Chereads / Seonsaengnim, Saranghaeyo / Chapter 26 - 26. Berujung Celaka

Chapter 26 - 26. Berujung Celaka

Ha Wook's pov

"Untuk juara ke-3 lomba lomba Badminton kelas Moon Lovers, disusul juara -2 Eagle Jaws, dan juara 1 Golden Stars! Silahkan untuk para atlet memasuki lapangan utuk menerima award dari Gyojangnim."

"Kaja!" kami menerima satu piala dan medali untuk masing-masing. Kami berfoto bersama di depan gedung olahraga.

"Oppa, fotokan kami." kataku mengulurkan kamera Jun Goo pada Oppa.

"Kenapa aku?" Oppa menatapku malas.

"Please." Bok Hae memegang tangan Oppa dan dengan nada manja. Tatapan Oppa melembut, bahkan Oppa memberikan senyuman terbaiknya pada Bok Hae.

"Oppa tidak pernah tersenyum padaku seperti itu sebelumnya."

"Aku akan tersenyum seperti itu padamu, hanya padamu." Ha Seonsaeng tersenyum padaku membuat hatiku menghangat.

Kami semua berfoto bersama dengan Oppa sebagai fotografer, lalu hanya tim badminton dengan Ha Seonsaeng yang selalu disampingku. "Ayo berfoto." Soo Ji mendekat ke arahku dengan Bok Hae dan Ha Na, Jun Goo memotret kami.

Berbeda dengan Bok Hae dan Soo Ji yang memelukku, Ha Na hanya menggenggam tanganku dengan senyuman yang tampak dipaksakan. Apa Ha Na marah padaku?

"Gerae, sekarang saatnya Ha Wook berfoto dengan pelatihnya." Oppa mendekatiku dan meminta Jun Goo memotret kami. Aku menggandeng tangan Ha Seonsaeng dan kami bertiga tersenyum menatap kamera. Oppa ditarik Bok Hae dan meminta Jun Goo memotret mereka.

Ha Seonsaeng melingkarkan tangannya di pundakku, "Ayo kita berfoto." ia mengangkat ponselnya dan kami berfoto selfie.

"Tahan ya. Hana, dul, set." rangkulan Ha Seonsaeng terlepas dan kami melihat Soo Ji yang memandang puas hasil jepretannya. Aku hendak mengejarnya namun tanganku di cekal Ho Jae.

"Tidak mau berfoto denganku?" aku tersenyum dan mengangguk. Ho Jae mengangkat ponselnya dan kami berpose.

"Ha Na-yah, tolong fotokan kami," Ho Jae memberikan ponselnya pada Ha Na yang berada di samping kami.

Ha Na tersenyum dan mengarahkan ponsel yang dibawanya ke arah kami, "Hana, dul, set." Ho Jae memelukku, membuat senyuman di wajah Ha Na memudar.

"Kalian asyik berfoto dan melupakanku." pandangan kami teralih pada Jun Goo yang berdiri di depan kami dengan bibir mencebik.

Ho Jae tertawa dan menariknya ke tengah kami dengan Soo Ji sebagai fotografer. Pandanganku tertuju pada Ha Na yang menunduk dan memainkan botol airnya. Aku merasa bersalah padanya telah membuat hatinya terluka.

"Ha Wook-a, lihatlah kemari!"

#

-Ha Wook's Room-

18:00 KST

Tok

Tok

Tok

Pintu terbuka, Ha Seonsaeng masuk ke kamarku membawakan makanan untukku. "Aku bisa mengambilnya sendiri nanti."

"Kau tidak bisa bergerak sedikitpun, jadi diam sajalah. Kami akan mengurusmu," Oppa di belakang Ha Seonsaeng .

"Kau seharusnya bersyukur memiliki 2 Oppa yang mengurusmu dan menjagamu seperti ini. Kau selalu begini setelah bermain," Oppa sibuk dengan piring dan beberapa makanan.

Ha Seonsaeng membantuku duduk, "Apa (Sakit)?" aku memasang wajah sedih dan menganguk.

"Gwaenchana, besok juga sudah sembuh." katanya mengelus lembut rambutku.

Aku memegang pundakku yang terasa nyeri, "Bahumu sakit? Kau terlalu banyak mengeluarkan smash. 10 hingga 18 dengan smash bertubi-tubi. Sekarang rasakan!"

"Hya! Kau sendiri yang menyuruhku dengan semua tenaga!"

"Geumanhae (Berhenti)!" Ha Seonsaeng menengahi.

"Oppa, dia yang memulai." kataku dengan nada yang sangat sangat manja.

"Sudahlah, jangan dengarkan Yoon. Tadi itu luar biasa, Uri Ha Wook yang terbaik," Ha Songsaeng tersenyum dan mengelus bahuku membuat nyerinya sembuh seketika.

"Benarkah?"

"Tentu saja, Uri Ha Wook yang terbaik!" Oppa mengecup keningku berulang kali.

"Pakailah ini, atau ku pakaikan untukmu?" Oppa menyodorkan koyo.

"Akan kupakai sendiri!" kataku sambil menutupi leherku. "Hya, bagaimana aku bisa memakainya jika kalian berdua melihat ke arahku? Berbalik!" mereka terlihat kikuk dan berbalik.

"Awas ya, jika kalian mengintip. Tak akan kuampuni kalian!" aku memasang koyo di bahuku.

"Sudah!" mereka berdua berbalik.

"Sekarang makanlah," Ha Seonsaeng menyuapiku dan aku langsung melahapnya. Oppa memegang tangan kiriku dan melihat tanda merah dimana-mana karena terkena smash tadi, Oppa mengambil salep lavender dan mengoleskannya padaku.

"Yoon Oppa, bagaimana dengan Ho Jae?"

"Dia baik-baik saja, jangan khawatir. Jun Goo ada bersamanya sekarang," aku menghela napas lega. Setidaknya ada Jun Goo.

"Dia sangat khawatir dengan keadaanmu. Kau kan bisa tiba-tiba lumpuh begini saat setelah menghabiskan energimu."

Baru saja aku membuka mulut untuk bicara, Ha Seonsaeng menjejalkan mie ke mulutku. Mau tak mau, aku mengunyah mie dan menunda bicara.

"Biarkan Ha Wook menghabiskan makanannya dulu!" Oppa yang dimarahi Ha Seonsaeng malah mengambil ponselnya dan tiduran disebelahku.

"Ne, Seonsaengnim." katanya santai. Aku menatap Ha Seonsaeng yang tersenyum paksa.

#

07:00 KST

Aku dan Oppa duduk di sofa ruang tamu rumah Ha Seonsaeng. Sudah satu bulan sejak Ha Seonsaeng tinggal di White House, hari ini kami kemari untuk membersihkannya. Karena aku sudah membaik, aku ikut bersih-bersih. Sekalian mengisi kegiatan selama liburan yang sudah datang sejak kemarin.

Diantara teman-temanku, ku pikir hanya aku yang tidak punya kegiatan. Ha Na pergi ke Singapura menyusul kedua orangtuanya, sedangkan Soo Ji berlibur ke Los Angeles yang merupakan kampung halaman Smith. Sebenarnya aku juga ingin pergi ke luar negeri, tapi aku tidak punya cukup uang.

Sepertinya aku harus sedikit bersabar. Setidaknya aku harus bekerja keras setelah lulus nanti agar keinginanku menjadi idol terwujud. Ya setidaknya aku harus memanfaatkan dengan baik suara emasku ini.

Meskipun aku sendiri tidak begitu yakin masih ada agensi yang mau menerimaku. Mengingat persaingan ketat di dunia entertaiment Korea, terlebih usiaku ini yang tidak memungkinkan menjadi seorang trainee.

Berbeda dengan Aloona yang sudah menjadi trainee sejak tiga tahun lalu di sebuah agensi bernama Lavender Entertainment. Itu pun belum ada kabar kapan ia akan debut. Bagaimana denganku?

"Hei!" aku berjingkat terkejut karena teriakan Oppa, sang pelaku malah tertawa keras membuatku semakin kesal saja.

"Oppa!" Aku memukulnya brutal dengan sapu yang ku pegang.

"Hei! Hei! Hei!" Oppa melindungi tubuhnya dari seranganku. Tiba-tiba Oppa mengarahkan padaku sebuah kemoceng berwarna hijau.

"A~~" Aku mundur beberapa langkah membuat Oppa tersenyum.

"Ayo serang, aku punya senjata."

Sial!

Kenapa Oppa masih ingat aku takut dengan kemoceng? Aku memejamkan mataku dan menghela napas panjang berulang kali. Aku harus tenang, baiklah Ha Wook kemoceng berbulu itu tidak akan membahayakan masa depanmu karena-

"A~~" aku berlari menuruni tangga menghindari Oppa yang mengejarku dengan kemoceng.

Hal yang tidak ku duga terjadi, tiba-tiba saja kakiku kesleo dan menyebabkan tubuhku limbung ke depan. Aku menabrak seseorang yang berada di depanku dan kami menggelinding bersama hingga ke lantai dasar.

"Jagiya!"