Ha Wook's pov
"Annyeong." Ha Seonsaeng tersenyum dan mengelus rambutku. "Jadi dongsaengku kemari? Kenapa kau tidak membalas pesan Oppa, hmm?" tanyanya sangat lembut. Aku yakin, keempat temanku menahan napas dengan banyak sekali pertanyaan di benak mereka.
"Ah, aku tidak tahu Oppa mengirimkan pesan. Aku belum membuka ponselku sejak tadi." Sebenarnya aku tahu, itu sebabnya aku mematikan ponselku.
Ha Seonsaeng tersenyum, "Baiklah, tidak masalah."
Aku menatap Eonni yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan interaksi kami. Dari sorot matanya, ia terlihat menyesal mengajak Ha Seonsaeng nonton film di siang hari. Eonni memang benar-benar ingin memisahkanku dari Ha Seonsaeng.
"Kalian menonton film apa?" tanya Ra Im Eonni mengalihkan pandangan pada Bok Hae. Ku harap mereka berdua tidak menonton film yang sama dengan kami.
"Playfull Clown." jawab Bok Hae membuatnya terkejut.
"Kita juga menonton film itu." Ra Im Eonni menunjukkan tiket dengan wajah terkejutnya.
Tolong bawa aku keluar dari bioskop ini!
Tiba-tiba Aloona, Min Ah, dan Ji Soo datang membawa minuman kami, mereka tidak sadar dengan kehadiran 2 orang yang tak ingin ku temui hari ini.
"Chocolate milkshake untuk Ha Wook, vanilla milkshake untuk Bok Hae, strawberry milkshake untuk Mi Ra dan Min Ah." Aloona mendistribusikan minuman. Min Ah dan Hae So yang menyadari keberadaan Ha Seonsaeng dan Eonni membungkuk.
"Untukku mana?"
"Omo!" Aloona terkejut hingga berjingkat begitu melihat Ha Seonsaeng.
"Annyeonghaseyo, Seonsaengnim." Aloona langsung membungkuk dan itu membuat Ha Seonsaeng tertawa. Ah, tawanya itu membuatku tersenyum juga.
"Annyeong, Aloona." Aloona menatap Ha Seonsaeng dan Ra Im Eonni bergantian lalu menatapku seolah bertanya bagaimana kabar hatiku.
Aku tersenyum sebagai tanda aku baik-baik saja walau sebenarnya tidak ada yang baik-baik saja melihat seseorang yang dicintainya berkencan dengan perempuan lain.
"Ayo masuk, lihatlah pintunya sudah dibuka!" Aloona menggandeng tanganku menuju pintu teater yang terbuka.
"Kaja." Eonni mengikuti kami dari belakang.
Mi Ra dan Min Ah menerobos masuk mendahuluiku, lalu disusul Ji Soo yang duduk dengan anggunnya di sebelah Min Ah. Aloona menawarkanku duduk disamping Ji Soo, namun aku menolak.
Aku memilih di pinggir dan ternyata Ha Seonsaeng dan Eonni tepat berada di seberangku.
Perfect!
"Yakin kau tidak mau bertukar tempat?" Aloona menatapku.
"Duduklah disini." aku bertukar tempat dengan Bok Hae.
Aloona mencondongkan tubuhnya, "Sejak tadi dia melihatmu." Aku mengabaikannya.
Sepanjang film berputar, aku tidak bisa fokus sama sekali sedangkan teman-temanku tertawa dan terlihat menikmati. Aku berusaha keras untuk tidak menengok ke arah dua manusia di seberang sana.
"Omo!" jerit teman-temanku saat melihat kissing scene.
Aku mengerjap-ngerjap saat ingatanku berputar ke masa dimana aku dan Ha Seonsaeng berciuman di pantai. Walau waktu cepat sekali berlalu dan walau kami hanya melakukannya satu kali, hingga sekarang masih terasa.
Aku menengok ke samping dan melihat Ha Seonsaeng yang ternyata menatapku juga. Ia bahkan mengabaikan Ra Im Eonni yang mengajaknya bicara. Dari sorot mata itu bisa ku baca jika ia ingin mengulang kejadian di pantai beberapa bulan lalu denganku.
Kenapa dia ingin mengulanginya denganku jika dia sudah memiliki kekasih?
#
-White House-
18:00 KST
Aku membuka pintu dengan lesu dan berjalan menuju kamarku. Di ruang tamu ku lihat Eomma sedang menonton drama favoritnya. "Eomma pikir kau masih berada di rumah Oppamu."
"Seharusnya begitu, tapi dia sedang sibuk berkencan dengan tunangannya."
"Lalu kenapa dengan wajahmu? Kau cemburu?"
Aku menghela napas panjang dan menatap Eomma, "Ya, aku cemburu. Aku tidak mau Oppaku berkencan dengan perempuan itu!" Eomma mengerjap-ngerjap mendengar nada suaraku yang meninggi. Aku berlari menuju kamarku dan membuka pintu dengan kasar.
"Jagiya." Aku melompat ke pelukan Oppa yang menyambutku begitu aku membuka pintu kamar.
"Aku membenci Eonni itu, Oppa. Dia berani mengusirku dari rumah Ha Seonsaeng." Oppa tidak mengatakan apapun, hanya mengelus rambutku.
Aku sudah memberitahu Oppa dengan mengirimkan banyak pesan padanya dna mayoritas diantaranya adalah makian untuk Eonni jahat itu.
"Gwaenchana, Jagiya." Oppa mengelus rambutku dan mencium puncak kepalaku berulang kali.
"Tidak ada yang baik-baik saja, Oppa."
"Baiklah, untuk menghiburmu aku akan mencertakan sesuatu."
Aku duduk menghadap Oppa, "Tentang apa?"
"Tentang rencana yang kita susun untuk membuat Hyung cemburu, kau masih ingat kan?"
Aku mengangguk. "Hasilnya?"
"Dia cemburu." mataku membulat sempurna.
"Benarkah? Ha Seonsaeng hanya diam dan bahkan tidak mengajakku bicara sama sekali. Bagaimana Oppa mengambil kesimpulan begitu?"
"Itulah reaksinya. Jika seseorang cemburu ada 2 tipe, menyatakan secara terang-terangan dan menyembunyikannya rapat-rapat."
"Tapi, bukankah Oppa juga cemburu jika aku lebih menyayangi laki-laki lain?"
"Oh jelas!"
"Itu artinya kecemburuan Ha Seongsaeng belum tentu laki-laki pada perempuan. Bisa jadi hanya cemburu pada dongsaengnya, seperti yang Oppa rasakan."
Oppa menghembuskan napas panjang tanda kecewa, "Benar juga."
Oppa merangkum wajahku dengan kedua telapak tangannya, "Dengarkan aku. Kau tidak boleh menyerah sebelum kita tahu perasaan yang sebenarnya. Kita harus mengetahui bagaimana perasaannya dan kau harus siap dengan segala kemungkinan."
Aku tersenyum dan mengangguk, "Jagiya, kau harus bahagia agar hidupku bahagia. Mulai sekarang, aku tidak akan membuatmu merasakan kesedihan. Kebahagianku adalah kebahagiaanmu. Saranghae, Dongsaeng-i."
"Nado." Aku mencium kedua pipi Oppa membuat senyuman lebar menghiasi wajah tampannya.
"Eh, bagaimana hubunganmu dengan Bok Hae? Semuanya baik-baik saja kan?" Oppa mengangguk.
"Semuanya berjalan lancar sesuai dengan yang kami inginkan." Aku senang mendengarnya.
"Bersiaplah, Bok Hae akan menjadi kakak iparmu nanti. Walau tidak dalam waktu dekat."
Aku mengangguk paham. "Baiklah, baiklah. Semoga Oppa berjodoh dengan Bok Hae." Aku memeluknya sangat erat.
"Semoga kau dengan Hyung berjodoh."
"Amin."
#
08:00 KST
"Dongsaeng-i, bangunlah! Kita harus pergi ke stasiun." Suara lembut Ha Seonsaeng menembus gendang telingaku. Ah, hanya dengan mendengar suaranya melunturkan amarahku kemarin.
"Sebentar lagi!"
"Jagiya, aku akan membawa satu box cokelat hanya untukmu jika kau bangun sekarang." suara Oppa membuatku spontan membuka mata.
Entah kemana perginya semua kantuk itu, sepertinya dibawa pergi satu box cokelat!
"Aku bangun!" teriakku menyingkirkan selimut dan berlari menuju kamar mandi.
Beberapa menit kemudian aku sudah siap dengan kaos berwarna putih bergambar tokoh kartun di bagian depan dan rok putih bermotif bunga kecil-kecil berwarna rose gold.
Aku memakai flat shoes putih dengan pinggiran berwarna rose gold. Aku mengambil tas rajut pemberian Ho Jae dan Jun Goo.
Aku siap memulai hari!
Aku membuka pintu kamarku dan melihat Oppa dan Halmoni berpelukan. Mereka sedang berpamitan rupanya.
Aku menatap Ha Seonsaeng yang memakai backpacker, apa dia pergi?