Chereads / Seonsaengnim, Saranghaeyo / Chapter 33 - 33. Hubungan Terlarang

Chapter 33 - 33. Hubungan Terlarang

Ha Wook's pov

"Seseorang yang kau cintai, tahu perasaanmu padanya. Dan dia juga merasakan hal yang sama denganmu."

Aku masih menatap Ha Seonsaeng dengan wajah terkejutku. Jantungku berdetak sangat cepat sekarang dan seluruh tubuhku rasanya berubah menjadi es. Apa aku tidak salah dengar?

Bagaimana mungkin Ha Seonsaeng tahu tentang perasaanku yang sebenarnya? Mungkin ia hanya asal bicara. "Aku tidak paham maksud Oppa."

Ha Seonsaeng menatapku lekat-lekat, "Yoon bilang kau bisa membaca pikiran orang lain hanya melalui tatapan mata. Sekarang tatap mataku dan katakan apa yang ada di pikiranku."

Bagaimana aku bisa membaca apa yang dia pikirkan jika aku gugup seperti ini?

Aku mengalihkan pandanganku darinya, "Aku. Aku tidak bisa." Ha Seonsaeng memegang kedua bahuku dan memutar tubuhku agar menghadapnya.

"Baiklah, akan ku jelaskan agar kau memahaminya." Ha Seonsaeng mengelus rambutku lembut.

"Apa selama ini kau tidak pernah bertanya-tanya kenapa aku menciummu saat kita berdua pergi ke pantai?" aku menggeleng dan menatap kedua matanya.

"Ha Wook-a, saranghae."

Deg

Apa?

"Oppa, jangan bercanda."

"Aku tidak bercanda, Ha Wook-a. Aku mengatakan yang sebenarnya."

"Tapi Oppa bilang tidak bisa mencintai Ra Im Eonni, lalu-"

"Tidak bisa mencintai Ra Im bukan berarti aku tidak bisa mencintai perempuan lain." Benar juga.

"Tapi, bagaimana Oppa tahu perasaanku? Aku tidak pernah mengatakannya pada-"

"Kau memang tidak pernah mengatakannya, tapi aku mendengarnya. Aku mendengar apa yang kau ucapkan padaku setelah kau menyelesaikan tugas Bahasa Korea yang kita kerjakan bersama."

Lidahku kelu mendengarnya, aku tidak bisa mengatakan apapun lagi sekarang karena ia mengatakan hal yang sebenarnya. Aku masih ingat dengan jelas saat itu, aku memang mengutarakan perasaanku padanya.

Tapi, bukankah saat itu Ha Seonsaeng tidur?

"Saat itu aku belum tidur, Ha Wook-ah." Aku mengalihkan pandanganku dan menunduk.

"Lalu, sekarang apa yang akan kita lakukan? Kita sudah tahu perasaan masing-masing tapi kita tidak bisa bersa-" ucapanku terhenti saat Ha Seonsaeng menutup mulutku dengan tangan kanannya.

"Jangan pernah mengatakan hal itu."

"Lalu aku harus bagaimana? Sekarang Oppa menjadi tunangan Ra Im Eonni. Kita tidak bisa bersama."

"Aku memang telah bertunangan dengan Ra Im, tapi hatiku dan seluruh cintaku hanya milikmu." Aku memeluk Ha Seonsaeng dan ia membalas pelukanku. Semoga apa yang ku dengar dan ku rasakan saat ini bukanlah mimpi.

"Sebenarnya aku memikirkan sesuatu, tapi aku tidak yakin kau mau melakukannya." Aku mendongak menatap Ha Seonsaeng.

"Apa itu?"

Ha Seonsaeng terlihat ragu, ia menghela napas panjang berulang kali dan menatapku lekat-lekat. Kedua tangannya merangkum wajahku, "Bagaimana jika kita menjalin hubungan sembunyi-sembunyi?" aku menutup mulutku yang terbuka.

Apa yang harus ku lakukan sekarang?

Bagaimana jika Oppa marah padaku setelah mengetahui ini? Tapi, aku tidak ingin menyia-nyiakan sebuah kesempatan berharga ini.

#

-Jeong Il's House-

18:00 KST

Aku baru saja menutup pagar, tanganku membawa kotak makan titipan Eomma. Setelah acara mendaki, aku pulang ke rumah dan menikmati tidur siang. Walau sebenarnya aku tidak bisa menikmati tidurku, tentu saja karena momen manis yang akan ku jalani dengan orang yang ku cintai itu.

Aku masih bertanya-tanya tentang yang terjadi beberapa jam lalu, benarkah aku dan Ha Seonsaeng sepasang kekasih sekarang?

Ya, walaupun secara tersembunyi karena nyatanya semua orang tahunya Ha Seonsaeng bertunangan dengan seorang dokter bernama Gil Ra Im.

Aku dan Ha Seonsaeng sepakat tidak memberitahu siapapun mengenai ini, sekalipun itu Oppa. Satu hal yang harus digaris bawahi, sikap kami berdua harus sama seperti sebelum pengakuan terjadi.

Aku berjalan menuju pintu masuk rumah, pandanganku teralih ke atas saat melihat sesuatu yang aneh. Eh, sejak kapan ada kerangka yang biasa digunakan untuk tanaman rambat?

Apa Ha Seonsaeng akan menanam tanaman rambat?

Bres

Mataku membulat sempurna saat melihat bulir-bulir air jatuh mengenaiku. Aku tersenyum senang melihat setiap pojok tiang menyemprotkan air. Ku rentangkan kedua tanganku dan berputar-putar menikmati tiap tetes air membasahi baju dan rambutku.

Gerakanku terhenti saat aku mendengar lagu Love Rain berputar. Senyumku mengembang saat melihat seseorang yang ku cintai berjalan ke arahku dengan payung kuning di tangannya.

Hey, apa-apaan ini?

Ha Seonsaeng memayungiku, senyuman yang terukir di bibirnya itu membuat jantungku berdetak sangat cepat. "Ayo kita berjalan ke teras." Aku tersenyum dan mengangguk.

Ha Seonsaeng merapatkan bahunya dengan bahuku hingga tak ada jarak diantara kami. Ia menggandeng tanganku dan kami berjalan bersama ke teras, persis seperti adegan dalam drama Love Rain yang dibintangi Jang Keun Suk dan Yoona.

"Kapan Oppa menyiapkan ini?"

"Tadi, hanya beberapa jam setelah kita pergi mendaki. Apa kau senang?"

"Tentu saja aku senang. Aku hanya tidak menyangka hal yang ku inginkan menjadi kenyataan. Ini luar biasa! Terimakasih, Oppa." Aku memeluknya, Ha Seonsaeng membalas pelukanku dan mengecup puncak kepalaku beberapa kali.

"Ha Wook-a, lihatlah kesana." Aku mengikuti arah pandang Ha Seonsaeng yang menunjuk kamera yang terpasang di depan pintu rumah.

Cekrek.

#

-Living Room-

Aku menghempaskan tubuhku tepat di sebelah Ha Seonsaeng yang melihat hasil foto, tanganku terulur mengambil beberapa lembar foto. Ha Seonsaeng mencetak foto-foto tadi di ruang tamu, sepertinya ia sudah mempersiapkan semuanya dengan matang.

"Sudah kuduga, aku tampak sangat buruk." aku mendengus melihat sebuah foto yang diambil pertama kali.

Ha Seonsaeng tersenyum dan mengelus rambut basahku, "Tidak. Justru kau tampak menggemaskan."

"Jangan berbohong, Oppa. Sudah jelas-jelas aku tampak buruk rupa disini. Lihatlah Oppa, aku denganmu bukan tampak seperti Seo In Ha dan Kim Yoon Hee. Tapi tampak seperti pangeran dengan si buruk rupa."

"Hey, jangan bicara seperti itu. Kau itu cantik, sangat cantik. Hanya saja kau tidak menyadari kecantikanmu itu." mataku menyipit melihatnya.

"Oppa tidak sedang menggodaku, kan?"

"Tentu saja tidak. Aku mengatakan yang sebenarnya."

"Baiklah, aku mempercayainya."

Pandanganku teralih pada dinding sebelah kanan. Tampak beberapa foto yang terpajang di dinding. Ada foto kami bertiga bersama Oppa setelah Turnamen Olahraga, foto Golden Stars memegang 2 piala dan saat camping disini.

"Kenapa sebelah sana kosong?"

Ha Seonsaeng menengok sekilas ke arah pigora berukuran 2R, "Akan ku isi dengan ini." Ha Seonsaeng menunjuk foto yang ku pegang, foto kami tersenyum ke arah kamera. Senyumnya perlahan luntur saat ekspresiku, "Kau tidak suka? Pilihlah foto yang kau suka."

"Ah, tidak. Foto ini saja." Aku tersenyum padanya.

Ha Seonsaeng mencubit pipiku, "Kenapa kau sangat menggemaskan, hmm?"

"Oppa hentikan! Ayo cetak foto lalu makan malam. Aku lapar!"

"Baiklah, ayo kita pergi!" Ha Seonsaeng menggandengku keluar rumah setelah mengambil tas dan kunci mobil.