Ha Wook's pov
19:00 KST
Garden Party dimulai jam 7 malam, tidak ada acara resmi hanya makan barbeque dan mengobrol saja. Suasana malam ini semakin syahdu dengan lagu-lagu di bawakan band milik Ho Jae yang bernama Red Blood. Grup itu terdiri dari Ho Jae sebagai vokalis, Jun Goo sebagai gitaris, Seung Jo sebagai bassis, Smith sebagai keyboardist dan Seok Jin sebagai drummer.
Selain mengobrol, ada beberapa yang ikut bernyanyi. Contohnya ketiga sahabatku, mereka asyik makan dan hanyut dalam musik. Sepertinya hanya aku yang tidak menikmati pesta ini.
"Akhirnya, kita bisa melepas penat karena tugas-tugas. Yuhuuu!!!" Aku memandang Soo Ji yang melompat-lompat membawa soda di tangannya, seperti di club saja.
"Ha Wook-a, majulah ke depan dan hibur kita semuanya." Jae Hwa menepuk pundakku.
"Aku tidak mau." Jae Hwa melengkungkan bibirnya.
"Ayolah, kami merindukan high notemu." Bujuk Seung Jo.
"Hmm, setidaknya tunjukkan kemampuanmu pada Ha Seonsaeng." Bok Hae menatapku dengan senyuman lebarnya, ia menaikturunkan alisnya.
"Come on, Captain. We really miss your angelic voice." Eun Jo merangkulku dengan senyuman lebar.
"Everyone, let's sceam!" Tiba-tiba Seok Jin berteriak dengan mic di tangannya mengundang perhatian orang-orang.
"Lee Ha Wook! Lee Ha Wook! Lee Ha Wook!" Aku mendengus mendengar teriakan mereka. Bagaimana aku bisa menghibur jika aku sendiri tidak terhibur? Belum sempat aku mengatakan apapun, manusia yang meneriakkan namaku semakin banyak dan semakin keras. Bahkan ku lihat Ha Seonsaeng juga berteriak.
"Baiklah, sepertinya penggemar Kapten kesayangan kita lebih banyak. Untuk ketua kelas Golden Stars, silahkan naik ke atas panggung dan hibur penggemarmu." Ho Jae tersenyum lebar ke arahku. Tidak ada pilihan lain selain aku naik ke atas panggung, sontak aku mendengar riuh tepuk tangan.
"Silahkan, Nyonya." Ho Jae memberikan mic padaku lalu bergeser, ia akan menjadi gitaris bersama Jun Goo. Aku memilih menyanyikan lagu Fine, seperti suasana hatiku saat ini.
It's not fine, when someone i like with his fiance.
Semua orang hanyut dalam lagu yang ku bawa, kami semua bernyanyi bersama kecuali Ha Seonsaeng yang menatapku sendu. Sejak tadi ia ingin mengatakan sesuatu dan aku selalu saja menghindarinya. Walau sebenarnya aku tidak berhak marah padanya karena berciuman dengan tunangannya sendiri.
#
Jeong Il's pov
22:00 KST
Aku berada di balkon menatap 6 tenda yang berjajar memenuhi halaman rumahku. Pesta berlangsung meriah, namun aku tidak menikmatinya sama sekali. Itu karena Ha Wook marah padaku karena perlakuan Ra Im tadi sore.
Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya, tapi sungguh aku tidak berciuman dengan Ra Im. Mereka berdua datang disaat yang tepat dan menyelamatkanku dari situasi yang tidak ku inginkan.
"Lapor, semua sudah tidur Seosaengnim." Aku menatap Ho Jae yang melakukan hormat.
"Kau juga tidurlah. Terimakasih untuk hari ini."
"Saya tidak ingin tidur, saya temani Seonsaengnim saja." Ho Jae duduk di sampingku dan memainkan salah satu gitarku. Aku menatap Ho Jae yang menyanyikan lagu Chen berjudul Good Night, ia tampak bahagia sekali hari ini.
"Seonsaengnim, terimakasih untuk hari ini. Saya sangat senang diberi kesempatan ini." keningku mengkerut mendengarnya.
"Kesempatan apa?"
"Kesempatan untuk banyak menghabiskan waktu dengan Ha Wook."
Aku menatapnya yang tersenyum lebar. "Sudah lama saya tidak banyak menghabiskan waktu dengan Ha Wook."
Tunggu.
Apa Ho Jae menyukai Ha Wook?
"Karena kita sudah dekat, saya akan memberitahu sesuatu pada Seonsaengnim. Tapi Seonsaengnim harus janji agar tidak mengatakannya pada siapapun." Aku mengangguk, Ho Jae mendekatiku dan mendekatkan kepalanya ke telingaku.
"Saya menyukai Ha Wook."
Ap... apa?
"Tapi Ha Wook tidak menyukai saya, entah dia menyukai siapa. Selama ini dia tidak pernah bercerita pada kami, atau pada teman-teman perempuannya."
Jahatkah aku jika merasa bahagia dengan berita ini?
"Kau pasti mendapatkan yang lain, terbaik." kataku menepuk bahunya. Ho Jae menggeleng.
"Hanya Ha Wook yang terbaik, the one and only. Saya berencana berjuang lebih keras lagi mendapatkan hatinya." Tanganku mengepal kuat, tentu saja aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Hanya aku yang bisa mendapatkan hatinya, tidak boleh yang lain. Aku harus melakukan sesuatu agar hatiku tidak semakin panas.
"Kau dan Ha Wook dekat sejak lama?"
Ho Jae yang mengunyah snack mengangguk. "Saya, Ha Wook, dan Jun Goo bersahabat sejak kecil karena kedua orang tua kami sahabat. Ketiga-tiganya adalah ibu kami." Aku mengangguk mengerti. Mereka sangat dekat karena seperti saudara.
"Tidurlah, Ho Jae. Ini sudah malam." Ho Jae tersenyum dan mengangguk.
"Jaljayo, Seonsaengnim."
"Jalja." Ho Jae berbalik dan melangkah menuruni tangga menuju tendanya. Di tengah ia berbalik dan menatapku dengan senyuman lebar.
"Seonsaengnim baik dan menyenangkan, saya menganggap Seonsaengnim teman."
Apakah kau masih menganggapku teman jika tahu aku adalah sainganmu?
#
-Star International High School-
07:00 KST
Upacara bendera baru saja selesai, aku mengikuti murid-muridku ke kelas. Hari ini jadwalnya kerja bakti. Aku menghela napas panjang saat melihat Ha Wook tak melihat ke arahku sama sekali, dia benar-benar marah padaku rupanya. Ha Wook masuk ke kelas dengan beberapa anak buahnya setelah tadi membagi tugas. Sudahlah, biar ku pikirkan lagi bagaimana cara meluluhkan hatinya.
"Ayo bersihkan taman! Atau Ha Wook akan memarahi kita seharian." Soo Ji menggerutu, ia mencabuti rumput yang tumbuh di taman depan kelas.
"Apa dia ada masalah? Sejak kemarin lusa dia selalu marah-marah."
"Mungkin saja dia sedang ada masalah dengan seseorang." Jun Goo berdiri si sampingku, ia sibuk mengunyah snack kentang di tangannya.
"Benarkah? Kenapa dia tidak bercerita padaku?"
"Mungkin belum Ho Jae-yah. Ayo bantu ke ruang olahraga, kita harus mengambil bola basket." Ha Na menggandeng Ho Jae ke ruang olahraga yang letaknya cukup jauh dari sini.
"Dia bertengkar dengan siapa?"
"Aku tidak tahu, dia tidak menceritakan detailnya. Hanya saja, ia bilang sedang marah besar dengan seseorang yang disukainya." Soo Ji membulatkan matanya dan menatapku, begitu juga dengan Bok Hae.
Ada apa ini?
"Benarkah? Pantas saja dia seperti itu. Kira-kira orang yang disukainya itu sadar tidak ya?" Soo Ji mengumpulkan rumput-rumput.
Tiba-tiba Jun Goo menatapku, "Sepertinya tidak." Ia menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah Soo Ji.
Siapa orang yang disukai Ha Wook?
Kejutan apa lagi ini?
Siapa lagi yang menjadi sainganku?
Aku harus bertanya pada Ha Wook. Aku berbalik dan melangkah menuju kelas, tanganku terulur memegang pintu kelas dan menariknya perlahan. Tiba-tiba ada seseorang dengan setumpuk kardus di tangannya dan menabrakku hingga jatuh terjengkang.
"Ha Wook-a!"
"Seonsaengnim!"
***