Jeong Il's pov
Cup
Mataku membulat sempurna saat sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh bibirku. Aku mengerdipkan mataku beberapa kali memastikan aku tidak bermimpi. Aku tersadar sepenuhnya saat bibirnya menjauh.
"Oppa, jawab pertanyaanku dengan jujur." katanya menatap kedua mataku lekat-lekat.
"Katakan saja. Aku pasti menjawabnya dengan jujur."
"Apa sekarang Oppa menyukai Eonni itu? Kenapa Oppa dan Eonni itu pergi bersama ke kedai Ho Jae?"
Terkejut.
Tentu saja aku terkejut dengan pertanyaan ini. Bahkan Ha Wook bertanya padaku dengan wajah kesalnya dan mulut mungil itu mengerucut lucu. Baru saja aku membuka mulutku, Ha Wook kembali bicara.
"Kalian berdua tampak bahagia saat itu. Artinya, dugaanku benar kan? Oppa mencintai Eonni itu, kan?" Aku memandang kedua mata Ha Wook. Hey, apa Ha Wook cemburu?
Sepertinya iya.
Beberapa hari setelah kejadian itu dia menjadi pendiam dan menghindariku. Jadi, jika dia tiba-tiba diam dan menghindariku artinya dia marah padaku karena cemburu?
"Oppa jawab aku!"
"Tidak. Tidak, Dongsaeng-i. Aku tidak menyukainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Kau tahu itu, kan?"
"Oppa akan melakukan hal itu lagi? Pergi berdua saja dengan Eonni itu?"
"Jika kau melarangku, aku tidak akan melakukannya." Kataku dengan senyuman membuat kedua mata itu bersinar.
"Benarkah?" Aku mengangguk. "Oke, mulai hari ini Oppa tidak boleh pergi hanya berdua dengan Ra Im Eonni."
"Siap." Aku mengacak rambutnya, tentu saja aku akan melakukan semua yang diperintahkan orang yang ku cintai ini. Hatiku menghangat saat melihat senyuman terukir di bibirnya. Senyumku luntur saat aku mengingat sesuatu.
Kapan aku berani mengutarakan perasaanku padanya?
#
Ha Wook's pov
07:00 KST
Lapangan belakang sekolah terlihat sangat ramai dengan masing-masing kelas disediakan tempat duduk. Tampak Timku menyorakkan yel-yel dan mengibarkan bendera. "Disana tim kita." Aku mengangguk dan melangkah bersandingan dengan Ha Seonsaeng.
Aku senang di hari ini Ha Seonsaeng bersedia memakai baju khusus yang dirancang Soo Ji dan Ha Na yang mengisinya dengan gambar bintang berwarna emas. Di belakang ada nama sekaligus nomor punggung yang disesuaikan dengan nomor presensi.
"Turnamen ini seperti lomba sungguhan." Aku mengangguk setuju.
"Kelompok badminton belum datang?" tanyaku pada Ho Jae yang sibuk membagikan headband. Ha Seonsaeng duduk di bagian depan dan bercanda dengan Smith, Eun Jo, dan Kang Dae.
"Belum, pakailah ini." Ho Jae memasang headband berwarna putih bertuliskan 'Captain'. Dia sendiri memakai headband dengan tulisan 'C.O. Captain'. Ku lihat hanya milik kami yang berwarna putih, yang lainnya memakai biru untuk laki-laki dan pink untuk perempuan.
Ho Jae memberikan ikat kepala berwarna putih ke Ha Songsaeng yang bertuliskan 'Coach', "Ini untuk Ha Seonsaengnim."
"Gumawo." Ha Seonsaeng tersenyum dan memakainya. Wali kelas Golden Stars sangat tampan dengan headband yang membuatnya mengekspos dahinya.
"Maaf aku terlambat." Aku tersenyum pada Ha Na yang memelukku.
"Kau belum terlambat." Ha Na tersenyum. Pandangannya teralih ke arah Ho Jae yang mengulurkan headband pink.
"Kau tidak memakaikannya untukku?" tanya Ha Na.
"Kau bisa memakainya sendiri kan?" Ho Jae pergi begitu saja dan memberikan ikat kepala pada Seung Jo dan Seok Jin yang baru datang. Ha Na menatap Ho Jae dengan wajah sedihnya, sedangkan Ho Jae mengobrol dengan Seung Jo. Ha Na berjalan menunduk dan duduk di sebelah Kwang Sun. Apa selama ini dugaanku benar?
Ting
"Perhatian untuk seluruh ketua kelas, silahkan berkumpul ke sumber suara." Ho Jae memegang tanganku, mengisyaratkanku untuk tetap di tempat. Ia berlari menuju lokasi yang ditunjuk.
"Semuanya!" teriak Aloona dan Euna bersamaan lalu berlari ke arah kami, mereka membawa banner yang sangat besar dan beberapa kertas yang bertuliskan kata-kata penyemangat.
"Kerja bagus, teman-teman." Aloona melompat-lompat dengan senyuman lebar karena mendapat pujian.
"Kami membuat ini selama weekend di rumah Jae Hwa." kata Eun Jo dengan aegyo, khas maknae.
"Good job!" kataku mengacungkan dua jempol untuk mereka.
Ho Jae kembali, "Teman-teman, karena tidak mungkin 12 orang sekali bermain, maka akan dibagi 2 tim A dan tim B. Line A Soo Ji, Bok Hae, Aloona, Jun Goo, Jae Hwa, dan Kwang Sun. Ayo segera bersiap!"
Aku menuju tengah dan mengulurkan tanganku. Senyumku mengembang melihat mereka mengikuti apa yang ku lakukan, termasuk Ha Seonsaeng.
"Hana, dul, set. Golden stars, fighting!" Line A berlari memasuki lapangan.
"Bisa kita saksikan tim A Golden Stars meneriakkan semangat mereka dan Tim A sudah memasuki line. Disusul tim Eagle Jaws, tim Moon Lovers dan tim Leopard." kata MC.
Seung Jo, Kang Dae, dan Ma Tae maju kedepan dan membentangkan banner bertuliskan Golden Stars, "Hana, dul, set!"
Priit
Jae Hwa berlari sangat cepat dan memberikan tongkat kepada Aloona, semua berteriak dan memberikan semangat kepada yang bertanding. Ha Seonsaeng ikut berteriak bersama yang lainnya. "Kau bahagia?" tanya Ho jae yang disampingku, aku tersenyum padanya dan mengangguk. Ho Jae merangkulku dan kami berteriak.
"Golden Stars!" teriakku sangat keras, mereka bertepuk dua kali.
"We are Golen Stars! We are Golden Stars!"
Peluit berbunyi nyaring ketika Jun goo berhasil menginjakkan kakinya di garis finish.
"The winner is…. Golden stars!"
Kami berteriak sangat keras saat Tim A kembali ke stand. "Kalian sudah bekerja keras!" teriakku menyalami mereka satu persatu.
"Minuman!" teriak Ha Na dan Ho Jae membagikan pada Tim A.
"Selanjutnya, Tim B dari kelas XI silahkan memasuki area lomba."
"Fighting!!" teriakku dengan yang lainnya.
Eun Jo berada di line pertama, kedua Min Ah, dan Ji Soo yang berlari namun tertinggal dari yang lain. Ji Soo menyerahkan tongkat pada Seok Jin yang berlari sangat cepat ke arah Mi Ra.
Tiba-tiba Mi Ra terjatuh saat akan memberikan tongkat kepada Smith karena menginjak tali sepatunya yang terlepas. Smith mengambil tongkat di tangan Mi Ra yang dan berlari sangat cepat, namun sayangnya dia kalah cepat dengan tim Eagle Jaws.
Priiit!
"The winner is Eagle Jaws!"
"Tidak apa, teman-teman! Kalian sudah melakukan yang terbaik!" teriakku dengan senyuman.
"Tidak masalah, kalian hebat!" teriak Ha Songsaeng yang membuat mereka tersenyum. Aku berlari memeluk Mi Ra, aku tahu dia yang paling merasa sedih. Dia merasa ini terjadi karena kesalahannya.
"Mianhae, Ha Wook-a."
"Gwenchana, Kau sudah melakukan yang terbaik." kataku lalu membuka sepatu Mi Ra.
"Biar aku yang mengobatinya." Ho Jae mengeluarkan salep lavender dan mengobati luka Mi Ra. Sekali lagi, ku liat kesedihan di mata Ha Na melihat Ho Jae menatap Mi Ra hangat.
Dugaanku benar, kan?