Ha Wook's pov
10:00 KST
Aku berjalan masuk ke dalam kelas setelah ada panggilan ketua kelas. "Kabar apa yang kau bawa hari ini? apakah kabar buruk?" tanya Seung Jo begitu melihatku.
"Duduklah, akan ku umumkan." Aku berjalan ke arah papan tulis, sebenarnya aku masih terkejut melihat Ha Seonsaeng masih di dalam kelas padahal jam terakhir sudah selesai. Hal yang lebih mengejutkan, dia duduk di sebelah Ha Ni.
Kenapa Ha Seonsaeng disana? Caper?
"Teman-teman! Aku punya kabar baik sekaligus kabar buruk. Kabar mana dulu yang ingin kalian dengar?" suaraku terdengar lantang membuat kelas hening.
"Kabar buruk dulu, ku pikir kita akan terhibur setelah mendengar kabar baiknya." kata Kwang Sun yang disetujui lainnya.
"Kabar buruknya adalah minggu depan ulangan kenaikan kelas." kataku dengan nada sedih membuat yang lainnya mengeluh, tipikal siswa pada umumnya. Aku tersenyum melihat respon mereka semua. Aku yakin mereka akan bersemangat saat mendengar ini.
Ku jamin!
Aku mengangkat kedua tanganku membuat mereka diam, "Kabar baiknya adalah-" aku menatap mereka semua yang penasaran.
"Turnamen olahraga!"
"Yeaaaaayyy!!!" Seisi kelas berteriak riang, bahkan Smith dan Eun Jo memukul-mukul meja. Ho Jae dan Jun Goo berteriak dengan suara bass membuat kelas semakin riuh.
Aku bersyukur setiap kelas kedap suara sehingga tak akan terdengar apapun diluar, terlebih sebelah adalah ruang guru. Aku tertawa melihat mereka yang melakukan selebrasi bahkan sebelum bertanding.
"Apa saja yang di lombakan?" pertanyaan Ma Tae membuat kelas kembali senyap.
"Untuk lomba grup ada Lari estafet 12 orang, sepak bola 11 orang dan tarik tambang untuk 7 orang. Silahkan pilih salah satu, untuk yang setuju lari estafet please raise your hand." Tak perlu ku hitung, semuanya memilih lari estafet, termasuk Ha Seonsaeng.
"Apa suaraku juga dihitung?"
"Tentu saja, Seonsaengnim kan bagian dari kelas kami." Aku mengangguk setuju dengan Aloona.
"Oke, sudah diputuskan lomba grup adalah lari estafet."
Dok
Dok
Dok
Aku memukul penghapus ke papan tulis sebagai tanda sahnya suara. "Selanjutnya lomba bulutangkis untuk 8 orang, akan ku bagi nanti. Sekarang ayo kita tos!" aku mengulurkan tanganku ke depan, seisi kelas melingkar dan meletakkan tangannya di atasku, tak terkecuali Ha Seonsaeng.
"Golden Stars!"
"Fighthing!"
#
-White House-
20:00 KST
Makan malam sudah selesai, sekarang aku dan kedua oppaku duduk di ruang tamu menonton tv. Di meja sudah ada beberapa makanan ringan, sebenarnya kami menunggu beberapa orang. "Pembagian ini adil?" Ha Seonsaeng menggerakkan kertas di tangannya.
"Ne, aku membagi berdasarkan kemampuan mereka." Ha Seonsaeng mengangguk.
"Kau benar-benar pemimpin yang hebat." Tentu saja aku tersenyum senang dipuji seperti ini.
"Terimakasih." Ha Seonsaeng mengelus rambutku.
"Jangan terlalu memujinya, Hyung. Dia bisa besar kepala." Aku menatap tajam Oppa yang masih saja sibuk dengan ponselnya.
Dia pasti sibuk berkirim pesan dengan Bok Hae, aku yakin itu. Semakin hari hubungan mereka berdua semakin dekat saja. Apakah akhirnya Bok Hae yang menjadi kakak iparku?
"Yuhuuu!!! Kami dataaaang!!" suara teriakan khas Soo Ji terdengar, Oppa melangkah untuk membukakan pintu.
"Selamat datang di White House." Oppa menyambut mereka dengan hangat, senyumannya mengembang saat melihat Bok Hae. Tapi, kenapa aku tidak suka Oppa melihat Bok Hae seperti itu?
Apakah aku cemburu?
"Ha Wook-a!" Soo Ji dan Ha Na berebut tempat di sampingku dan memelukku. Sepertinya mereka sengaja meninggalkan Oppa dengan Bok Hae hanya berdua saja. Ku pikir jika aku tidak disini, mereka pasti sudah berpelukan atau mungkin berciuman.
"Kalian duduklah, ayo bersulang!" suara Ha Seonsaeng menyadarkanku. Bok Hae dan Oppa duduk berdampingan, Bok Hae juga mengambilkan gelas untuk Oppa.
"Gelasmu." Soo Ji menyerahkan gelas kecil dengan cairan berwarna cokelat.
"Bersulang!" kata kami serempak mendentingkan gelas bening dan minum sekali teguk. Setelahnya mereka mengobrol dan bercanda. Entah bagaimana mulanya Ha Seonsaeng duduk di sisi kananku dan Soo Ji di sebelah kiriku dan Ha Na di sebelah Ha Seonsaeng. Sebelahnya lagi ada Bok Hae dan Oppa yang sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Oh, jadi alasan Bok Hae kemari karena Oppa ya.
Oke, Fine!
Tanganku terulur memegang gelas dan langsung menenggaknya. Mataku membulat sempurna merasakan sesuatu yang panas menjalar di tenggorokanku. "Ha Wook-a!" teriak Ha Seonsaeng panik saat aku terbatuk.
"Minumlah air ini!" Aku meminum air putih yang disodorkan Soo Ji.
"Jagiya, Gwaenchana?" Oppa menepuk-nepuk bahuku. Apa sekarang Oppa baru mempedulikanku?
"Daebak! Ha Wook minum soju di umur 15 tahun!"
#
Jeong Il's pov
06:00 KST
"Benarkah Ha Wook minum soju?" Ra Im menutup mulutnya karena terkejut dengan cerita Halmoni. Aku tidak tahu apa yang membawanya pagi-pagi sekali kemari. Aku bahkan tidak tahu kenapa dia tahu aku disini. Asal kalian tahu, bahkan sampai detik ini aku masih marah padanya karena kejadian kemarin lusa.
"Sebenarnya aku sudah melarang Jeong Il dan Yoon minum semalam, tapi dua putraku tidak mau menurutiku."
"Bukan aku, Eomma. Yoon yang memaksaku."
"Tidak, Jeong Il. Kau dan Yoon sama saja." Aku mencebikkan bibirku, tapi memang benar sih. Kemarin aku dan Yoon berusaha mati-matian membujuk Eomma agar diperbolehkan minum di depan teman-teman Ha Wook.
"Sekarang Ha Wook belum bangun?"
"Belum. Dia dengan teman-temannya belum juga bangun, begitu juga dengan Yoon. Dia pasti banyak minum semalam, kan?" Eomma menatapku tajam.
"Tidak, Eomma. Hanya saja semalam Yoon tidur sangat malam."
"Dia banyak mengobrol dengan Bok Hae?" Aku mengangguk menjawab pertanyaan Halmoni.
"Bok Hae siapa?" aku mengangkat kedua bahuku, malas menjawab pertanyaannya.
Ceklek
Senyumku mengembang melihat Ha Wook keluar kamar dengan wajah bantalnya, dan jangan lupakan rambut acak-acakannya.
"Good morning, Princess. Kau tidur nyenyak?" Ha Wook menatapku, ia melambaikan tangannya dengan senyuman manis yang mampu menggetarkan hatiku.
"Good morning, Seonsaengnim."
Apa?
"Eomma, bukankah aku sudah menjadi oppanya? Kenapa dia masih memanggilku Seonsaeng?" Eomma menghela napas panjang.
"Panggil dia Oppa, Ha Wook-a." Ha Wook menatapku dan Eomma.
"Shireo (Tidak mau)!"
"Wae (Kenapa)?"
Ha Wook duduk di depanku dan meminum air yang tadi ia tuang ke gelas, "Tidak ada alasan spesifik, hanya tidak ingin saja." dengan indahnya dia mencomot sandwich di meja makan dan memakannya.
"Kau bahkan belum gosok gigi." Ha Wook mengabaikan Eommanya.
"Teman-temanmu belum bangun?"
"Belum, tuan putri akan bangun siang setelah sarapan siap." Ha Wook menjejalkan sandwich ke mulutnya dan sibuk mengunyah. Bukankah dia sangat menggemaskan?
"Baiklah, biarkan saja mereka tidur." Eomma dan Halmoni bangkit dari duduk mereka dan Ra Im mengikuti mereka.
"Uhuk."