Setelah cukup lama memandang layar ponsel milik sahabatnya itu kini Lenna langsung menghela nafas seketika. Jika diperhatikan sepertinya seseorang tersebut adalah orang yang sama yang pernah mengantarkan Shil sehingga membuat gadis itu menoleh seketika.
"Shil," panggil Lenna kepada gadis disampingnya itu saat ini yang sedang berbaring dengan kedua tangan yang berada dipundaknya sedang menatap langit kamar.
"Hm?" sahut gadis itu. "Kenapa Lenna?"
"Kayanya gue tahu siapa yang kirim lo beginian," ujar Lenna. "Tapi gue mau tanya dulu sama lo."
"Apa?" tanya Shil yang kini masih memandang langit-langit kamarnya itu. "Lenna jangan gitu."
Kening gadis itu langsung berkerut kala ia melihat sahabatnya yang baru saja berkata seperti itu membuat dirinya bertanya-tanya.
"Kenapa sih?!" ujarnya kesal. "Jangan gitu apaan? Gak jelas banget lo!"
"Lihatnya biasa aja," ujar Shil. "Serem tahu!"
"Heh!" tegur Lenna setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya itu. "Udah ya, kita balik ke topik utama."
"Iya Lenna," ujar Shil dengan senyum manisnya.
"Kan gue udah tahu nih siapa dalangnya, tapi sebelum itu gue mau tahu pendapat lo dulu, menurut lo siapa?"
Shil langsung mengerutkan keningnya kala gadis itu mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Lenna kepadanya.
"Hm ... aku gak tahu, Lenna."
"Ih, masa gak tahu sih?! Coba aja tebak dulu, menurut lo siapa?"
"Tapi seriusan Lele, aku gak tahu, sumpah!"
Pada akhirnya gadis itu yang mendengarnya langsung menghela nafas seketika.
"Ya udah, berarti sekarang dugaannya cuma satu." Kemudian Lenna menoleh menatap seseorang yang berada disampingnya itu dengan memincingkan kedua matanya, "Shil, mulai besok dan seterusnya, lo harus bareng kuliah sama gue."
"Tapi 'kan kalau beda jam masuk gimana?"
"Ya gak apa-apa, mau itu gue atau lo, kita harus tetep berangkat bareng-bareng, oke?"
Shil menghela nafas meskipun gadis itu merasa mungkin sepertinya akan sulit untuk dilakukan.
"Ya udah deh, aku gimana kamu aja Lele."
"Nah, gitu dong, sip deh!"
Seulas senyuman pun begitu terlihat kala Shil saat ini mendapati sahabatnya itu yang begitu senang dengan hal tersebut.
Kemudian Shil langsung bangun dari baringannya itu dan hendak menuruni tempat tidur jika saja Lenna tidak melihatnya.
"Lo mau ke mana?" tanyanya kepada Shil.
"Aku mau ngambil cemilan di kulkas, kenapa? Lele mau juga?"
Kening yang semula berkerut kini seketika langsung memudar kala Lenna mengingat es krim yang keluar dari mulut gadis disampingnya itu.
"Boleh deh, gue nitip bawain es krim ya!" ujar Lenna. "Cepetan, jangan lama ya!"
Lenna berteriak ketika melihat sahabatnya tersebut baru saja keluar dari kamarnya dengan tidak lupa untuk menutup pintunya terlebih dahulu.
Sementara itu saat ini Shil sedang menuruni tangga dengan begitu lesu, ia sepertinya masih sedikit merasa pusing sehingga membuat dirinya berjalan dengan sedikit tertatih.
Namun, gadis itu masih saja tetap memaksakan diri untuk pergi ke dapur mengambil beberapa camilan yang akan dibawanya kedalam kamarnya sendiri.
Ketika sudah berada di dapur, ia mendekati kulkas dan benar saja begitu banyak camilan yang memenuhi isi benda tersebut yang merupakan miliknya.
"Yah ... es krimnya tinggal satu lagi, padahal aku juga 'kan pengen," gumam Shil.
Shil pun langsung menghela nafas sebelum akhirnya memutuskan untuk membawa semua yang diinginkannya tersebut kedalam sebuah keranjang yang sengaja dibawanya dari dalam kamarnya tadi.
Setelah selesai ia pun langsung kembali melangkahkan kakinya menuju ke tangga dan naik keatas menuju kamarnya sendiri dengan dirinya yang membawa keranjang yang berisi berbagai camilan yang dibutuhkannya.
Beberapa saat kemudian akhirnya Shil pun telah sampai di dalam kamar dan menutup pintunya kembali kala ia melihat sahabatnya itu yang sedang berbaring dengan begitu nyaman, lalu kedua mata yang fokusnya masih tertuju kepada ponsel miliknya sendiri.
Kini Shil sudah berada di tepi ranjang dengan keranjang yang dibawanya itu, sedangkan Lenna yang mencium bau wewangian pun langsung menoleh kearah samping dimana sahabatnya itu berada.
"Eh, cepet juga ya, coba mana es krim gue."
"Ambil aja sendiri," ujar Shil mencebikkan bibirnya. "Kamu 'kan punya tangan Lele."
Mendengar itu Lenna langsun terperangah kala mengetahui jawaban dari gadis tersebut sehingga membuat seseorang sepertinya langsung menghela nafas.
"Fine," ujarnya kepada Shil. "Terima kasih Shil cantik."
"Sama-sama Lele jelek," ujar gadis itu yang membuat kedua manik mata dari Lenna pun membulat setelah mendengar ucapan Shil.
Gadis itu langsung terperangah ketika mendengar ucapan dari sahabatnya itu yang benar-benar membuatnya kesal.
Menghela nafas sejenak sebelum akhirnya memilih untuk mengambil es krimnya sendiri dengan tangannya itu.
Suasana pun kembali hening dengan Shil yang saat ini sedang menonton televisi sembari memakan camilannya dengan nikmat.
"Lele," panggilnya.
"Hm ..." sahut Lenna.
"Kok gak ngomong lagi kaya tadi," ujar Shil terheran. "Lele marah ya sama aku?"
"Gak tahu," jawab Lenna malas.
Shil menghela nafas sebelum akhirnya kembali memandang layar televisi dengan moodnya yang begitu buruk.
"Ya udah deh," ujarnya lesu.
Sementara itu saat ini Lenna sedang membelakangi sahabatnya tersebut sembari memakan es krimnya seperti biasa.
Diam-diam gadis itu menahan senyumnya saat mengetahui bahwa ternyata sahabatnya menyadari kebisuannya tersebut.
Beberapa saat kemudian setelah es krimnya habis, Lenna langsung membuang kemasannya ke tong sampah yang ada di dekatnya itu. Setelah itu berbalik dan memeluk sahabatnya tersebut dengan senyuman bahagianya.
"Siapa bilang gue marah, hm?" ujarnya sembari mengangkat kedua alisnya keatas dua kali. "Mood gue selalu bagus kalau lagi makan es krim."
Lenna yang menyadari bahwa sahabatnya itu hanya diam saja membuat gadis tersebut langsung menghela nafasnya seketika.
"Senyum dong, 'kan guenya gak apa-apa Shil."
"Ini senyum," ujar Shil dengan senyum yang dipaksakan."
Melihat itu Lenna langsung berdecak dan berkata, "Senyum kepaksa gitu, gak tulus lo!"
"Kata siapa?" ujar Shil. "Tulus kok."
Lenna kembali menghela nafasnya, "Iya deh, terserah lo."
Setelah itu Lenna kembali berbaring dengan kepala yang saat ini berada diatas kaki dari gadis tersebut.
"Shil," panggilnya sembari menatap kosong ke langit-langit kamar.
"Apa Lele?" sahut Shil.
"Besok kalau ada apa-apa kasih tahu gue, ya?"
"Emangnya besok ada apa?"
"Gak ada sih, tapi 'kan lo tetap harus kasih tahu gue ya kalau misalnya ada apa-apa."
Shil yang tidak mengertipun akhirnya mengangguk saja mengikuti perintah dari sahabatnya itu sehingga membuat Lenna merasa gemas.
Sejujurnya bersahabat dengan Shil sama seperti ia merasa memilik seorang adik yang lucu karena kepolosannya yang luar biasa. Maka dari itu, dirinya sangat betah berteman lama dengan seseorang seperti gadis yang sedang bersamanya saat ini.
Itu semua hanya karena Lenna menginginkan seorang adik, namun sepertinya gadis tersebut tidak akan pernah bisa memilikinya.