami bertanya pada seorang suster dan mengantarkan kami menuju ruang tunggu rumah sakit. Aku melihat sherly duduk merenung sambil terisak-isak. Aku segera mendekatinya, dia terkejut melihatku dan bangkit dari duduknya. Aku memeluknya tangisnya pun semakin menjadi-jadi. Kali ini aku merasakan kesedihannya. Neneknya adalah satu-satunya orangtua bagi sherly dan kakaknya. Karena sebuah kecelakaan ayah dan ibu sherly sudah terlebih dulu meninggalkan mereka saat sherly umur 10 tahun. Kini dia mendapati nenek kesayangannya masuk rumah sakit, Betapa sedih hidupnya.

Dia tidak sendirian di rumah sakit. Dia di temani Kak Ica, kakak kandungnya. Aku melihat kakaknya berdiri di pintu kaca melihati nenek mereka terbaring lemas dengan selang oksigen yang menjalar di hidungnya.

Saat di kantin rumah sakit, Aku duduk di sebelah sherly mencoba menenanginya, sementara itu Jonathan pergi membelikan kami minuman. Aku mengelus pundaknya. Sherly menatapku tersenyum.

"Aku udah gapapa kok." Kata sherly sambil tersenyum.

"Kalo ada apa-apa kabari aku ya, sher." Aku merangkul pundaknya dan menyandarkan kepalaku disitu. Terlihat jonathan menghampiri dengan membawa beberapa minuman dan plastik berisi roti. Dia duduk di depanku.

"Nenek kamu sakit apa sher?" tanya jonathan.

Membuat sherly terlihat murung, "Jantung." Jawabnya lirih.

Aku dan jonathan saling menatap satu sama lain. Kami paham bahwa itu adalah penyakit yang sangat serius. Dia mulai menceritakan kejadia demi kejadian bagaimana neneknya bisa sampai dibawa ke rumah sakit.

***

Di perjalanan pulang dari rumah sakit aku hanya diam saja dibonceng jonathan dengan motor jenis cb yang terlalu berisik menurutku.

Dia mengantarku pulang sesuai janjinya. Aku hampir lupa soal maksud puisi yang kemarin dia kasih, tapi mungkin aku akan bertanya lagi nanti saat sampai dirumah. Aku memperhatikan jalan, di persimpangan dia berbelok, Seharusnya dia terus saja saat di persimpangan tadi kenapa dia berbelok? Mau dia bawa kemana aku? Pikiranku mulai panik. Tapi aku tak sanggup membuka mulutku. Sampai aku melihat bahwa jalanan disini semakin sepih. Dan barulah aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Kita mau kemana sih?" kepalaku mendekat ke tengkuknya agar bisa terdengar. Tercium samar aroma parfum tadi. Ku endus sedikit lagi dan ternyata memang parfumnya.

"Ngapain sih, Geli tau!" Dia mengangkat bahunya.

Aku tersentak kaget, Apa yang barusan aku lakukan?! Aku menahan maluku dengan pura-pura bertanya lagi, "Kita mau kemana sih?! Rumahku bukan ke jalan ini!" aku bertanya kesal. Menutupi rasa maluku.

Sejujurnya aku tak sanggup bila dia menoleh kebelakang, Tapi untungnya tidak, "Udah ikut aja, sebentar kok." Jawabnya santai.

Kami berhenti di sebuah toko buku di pinggir jalan, Bookpedia nama toko buku itu. Kami berjalan masuk kedalam toko. Lalu bertemu dengan seorang pria karyawan toko buku ini.

"Hai jonathan ganteng." Sapa pria tersebut yang ternyata dia sedikit mengondek. Mungkin dia teman jonathan karena mereka terlihat akrab.

"Siapa gadis manis ini? Pacarmu ya? Aw, kanunu memang pintar berselerong ya.." puji pria itu padaku. Dia tersenyum dan sedikit menyentuh daguku, Aku tersipu.

"Kenalin lia, ini Kak Boris." Jonathan mengenalkan kami.

Aku bersalaman dengan Kak Boris dan tersenyum ramah padanya. Aku berfikir bahwa Kak Boris adalah orang yang baik walaupun dia seperti itu.

"Oh iya Jo, Kakak udah nemuin buku yang kamu minta kemarin. Sebentar ya kakak ambilin." Dia berjalan ke arah gudang, "Jangann kemenong-menong ya ncess!" sambungnya.

Membuat aku dan Jonathan sedikit tertawa. Setelah beberapa saat Kak Boris kembali,

"Ini dia.. i'm coming prince and princess." dia membawa dua buku, satu di tangan kanan dan satu di tangan kiri, Lalu dia beraksi seperti cheerleader. Menambah kelucuannya pada kami.

Aku dan jonathan tertawa melihat tingkahnya. Aku merasa terhibur dan senang berada disini. Dia menggiring kami ke kasirnya. Ramah sekali orangnya, sangat friendly.

Aku dan jonathan keluar dari toko dan segera menuju parkiran. Aku melihat dari jendela toko, Ternyata dengan pengunjung lain Kak Boris juga ramah. Aku tersenyum melihatnya.

"Ayo naik." Sahut jonathan.

***

Akhirnya sampai juga di depan rumahku. Aku turun dari motornya, "Makasih ya." Kataku sambil tersenyum.

Dia tidak menjawabnya, Dia segera memutar arah untuk pulang kemudian aku ingat untuk menanyakan soal puisi itu.

"Tunggu! Jonathan!" teriakku. Aku berdiri di depan motornya menghalanginya agar tidak pergi.

"Kenapa?" tanya Jonathan.

"Katanya kamu mau jawab setelah pulang dari rumah sakit. Ini kita udah pulang dari tadi!" nadaku sedikit tinggi.

Dia menghela nafasnya. Kali ini dia benar-benar tidak bisa mengelak. Aku penasaran apa yang akan dia katakan nanti. Aku menaikkan alisku, memberinya kode untuk segera menjawab.

Dia mulai menyerah, "Oke aku jawab."

Aku terkejut senang mendengarnya. Akhirnya dia menjawab juga.

"Tapi ada satu syarat." Pinta Jonathan.

Dia menatapku dengan senyum sinisnya. Dahiku mulai mengernyit. Entah apa lagi alasan yang dia berikan pikirku.

"Apa?" jawabku mulai malas.

"Jangan beritau jawabanku pada siapapun!" Jawabnya tegas. Aku merasa kali ini dia mulai mengancam.

"Kamu harus janji dulu sama aku." Dan tatapannya berubah menjadi serius. Dia mengeluarkan kelingkingnya.

Apa? Janji kelingking? kekanakkan sekali!

"Iya aku janji." Jawabku sinis.

Aku enggan mengeluarkan kelingkingku. Aku menatapnya dengan sorot mata yang tajam. Dia masih menunggu dengan kelingkingnya itu,

"Aku gak akan jawab kalo kamu belum janji." Dia menghidupkan motornya. Bersiap untuk pergi.

"Oke, Oke! aku janji!" Aku mengeluarkan kelingkingku padanya.

Dia tersenyum kecil. Kali ini dia sukses membuat aku benar-benar kesal padanya,

"Aku suka kamu." Jawabnya lirih.

Aku tersentak, Jantungku berdegup kencang. Aku seakan tak percaya mendengar kata-katanya. Lidahku kelu seketika.

"Maksudnya aku suka kalo kamu nurut." Jelasnya.

Pikiranku buyar. Aku menatapnya sinis. Apa?! Aku marah kali ini. Jantungku rasanya seperti terbakar. Aku merasa dia sengaja mempermainkanku. Sudahlah, aku menyerah. Aku segera pergi masuk kedalam rumahku. Kutinggalkan dia di pinggir jalan. Dia tidak berusaha mencegahku malah membiarkan aku pergi. Langkahku terhenti tepat di depan pintu rumahku, Aku menghitung dalam hati.

1..

2..

3..

Ceklek! Aku masuk kedalam lalu membanting kuat pintu. Aku terdiam mendengar suara motornya yang semakin menjauh. Aku sangat marah sampai ingin menangis. Apa dia sengaja mempermainkan ku? Apa sebenarnya dia sudah tahu kalau aku menyukainya?! Pikiranku semakin kacau. Dadaku terasa panas dan sesak. Aku merasa malu pada diriku sendiri.

Semakin malam semakin aku terjaga, aku mengutuk kejadian hari ini dan membenci jonathan.

***

Hari ini aku terlambat. Aku tiba di sekolah pukul 07.40 sambil tergopoh-gopoh menuju kelas. Aku melewati beberapa kelas yang telah memulai pelajaran. Aku tiba di pintu kelasku terengah-engah dilihati seluruh murid dan Pak Bowo, guru matematika yang sedang mengajar hari itu.

"Wah.. ada yang terlambat rupanya." Kata pak Bowo sinis. Beliau memang dikenal sedikit killer, sebenarnya karena dia orang yang tegas pada murid.

"Cepat letakkan tasmu lalu cari sapu ya. Bersihkan halaman depan kelas ini baru kamu boleh masuk!" tegasnya. Aku mendapat hukuman pertamaku. Inilah hal yang selalu aku hindari tapi hanya karena memikirkan satu orang aku jadi mendapat hukuman.